5 Skill Follow Up Dewa Selling
Inilah 5 Skill Follow Up Yang Wajib Kamu Kuasai Sebagai Penjual Online yang ditulis oleh Kang Dewa Eka Prayoga Sang Dewa Selling.
Jika Anda sudah mahir follow up, abaikan artikel ini. Ini akan habis dibaca dalam 4 menit.
Tidak semua copywriting yang kita gunakan, akan berujung langsung pada closing. Walaupun copywriting yang kita gunakan dalam bentuk soft selling, covert selling, story telling, atau apapun itu.
Terkadang, orang akan tanya-tanya terlebih dahulu tentang detail produknya. Ini wajar, karena yang namanya jualan adalah aktivitas tanya-jawab. Justru keren banget kalau semua copywriting yang digunakan berujung closing tanpa ada penjelasan lanjutan dari kita.
Salut!
Namun, agar pembaca iklan Anda semakin tertarik untuk membeli produk Anda, tentunya akan lebih baik jika Anda gunakan bahasa-bahasa yang memungkinkan mereka mengikuti apa yang Anda inginkan. Pola bahasa inilah yang disebut dengan pola bahasa sugestif.
Pola bahasa sugestif yang seringkali digunakan oleh Milton Erickson. Jika sebelumnya Anda sudah pernah bergelut di dunia NLP, tentunya Anda pernah tahu bahwa pola bahasa sugestif yang Saya maksud dinamakan dengan: Hypnotic Language Pattern.
Tapi, bukan itu yang akan Saya bahas. Nanti kalau soal itu, Anda bisa cek bersama pola-pola dan teknik-teknik yang lainnya lengkap disini https://goo.gl/pW9nG4
Saya akan langsung ke bahasan bagaimana cara memfollow up calon pembeli
By the way, teknik closing dan teknik follow up adalah dua hal yang berbeda lho ya…. Serupa, tapi tak sama…
Artinya, ada 44% penjual yang akan mengalami kegagalan dalam 80% penjualan yang mereka lakukan. Bayangkan, sebanyak itu. Apakah Anda ingin membiarkannya hilang begitu saja? Tentu tidak, bukan?
Oleh karena itu, diperlukan skill follow up agar mereka benar-benar beli dan transfer uangnya ke kita. Caranya?
Inilah 5 Skill Follow Up Yang Wajib Kamu Kuasai Jika Berjualan Online
Pertama, Ajukan Pertanyaan Pilihan.
Ya, banyak orang gagal memfollow up, karena mereka salah bertanya, misalkan:
“Bun, jadi beli gamisnya enggak?”. Jawab: enggak.
“Mas, jadi beli jaketnya enggak?”. Jawab: enggak.
Itupun mending kalau dijawab, kebanyakan malah nggak dibalas sama sekali. Pernah ngalamin? hehehe :D
Karenanya, sebisa mungkin, Anda perlu mengajukan pertanyaan pilihan yang jawabannya pasti “YA”. Misalkan:
“Mba, orderan kemarin, mau dikirim pake JNE atau TIKI?”
“Mas, orderan kemarin, mau dikirim hari ini atau besok?”
“Bu, orderan kemarin, mau ditransfer ke BCA atau Mandiri?”
Pola ini memiliki rumus : “Mas/Mba, orderan yang kemarin, mau [sugesti] (x) atau (y)?”
Kebayang?
Intinya, pertanyaan kita setel agar calon pembeli menjawab salah satu pilihan yang kita ajukan
Jadi, jangan pernah nanya gini lagi ke calon pembeli, “Mba/Mas, jadi beli enggak?”. Blunder…
Itu yang pertama. Anda bisa kreasikan sesuai kebutuhan dan keinginan Anda.
Kedua, Asumsikan Pasti Beli.
Ini yang sering terjadi pada para penjual online. Mereka mengasumsikan calon pembelinysa tidak jadi beli. Maksudnya?
Ya itu tadi. Asumsinya dinyatakan secara terang-terangan, persis seperti kasus sebelumnya:
“Mba, jadi beli kerudungnya enggak?”,
“Mas, jadi beli kaosnya enggak?”.
Ya jelas, pertanyaan tersebut diasumsikan bahwa si calon pembeli, boleh beli, boleh tidak.
Terus, gimana caranya?
Ya gunakan asumsi-asumsi terselubung yang mengasumsikan mereka pasti beli. Contohnya?
“Oh ya Mba, sebelum transfer, masih ada yang ingin ditanyakan mengenai produknya?”. <—- Asumsinya, dia bakalan transfer.
“Oh ya Mas, kira-kira mas rencana mau transfer kapan ya?”. <—- Asumsinya, dia bakalan transfer. Cuma, kapan?
Follow Up mengasumsikan tidak transfer —> “Mas, jadi transfer enggak?”. <— diasumsikan boleh: enggak
“Oh ya Mas, karena kemarin mas sudah tertarik ikut pelatihannya, Saya penasaran, kira-kira mas mau selesaikan pembayarannya siang ini atau sore?”. <—- Asumsinya, dia bakalan bayar. Cuma, mau bayar siang atau sore? Sama seperti cara pertama.
“Oh ya Mas, karena sebelumnya mas udah tertarik ikut pelatihannya, sebelum transfer, Saya kepingin tahu, apakah mas udah tahu seberapa besar manfaat yang mas dapatkan setelah join di pelatihan ini?. <— Asumsinya ditumpuk-tumpuk. Silakan analisa sendiri. Atau nanti kita bahas di grup Telegram. hehe
Nah, itu cara kedua. Intinya, jangan pernah asumsikan si calon pembeli gak jadi beli. Asumsikanlah mereka benar2 beli. Paham?
Saya kasih contoh asumsi-asumsi lagi ya…
“Mba, karena ini merupakan pembelian yang pertama kali, maka kami berikan pada mba bonus spesial berupa….” <— Asumsinya: bakalan ada pembelian berikutnya, karena ini pertama kali
Contoh pas banget kalo buat status di Facebook, “Siapa lagi yang ingin tahu bagaimana cara mendapatkan passive income 10 juta setiap bulan dari bisnis tour & travel?” <— Asumsinya: sebelumnya udah ada yang pernah dapat passive income 10 juta setiap bulan. Karena ada kata “Siapa lagi?”
Contoh pas buat status, “Kapan lagi Anda bisa miliki [nama produk] dengan harga super murah selain hari ini?” <— Asumsinya: kalau gak hari ini, gak ada lagi waktu yang tepat. Karena ada kata “Kapan lagi?”
Ah, masih banyak contohnya….
Lanjut ke cara ketiga…
Ketiga, Tanyakan Alasan Beli
Cara ini masih memanfaatkan asumsi pasti beli. Karena ketika kita tanya kenapa mereka mau beli di kita, maka mereka cenderung menjawab, “karena…. bla bla bla”.
Saat mereka mengungkapkan alasannya, artinya mereka sudah benar-benar setuju untuk beli produk kita. Paham?
contoh..
Orang akan cenderung jawab: karena.. soalnya… karena pertanyaannya udah kita setir
Jadi, pas follow up calon pembeli, bisa bilang, “Mba, aku penasaran, kalau boleh tahu, mba kenapa ya kemarin beli jilbab ini?” atau “Mba, aku kepengen tahu, mba kenapa ya kemarin beli jilbabnya dari Saya, bukan reseller lain?” <— ketika jawab: “Soalnya…”, “Karena…”. berarti ia setuju bahwa beli produk Anda dan dari Anda
Kebayang?
Keempat, Tunjukkan Testimoni
Dengan Anda memberikan testimoni, entah itu screen shoot gambar atau cerita dari pembeli produk Anda sebelumnya, akan membuat calon pembeli semakin yakin dengan produk Anda.
Terkadang, mereka menunda beli atau transfer, bukan karena apa-apa, melainkan kurang yakin dan banyak pertimbangan. Tapi ketika Anda tunjukkan testmoni-tesmimoninya, pastinya mereka akan semakin yakin untuk beli produk Anda..
Cara keempat, paling banyak digunakan oleh kawan-kawan onlineshop. Andalannya cuma satu: testimoni. hehe
*jangan terlalu lebay menggunakan skill nomer 4 ini :D
Kelima, Tawarkan Bantuan.
Ini adalah cara yang paling sering Saya gunakan khususnya saat memfollow up calon pembeli lewat email. Alhasil, gara-gara cara ini, konversi penjualan Saya dari order ke transfer melesat hingga 65%. Padahal setahu saya, yang lain gak nyampe 40%
Nah, itu 5 cara kalau kita pengen follow up calon pembeli.
Berminat mempelajari Tekhnik-tekhnik Selling dan CopyWriting dari Kang Dewa Eka Prayoga yang lebih dahsyat lagi.? KLIK https://goo.gl/pW9nG4
Sumber: DEWA EKA PRAYOGA ( https://www.facebook.com/groups/klubjagojualan/permalink/1832276720355109/ )
Silahkan SHARE / BAGIKAN jika anda merasa artikel ini bermanfaat, dan jika anda mau COPAS Artikel ini, sertakan Linknya, agar ada yang bertanggung jawab atas isinya. Terima Kasih.
Jika Anda sudah mahir follow up, abaikan artikel ini. Ini akan habis dibaca dalam 4 menit.
Tidak semua copywriting yang kita gunakan, akan berujung langsung pada closing. Walaupun copywriting yang kita gunakan dalam bentuk soft selling, covert selling, story telling, atau apapun itu.
Terkadang, orang akan tanya-tanya terlebih dahulu tentang detail produknya. Ini wajar, karena yang namanya jualan adalah aktivitas tanya-jawab. Justru keren banget kalau semua copywriting yang digunakan berujung closing tanpa ada penjelasan lanjutan dari kita.
Salut!
Namun, agar pembaca iklan Anda semakin tertarik untuk membeli produk Anda, tentunya akan lebih baik jika Anda gunakan bahasa-bahasa yang memungkinkan mereka mengikuti apa yang Anda inginkan. Pola bahasa inilah yang disebut dengan pola bahasa sugestif.
Pola bahasa sugestif yang seringkali digunakan oleh Milton Erickson. Jika sebelumnya Anda sudah pernah bergelut di dunia NLP, tentunya Anda pernah tahu bahwa pola bahasa sugestif yang Saya maksud dinamakan dengan: Hypnotic Language Pattern.
Tapi, bukan itu yang akan Saya bahas. Nanti kalau soal itu, Anda bisa cek bersama pola-pola dan teknik-teknik yang lainnya lengkap disini https://goo.gl/pW9nG4
Saya akan langsung ke bahasan bagaimana cara memfollow up calon pembeli
By the way, teknik closing dan teknik follow up adalah dua hal yang berbeda lho ya…. Serupa, tapi tak sama…
“80% Pembelian membutuhkan 5 kali follow up, tapi 44% pebisnis online berhenti saat penawaran pertama…” (Hubspot)
Artinya, ada 44% penjual yang akan mengalami kegagalan dalam 80% penjualan yang mereka lakukan. Bayangkan, sebanyak itu. Apakah Anda ingin membiarkannya hilang begitu saja? Tentu tidak, bukan?
Oleh karena itu, diperlukan skill follow up agar mereka benar-benar beli dan transfer uangnya ke kita. Caranya?
Inilah 5 Skill Follow Up Yang Wajib Kamu Kuasai Jika Berjualan Online
Pertama, Ajukan Pertanyaan Pilihan.
Ya, banyak orang gagal memfollow up, karena mereka salah bertanya, misalkan:
“Bun, jadi beli gamisnya enggak?”. Jawab: enggak.
“Mas, jadi beli jaketnya enggak?”. Jawab: enggak.
Itupun mending kalau dijawab, kebanyakan malah nggak dibalas sama sekali. Pernah ngalamin? hehehe :D
Karenanya, sebisa mungkin, Anda perlu mengajukan pertanyaan pilihan yang jawabannya pasti “YA”. Misalkan:
“Mba, orderan kemarin, mau dikirim pake JNE atau TIKI?”
“Mas, orderan kemarin, mau dikirim hari ini atau besok?”
“Bu, orderan kemarin, mau ditransfer ke BCA atau Mandiri?”
Pola ini memiliki rumus : “Mas/Mba, orderan yang kemarin, mau [sugesti] (x) atau (y)?”
Kebayang?
Intinya, pertanyaan kita setel agar calon pembeli menjawab salah satu pilihan yang kita ajukan
Jadi, jangan pernah nanya gini lagi ke calon pembeli, “Mba/Mas, jadi beli enggak?”. Blunder…
Itu yang pertama. Anda bisa kreasikan sesuai kebutuhan dan keinginan Anda.
Kedua, Asumsikan Pasti Beli.
Ini yang sering terjadi pada para penjual online. Mereka mengasumsikan calon pembelinysa tidak jadi beli. Maksudnya?
Ya itu tadi. Asumsinya dinyatakan secara terang-terangan, persis seperti kasus sebelumnya:
“Mba, jadi beli kerudungnya enggak?”,
“Mas, jadi beli kaosnya enggak?”.
Ya jelas, pertanyaan tersebut diasumsikan bahwa si calon pembeli, boleh beli, boleh tidak.
Terus, gimana caranya?
Ya gunakan asumsi-asumsi terselubung yang mengasumsikan mereka pasti beli. Contohnya?
“Oh ya Mba, sebelum transfer, masih ada yang ingin ditanyakan mengenai produknya?”. <—- Asumsinya, dia bakalan transfer.
“Oh ya Mas, kira-kira mas rencana mau transfer kapan ya?”. <—- Asumsinya, dia bakalan transfer. Cuma, kapan?
Follow Up mengasumsikan tidak transfer —> “Mas, jadi transfer enggak?”. <— diasumsikan boleh: enggak
“Oh ya Mas, karena kemarin mas sudah tertarik ikut pelatihannya, Saya penasaran, kira-kira mas mau selesaikan pembayarannya siang ini atau sore?”. <—- Asumsinya, dia bakalan bayar. Cuma, mau bayar siang atau sore? Sama seperti cara pertama.
“Oh ya Mas, karena sebelumnya mas udah tertarik ikut pelatihannya, sebelum transfer, Saya kepingin tahu, apakah mas udah tahu seberapa besar manfaat yang mas dapatkan setelah join di pelatihan ini?. <— Asumsinya ditumpuk-tumpuk. Silakan analisa sendiri. Atau nanti kita bahas di grup Telegram. hehe
Nah, itu cara kedua. Intinya, jangan pernah asumsikan si calon pembeli gak jadi beli. Asumsikanlah mereka benar2 beli. Paham?
Saya kasih contoh asumsi-asumsi lagi ya…
“Mba, karena ini merupakan pembelian yang pertama kali, maka kami berikan pada mba bonus spesial berupa….” <— Asumsinya: bakalan ada pembelian berikutnya, karena ini pertama kali
Contoh pas banget kalo buat status di Facebook, “Siapa lagi yang ingin tahu bagaimana cara mendapatkan passive income 10 juta setiap bulan dari bisnis tour & travel?” <— Asumsinya: sebelumnya udah ada yang pernah dapat passive income 10 juta setiap bulan. Karena ada kata “Siapa lagi?”
Contoh pas buat status, “Kapan lagi Anda bisa miliki [nama produk] dengan harga super murah selain hari ini?” <— Asumsinya: kalau gak hari ini, gak ada lagi waktu yang tepat. Karena ada kata “Kapan lagi?”
Ah, masih banyak contohnya….
Lanjut ke cara ketiga…
Ketiga, Tanyakan Alasan Beli
Cara ini masih memanfaatkan asumsi pasti beli. Karena ketika kita tanya kenapa mereka mau beli di kita, maka mereka cenderung menjawab, “karena…. bla bla bla”.
Saat mereka mengungkapkan alasannya, artinya mereka sudah benar-benar setuju untuk beli produk kita. Paham?
contoh..
Orang akan cenderung jawab: karena.. soalnya… karena pertanyaannya udah kita setir
Jadi, pas follow up calon pembeli, bisa bilang, “Mba, aku penasaran, kalau boleh tahu, mba kenapa ya kemarin beli jilbab ini?” atau “Mba, aku kepengen tahu, mba kenapa ya kemarin beli jilbabnya dari Saya, bukan reseller lain?” <— ketika jawab: “Soalnya…”, “Karena…”. berarti ia setuju bahwa beli produk Anda dan dari Anda
Kebayang?
Keempat, Tunjukkan Testimoni
Dengan Anda memberikan testimoni, entah itu screen shoot gambar atau cerita dari pembeli produk Anda sebelumnya, akan membuat calon pembeli semakin yakin dengan produk Anda.
Terkadang, mereka menunda beli atau transfer, bukan karena apa-apa, melainkan kurang yakin dan banyak pertimbangan. Tapi ketika Anda tunjukkan testmoni-tesmimoninya, pastinya mereka akan semakin yakin untuk beli produk Anda..
Cara keempat, paling banyak digunakan oleh kawan-kawan onlineshop. Andalannya cuma satu: testimoni. hehe
*jangan terlalu lebay menggunakan skill nomer 4 ini :D
Kelima, Tawarkan Bantuan.
Ini adalah cara yang paling sering Saya gunakan khususnya saat memfollow up calon pembeli lewat email. Alhasil, gara-gara cara ini, konversi penjualan Saya dari order ke transfer melesat hingga 65%. Padahal setahu saya, yang lain gak nyampe 40%
Nah, itu 5 cara kalau kita pengen follow up calon pembeli.
Berminat mempelajari Tekhnik-tekhnik Selling dan CopyWriting dari Kang Dewa Eka Prayoga yang lebih dahsyat lagi.? KLIK https://goo.gl/pW9nG4
Siapakah Dewa Eka Prayoga?
Dewa Eka Prayoga adalah seorang Praktisi Penjualan, Business Coach, Penulis Buku-Buku Best Seller, dan Founder & CEO Billionaire Corp, yang telah membantu ribuan pengusaha di Indonesia dalam meningkatkan omset dan profit bisnisnya hingga berkali-kali lipat. Kemampuannya dalam menjual dan membantu para pengusaha di Indonesia untuk Jago Jualan menjadikannya sebagai seorang mentor yang dijuluki DEWA SELLING.
Sumber: DEWA EKA PRAYOGA ( https://www.facebook.com/groups/klubjagojualan/permalink/1832276720355109/ )
Silahkan SHARE / BAGIKAN jika anda merasa artikel ini bermanfaat, dan jika anda mau COPAS Artikel ini, sertakan Linknya, agar ada yang bertanggung jawab atas isinya. Terima Kasih.
5 Skill Follow Up Dewa Selling
Reviewed by Edi Sugianto
on
17.15
Rating:
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus