Balada Hipnosis Burung Romo
Berikut ini adalah kisah kelanjutan dari Sang Romo Sepuh yang minta diterapi burungnya karena sudah jarang manggung. Baca kisahnya sebelumnya di sini ya : Dewa Hipnosis, Sesat Romo.
Induksi sedang berlangsung, dan Indrajid menerapkan tekhnik Induksi Progressive relaxation. Tetapi ketika dilakukan deepening dengan tekhnik Counting atau tekhnik hitungan. Tiba-tiba romo garuk-garuk punggungnya yang gatal, kemudian minta pindah tempat duduk. Dan ini adalah lampu merah bagi indrajid, karena itu artinya si Romo belum ter-induksi. Dan belum terbawa masuk ke alam bawah sadar.
Tiba-tiba si Romo nyeletuk,"Jid, kalau sudah masuk Hipno State. Kamu jangan tanya yang aneh-aneh ya. Jangan-jangan kamu nanti menginterogasi saya dengan pertanyaan yang macem-macem..." (Ssstt.. agaknya si romo ini takut ketahuan kalau dia punya banyak istri simpenan... hehehehe...)
"Khan sudah saya bilang mo, saat dalam hipno state. Romo sewaktu-waktu masih bisa dan mampu untuk menghentikan sesi hipnoterapi ini. Perlu Romo ketahui bahwa saat critical factor dari pikiran sadar menjadi nonaktif karena relaksasi pikiran, benar sugesti dapat dimasukkan dengan leluasa ke pikiran bawah sadar, Namun sugesti ini tetap akan melewati empat filter mental di pikiran bawah sadar. Empat filter mental ini yaitu Filter Survival (keselamatan hidup), Filter moral/agama, Filter benar/salah, dan Filter masuk akal/tidak. Jadi bila sugesti saya melanggar empat filter ini, secara otomatis pikiran bawah sadar Romo akan menolaknya." Demikian jelas si Indrajid.
"Tapi si Uya Kuya di TV itu kok bisa jid. Tanya macem-macem yang rahasia.."Segah Romo..
"Hipnosis yang dilakukan Uya Kuya di Televisi itu merupakan salah satu cabang Hipnosis yang disebut HipnoForensik. HipnoForensik tidak bisa dilakukan ke sembarang subyek. Misalnya untuk mengorek keterangan dari seorang terdakwa kejahatan. Itu ndak bisa. Karena si terdakwa akan melakukan proteksi dan bahkan mungkin akan melakukan upaya Hipnosis palsu, yaitu berpura-pura dapat dihipnotis walaupun dia sebenarnya tetap sadar sepenuhnya. dan kemudian menjawab apapun pertanyaan sang ahli hipnotis sesuai dengan skenario cerita yang telah dirancangnya. Kalau itu yang terjadi, maka apapun hasil wawancara hipnoforensik tadi menjadi tidak valid dan ngaco..
HipnoForensik hanya bisa diterapkan kepada saksi ataupun korban, dengan tujuan utama untuk menggali memory yang mungkin sudah terlupakan atau di repress sangat dalam di alam bawah sadar terkait dengan ketakutan atau Trauma karena menyaksikan peristiwa tersebut. Nah, memory yang di repress tersebut itulah yang coba untuk digali. Dan apapun hasil yang diperoleh, itupun sekedar sebagai petunjuk saja. Dan tidak dijadikan sebagai bukti di pengadilan. Karena Seringkali data yang terungkap sudah “terkontaminasi” oleh berbagai informasi yang disampaikan oleh orang di sekitar klien pascakejadian, atau dari berbagai pemberitaan yang klien lihat, baca, atau dengar. Ini bisa terjadi karena pikiran bawah sadar merekam kejadian bukan apa adanya namun apa kita-nya. Artinya, memori ini bisa berubah, bertambah atau berkurang karena sifatnya yang dinamis dan rekonstruktif bergantung pada banyak faktor.
Dan yang perlu diperhatikan, Memori yang terepresi mengandung emosi dengan intensitas yang sangat tinggi. Itulah sebabnya ia “disembunyikan” sedemikian rupa sehingga tidak bisa diakses. Saat memori berhasil di ingat kembali maka muatan emosi ini juga akan dialami oleh individu. Pengalaman ini dapat mengakibatkan guncangan pada kondisi mental, gangguan kestabilan sistem psikis, dan berakibat sangat negatif.
Bila memang tidak diperlukan, dan selama tidak mengganggu, maka akan lebih baik membiarkan segmen memori ini “disembunyikan” di pikiran bawah sadar sampai seseorang lebih siap dan kuat untuk memrosesnya. Bila memang perlu segera diungkap maka ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati, menggunakan forensik hipnosis, dan tentu memerhatikan kesiapan kondisi fisik dan psikis individu.
Cara yang paling sering digunakan untuk mengungkap memori yang terepresi adalah dengan meminta klien mundur, dalam pikirannya, dan mengingat apa yang ia lakukan sebelum peristiwa traumatik. Dengan cara ini diharapkan klien dapat mengingat kembali peristiwa traumatik itu. Cara ini bisa berhasil namun bukan tanpa resiko.
Resikonya yaitu, klien mengalami abreaksi. Yaitu ketika dia mengingat kembali peristiwa traumatik tersebut. Intensitas emosinya naik, dan dia akan lepas kontrol. Bisa teriak histeris, dll.
Oleh karena itu, Bila tujuannya adalah untuk penyidikan maka perlakuannya berbeda. Operator yang mengajukan pertanyaan adalah hipnoterapis yang cakap melakukan regresi atau penyidik yang juga seorang hipnoterapis.
Syarat di atas sangat penting karena bila salah bertanya maka data yang keluar bisa salah. Kesalahan yang sering terjadi adalah operator melakukan Leading bukan Guiding. Selain itu yang sangat perlu diperhatikan adalah tekanan suara, pilihan kata, ekspresi atau mimik wajah saat bertanya, dan pengharapan operator karena akan terbaca oleh pikiran bawah sadar klien dan berpengaruh atas jawaban yang klien berikan.
Sebelum forensik dilakukan, klien harus menjalani tes kesehatan fisik dan mental dan dinyatakan siap. Semua proses direkam mulai dari awal hingga akhir, tanpa terputus, dengan beberapa kamera. Ada kamera yang khusus merekam suara dan wajah klien, suara dan wajah operator atau hipnoterapis atau penyidik, dan juga ada yang merekam keseluruhan ruangan yang digunakan untuk kegiatan forensik.
Sebagai hipnoterapis klinis, menurut hemat saya, sebaiknya usai diforensik klien juga perlu langsung diterapi. Alasannya, forensik dapat mengungkap memori yang sebelumnya disembunyikan oleh pikiran bawah sadar. Dengan terungkapnya memori ini maka klien dapat mengingat kembali kejadian traumatik. Tentu hal ini akan tidak baik bagi klien." Demikian jelas Indrajid panjang lebar.
"Waduh njlimet banget jid penjelasanmu. Tapi di Uya Kuya itu kok gampang banget jid, cukup lihat api terus tidur. Dan siap untuk ditanyai apapun... itu gimana jid..?" Tanya Romo Penasaran.
"Acara Uya Kuya itu khan acara hiburan mo, semuanya sudah di atur dalam skenario. Itu semua adalah hipnosis bohong-bohongan. Sekedar untuk hiburan saja. Lihat saja subyeknya saat di hipnotis, suaranya khan kenceng banget kayak orang biasa. Belum lagi dahinya yang suka berkernyit pertanda kalau lagi mikir. Masak orang dihipnotis melakukan kegiatan berfikir seberat itu. Itu semua hanya bohong-bohongan mo..." Jelas Indrajid...
"Ooo.. Itu cuman acara hiburan ya.... Trus gimana nih burung romo...?" Tanya Romo senyam-senyum...
"Oh iya ya.. keasyikan ngobrol sampai lupa dengan burungnya.... hehehehe..." Jawab Indrajid cengengesan......
To be Continued....
Induksi sedang berlangsung, dan Indrajid menerapkan tekhnik Induksi Progressive relaxation. Tetapi ketika dilakukan deepening dengan tekhnik Counting atau tekhnik hitungan. Tiba-tiba romo garuk-garuk punggungnya yang gatal, kemudian minta pindah tempat duduk. Dan ini adalah lampu merah bagi indrajid, karena itu artinya si Romo belum ter-induksi. Dan belum terbawa masuk ke alam bawah sadar.
Tiba-tiba si Romo nyeletuk,"Jid, kalau sudah masuk Hipno State. Kamu jangan tanya yang aneh-aneh ya. Jangan-jangan kamu nanti menginterogasi saya dengan pertanyaan yang macem-macem..." (Ssstt.. agaknya si romo ini takut ketahuan kalau dia punya banyak istri simpenan... hehehehe...)
"Khan sudah saya bilang mo, saat dalam hipno state. Romo sewaktu-waktu masih bisa dan mampu untuk menghentikan sesi hipnoterapi ini. Perlu Romo ketahui bahwa saat critical factor dari pikiran sadar menjadi nonaktif karena relaksasi pikiran, benar sugesti dapat dimasukkan dengan leluasa ke pikiran bawah sadar, Namun sugesti ini tetap akan melewati empat filter mental di pikiran bawah sadar. Empat filter mental ini yaitu Filter Survival (keselamatan hidup), Filter moral/agama, Filter benar/salah, dan Filter masuk akal/tidak. Jadi bila sugesti saya melanggar empat filter ini, secara otomatis pikiran bawah sadar Romo akan menolaknya." Demikian jelas si Indrajid.
"Tapi si Uya Kuya di TV itu kok bisa jid. Tanya macem-macem yang rahasia.."Segah Romo..
"Hipnosis yang dilakukan Uya Kuya di Televisi itu merupakan salah satu cabang Hipnosis yang disebut HipnoForensik. HipnoForensik tidak bisa dilakukan ke sembarang subyek. Misalnya untuk mengorek keterangan dari seorang terdakwa kejahatan. Itu ndak bisa. Karena si terdakwa akan melakukan proteksi dan bahkan mungkin akan melakukan upaya Hipnosis palsu, yaitu berpura-pura dapat dihipnotis walaupun dia sebenarnya tetap sadar sepenuhnya. dan kemudian menjawab apapun pertanyaan sang ahli hipnotis sesuai dengan skenario cerita yang telah dirancangnya. Kalau itu yang terjadi, maka apapun hasil wawancara hipnoforensik tadi menjadi tidak valid dan ngaco..
HipnoForensik hanya bisa diterapkan kepada saksi ataupun korban, dengan tujuan utama untuk menggali memory yang mungkin sudah terlupakan atau di repress sangat dalam di alam bawah sadar terkait dengan ketakutan atau Trauma karena menyaksikan peristiwa tersebut. Nah, memory yang di repress tersebut itulah yang coba untuk digali. Dan apapun hasil yang diperoleh, itupun sekedar sebagai petunjuk saja. Dan tidak dijadikan sebagai bukti di pengadilan. Karena Seringkali data yang terungkap sudah “terkontaminasi” oleh berbagai informasi yang disampaikan oleh orang di sekitar klien pascakejadian, atau dari berbagai pemberitaan yang klien lihat, baca, atau dengar. Ini bisa terjadi karena pikiran bawah sadar merekam kejadian bukan apa adanya namun apa kita-nya. Artinya, memori ini bisa berubah, bertambah atau berkurang karena sifatnya yang dinamis dan rekonstruktif bergantung pada banyak faktor.
Dan yang perlu diperhatikan, Memori yang terepresi mengandung emosi dengan intensitas yang sangat tinggi. Itulah sebabnya ia “disembunyikan” sedemikian rupa sehingga tidak bisa diakses. Saat memori berhasil di ingat kembali maka muatan emosi ini juga akan dialami oleh individu. Pengalaman ini dapat mengakibatkan guncangan pada kondisi mental, gangguan kestabilan sistem psikis, dan berakibat sangat negatif.
Bila memang tidak diperlukan, dan selama tidak mengganggu, maka akan lebih baik membiarkan segmen memori ini “disembunyikan” di pikiran bawah sadar sampai seseorang lebih siap dan kuat untuk memrosesnya. Bila memang perlu segera diungkap maka ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati, menggunakan forensik hipnosis, dan tentu memerhatikan kesiapan kondisi fisik dan psikis individu.
Cara yang paling sering digunakan untuk mengungkap memori yang terepresi adalah dengan meminta klien mundur, dalam pikirannya, dan mengingat apa yang ia lakukan sebelum peristiwa traumatik. Dengan cara ini diharapkan klien dapat mengingat kembali peristiwa traumatik itu. Cara ini bisa berhasil namun bukan tanpa resiko.
Resikonya yaitu, klien mengalami abreaksi. Yaitu ketika dia mengingat kembali peristiwa traumatik tersebut. Intensitas emosinya naik, dan dia akan lepas kontrol. Bisa teriak histeris, dll.
Oleh karena itu, Bila tujuannya adalah untuk penyidikan maka perlakuannya berbeda. Operator yang mengajukan pertanyaan adalah hipnoterapis yang cakap melakukan regresi atau penyidik yang juga seorang hipnoterapis.
Syarat di atas sangat penting karena bila salah bertanya maka data yang keluar bisa salah. Kesalahan yang sering terjadi adalah operator melakukan Leading bukan Guiding. Selain itu yang sangat perlu diperhatikan adalah tekanan suara, pilihan kata, ekspresi atau mimik wajah saat bertanya, dan pengharapan operator karena akan terbaca oleh pikiran bawah sadar klien dan berpengaruh atas jawaban yang klien berikan.
Sebelum forensik dilakukan, klien harus menjalani tes kesehatan fisik dan mental dan dinyatakan siap. Semua proses direkam mulai dari awal hingga akhir, tanpa terputus, dengan beberapa kamera. Ada kamera yang khusus merekam suara dan wajah klien, suara dan wajah operator atau hipnoterapis atau penyidik, dan juga ada yang merekam keseluruhan ruangan yang digunakan untuk kegiatan forensik.
Sebagai hipnoterapis klinis, menurut hemat saya, sebaiknya usai diforensik klien juga perlu langsung diterapi. Alasannya, forensik dapat mengungkap memori yang sebelumnya disembunyikan oleh pikiran bawah sadar. Dengan terungkapnya memori ini maka klien dapat mengingat kembali kejadian traumatik. Tentu hal ini akan tidak baik bagi klien." Demikian jelas Indrajid panjang lebar.
"Waduh njlimet banget jid penjelasanmu. Tapi di Uya Kuya itu kok gampang banget jid, cukup lihat api terus tidur. Dan siap untuk ditanyai apapun... itu gimana jid..?" Tanya Romo Penasaran.
"Acara Uya Kuya itu khan acara hiburan mo, semuanya sudah di atur dalam skenario. Itu semua adalah hipnosis bohong-bohongan. Sekedar untuk hiburan saja. Lihat saja subyeknya saat di hipnotis, suaranya khan kenceng banget kayak orang biasa. Belum lagi dahinya yang suka berkernyit pertanda kalau lagi mikir. Masak orang dihipnotis melakukan kegiatan berfikir seberat itu. Itu semua hanya bohong-bohongan mo..." Jelas Indrajid...
"Ooo.. Itu cuman acara hiburan ya.... Trus gimana nih burung romo...?" Tanya Romo senyam-senyum...
"Oh iya ya.. keasyikan ngobrol sampai lupa dengan burungnya.... hehehehe..." Jawab Indrajid cengengesan......
To be Continued....
Balada Hipnosis Burung Romo
Reviewed by Edi Sugianto
on
22.46
Rating: