Hukum-Hukum Sugesti
Masuknya sebuah Program pikiran di alam bawah sadar, pasti melalui salah satu, dua, tiga, atau semua cara dari kelima cara di bawah ini :
Berkebalikan dari pemahaman umum bahwa seorang hipnotis/hipnoterapis memiliki kuasa penuh atas subjek yang sedang dihipnosis, sebenarnya subjek itulah yang menjalankan semuanya, semuanya tergantung dari tingkat sugestibilitas yang dimilikinya. Oleh karena itulah, mengetahui Sugestibilitas seorang klien sangat penting dilakukan dalam tahapan MAPPING sebelum suatu sesi hypnotherapy dijalankan.
Setelah memahami Type Sugestibilitas klien, maka kita dapat menyusun sebuah Sugesti Hipnotis Yang Efektif, Baca di sini : Menyusun Sugesti Hipnotis Yang Efektif
Hukum-Hukum Sugesti
Berdasarkan pengertian mengenai tipe sugestibilitas, praktik hipnoterapi yang berhasil membutuhkan pemahaman tentang lima hukum dominan sugestibilitas :
1. The Law of Reverse Reaction (Hukum Reaksi Berkebalikan)
2. The Law of Repetition (Hukum Repetisi)
3. The Law of Dominance (Hukum Dominasi)
4. The Law of Delayed Action (Hukum Tindakan yang Tertunda)
5. The Law of Association (Hukum Asosiasi)
Pemahaman dan penerapan hukum dominan sugestibilitas akan sangat membantu kita dalam memanfaatkan kondisi alamiah sugestibilitas klien untuk mempengaruhi dan membantunya keluar atau sembuh dari masalah yang ia alami. Manusia pada umumnya dikendalikan oleh dua emosi, yaitu fear/takut dan greed/keserakahan, dua emosi ini pula yang membuat manusia sangat mudah dipengaruhi oleh hukum-hukum sugesti.
Perasaan takut menekan kemampuan untuk membuat keputusan. Akibatnya, dalam kondisi takut, setiap keputusan akan dengan sangat mudah diterima. Demikian pula dengan keserakahan menimbulkan perasaan urgensi atau keterdesakan sehingga kita bertindak tanpa berfikir secara logis.
The Law of Reverse Reaction (Hukum Reaksi Berkebalikan)
Hukum ini menyatakan bahwa apabila ada dua sugesti yang diberikan secara bersamaan, maka sugesti yang lebih kuat yang akan diterima dan dilaksanakan daripada sugesti yang lebih lemah.
Contoh :
"Mata anda sekarang lengket terkunci, Semakin anda mencoba untuk membuka mata, Mata anda semakin lengket dan terkunci"
The Law of Repetition (Hukum Repetisi)
Salah satu pintu untuk berkomunikasi dengan Pikiran bawah sadar adalah dengan repetisi, atau mengulang-ulang sebuah sugesti sedemikian hingga sugesti tersebut tertanam dan menancap dengan kuat di dalam pikiran bawah sadar. Sugesti yang disampaikan berkali-kali akan lebih mengakar dan dipahami oleh pikiran bawah sadar seseorang. Mudahnya adalah ketika kita belajar, semakin diulang menjadi semakin mudah.
The Law of Dominance (Hukum Dominasi)
Hukum ini juga mengacu pada salah satu pintu untuk membuka Gerbang Pikiran Bawah Sadar (RAS), yaitu adanya Figur Otoritas (Authority Mind Programming). Setiap upaya masuk ke kondisi hipnosis, baik itu waking hypnosis, self hypnosis, atau hetero-hypnosis, pasti mempunyai tiga komponen. Pertama, orang yang melakukan hipnosis harus mempunyai otoritas, atau paling tidak dipandang sebagai figur otoritas di bidangnya. Ini adalah langkah awal untuk menembus atau membuka celah di critical factor pikiran sadar.
Setelah berhasil, dibutuhkan komponen kedua untuk membuat critical factor bersedia menerima informasi yang akan disampaikan. Critical factor akan bertanya, “Mengapa ini bisa bekerja?” Untuk bisa membuat critical factor “puas” maka digunakan salah satu dari tiga otoritas informasi berikut, yaitu doktrin, paradigma (teori atau model) dan trance-logic.
Setelah itu baru komponen ketiga digunakan yaitu message unit overload atau membanjiri pikiran dengan sangat banyak unit informasi sehingga pikiran menjadi overload.
The Law of Delayed Action (Hukum Tindakan yang Tertunda)
Sugesti terapi yang disampaikan tidak langsung bekerja dan dapat dirasakan. Contohnya adalah memberikan terapi sugesti kepada seorang ibu yang trauma naik sepeda motor. Artinya hasil sugesti terapi akan benar-benar terasa ketika klien naik motor dan merasakan jika traumanya sudah hilang. Artinya ada jarak dan jeda waktu yang memisahkan antara sesi pemberian sugesti dengan hasil yang dirasakan.
The Law of Association (Hukum Asosiasi)
Hal ini bermaksud untuk menghubungkan sugesti hipnosis yang diberikan kepada klien. Misalnya semakin sering klien masuk ke dalam kondisi hipnosis dalam keadaan menutup mata. Maka pada beberapa tahapan berikutnya, klien akan langsung masuk ke dalam kondisi hipnosis yang dalam ketika mulai menutup mata. Artinya klien mengasosiasikan kegiatan menutup mata dengan masuk ke dalam kondisi hipnosis dalam yang nyaman.
- Repetisi
- Identifikasi Kelompok, Komunitas, atau Keluarga.
- Ide yang disampaikan oleh Figur yang dipandang memiliki otoritas.
- Emosi yang intens.
- Hipnosis
Berkebalikan dari pemahaman umum bahwa seorang hipnotis/hipnoterapis memiliki kuasa penuh atas subjek yang sedang dihipnosis, sebenarnya subjek itulah yang menjalankan semuanya, semuanya tergantung dari tingkat sugestibilitas yang dimilikinya. Oleh karena itulah, mengetahui Sugestibilitas seorang klien sangat penting dilakukan dalam tahapan MAPPING sebelum suatu sesi hypnotherapy dijalankan.
Setelah memahami Type Sugestibilitas klien, maka kita dapat menyusun sebuah Sugesti Hipnotis Yang Efektif, Baca di sini : Menyusun Sugesti Hipnotis Yang Efektif
Hukum-Hukum Sugesti
Berdasarkan pengertian mengenai tipe sugestibilitas, praktik hipnoterapi yang berhasil membutuhkan pemahaman tentang lima hukum dominan sugestibilitas :
1. The Law of Reverse Reaction (Hukum Reaksi Berkebalikan)
2. The Law of Repetition (Hukum Repetisi)
3. The Law of Dominance (Hukum Dominasi)
4. The Law of Delayed Action (Hukum Tindakan yang Tertunda)
5. The Law of Association (Hukum Asosiasi)
Pemahaman dan penerapan hukum dominan sugestibilitas akan sangat membantu kita dalam memanfaatkan kondisi alamiah sugestibilitas klien untuk mempengaruhi dan membantunya keluar atau sembuh dari masalah yang ia alami. Manusia pada umumnya dikendalikan oleh dua emosi, yaitu fear/takut dan greed/keserakahan, dua emosi ini pula yang membuat manusia sangat mudah dipengaruhi oleh hukum-hukum sugesti.
Perasaan takut menekan kemampuan untuk membuat keputusan. Akibatnya, dalam kondisi takut, setiap keputusan akan dengan sangat mudah diterima. Demikian pula dengan keserakahan menimbulkan perasaan urgensi atau keterdesakan sehingga kita bertindak tanpa berfikir secara logis.
The Law of Reverse Reaction (Hukum Reaksi Berkebalikan)
Hukum ini menyatakan bahwa apabila ada dua sugesti yang diberikan secara bersamaan, maka sugesti yang lebih kuat yang akan diterima dan dilaksanakan daripada sugesti yang lebih lemah.
Contoh :
"Mata anda sekarang lengket terkunci, Semakin anda mencoba untuk membuka mata, Mata anda semakin lengket dan terkunci"
The Law of Repetition (Hukum Repetisi)
Salah satu pintu untuk berkomunikasi dengan Pikiran bawah sadar adalah dengan repetisi, atau mengulang-ulang sebuah sugesti sedemikian hingga sugesti tersebut tertanam dan menancap dengan kuat di dalam pikiran bawah sadar. Sugesti yang disampaikan berkali-kali akan lebih mengakar dan dipahami oleh pikiran bawah sadar seseorang. Mudahnya adalah ketika kita belajar, semakin diulang menjadi semakin mudah.
The Law of Dominance (Hukum Dominasi)
Hukum ini juga mengacu pada salah satu pintu untuk membuka Gerbang Pikiran Bawah Sadar (RAS), yaitu adanya Figur Otoritas (Authority Mind Programming). Setiap upaya masuk ke kondisi hipnosis, baik itu waking hypnosis, self hypnosis, atau hetero-hypnosis, pasti mempunyai tiga komponen. Pertama, orang yang melakukan hipnosis harus mempunyai otoritas, atau paling tidak dipandang sebagai figur otoritas di bidangnya. Ini adalah langkah awal untuk menembus atau membuka celah di critical factor pikiran sadar.
Setelah berhasil, dibutuhkan komponen kedua untuk membuat critical factor bersedia menerima informasi yang akan disampaikan. Critical factor akan bertanya, “Mengapa ini bisa bekerja?” Untuk bisa membuat critical factor “puas” maka digunakan salah satu dari tiga otoritas informasi berikut, yaitu doktrin, paradigma (teori atau model) dan trance-logic.
Setelah itu baru komponen ketiga digunakan yaitu message unit overload atau membanjiri pikiran dengan sangat banyak unit informasi sehingga pikiran menjadi overload.
The Law of Delayed Action (Hukum Tindakan yang Tertunda)
Sugesti terapi yang disampaikan tidak langsung bekerja dan dapat dirasakan. Contohnya adalah memberikan terapi sugesti kepada seorang ibu yang trauma naik sepeda motor. Artinya hasil sugesti terapi akan benar-benar terasa ketika klien naik motor dan merasakan jika traumanya sudah hilang. Artinya ada jarak dan jeda waktu yang memisahkan antara sesi pemberian sugesti dengan hasil yang dirasakan.
The Law of Association (Hukum Asosiasi)
Hal ini bermaksud untuk menghubungkan sugesti hipnosis yang diberikan kepada klien. Misalnya semakin sering klien masuk ke dalam kondisi hipnosis dalam keadaan menutup mata. Maka pada beberapa tahapan berikutnya, klien akan langsung masuk ke dalam kondisi hipnosis yang dalam ketika mulai menutup mata. Artinya klien mengasosiasikan kegiatan menutup mata dengan masuk ke dalam kondisi hipnosis dalam yang nyaman.
Hukum-Hukum Sugesti
Reviewed by Edi Sugianto
on
08.09
Rating:
Tidak ada komentar: