BMI & Homesick Ramadlan
Dari beberapa status facebook sahabat BMI HK ada sebuah nuansa yang dapat saya tangkap terkait dengan moment datangnya bulan Ramadlan di tahun 2013 ini, yaitu homesick atau rindu kampung halaman.
Ya, ada banyak sahabat BMI (Buruh Migran Indonesia) yg sudah berada di Hongkong lebih dari 2 tahun dan bahkan ada yang sudah lebih dari 5 tahun berada di hongkong dan sama sekali belum pernah pulang kampung...
Moment-moment ramadlan dan juga moment Hari Raya yang biasanya disambut dengan penuh suka cita, justru membuat Rasa Rindu Kampung Halaman semakin menguat dan membuat mereka untuk sesaat menjadi bersedih...
Dan sebenarnya, Homesickness ini tidak hanya terjadi saat ramadlan saja. Saya melihat banyak sahabat BMI yang menderita sakit psikosomatic ataupun emosi, ternyata bila di analisa. Penyebab utamanya adalah Homesick ini....
Berawal dari Homesick kemudian memicu munculnya memory-memory negatif dan akhirnya memunculkan beberapa simptom sakit yang melanda fisik dan juga emosi mereka....
Sahabat...
perkuat hati dan pikiranmu...
janganlah menjadi lemah....
Fokuslah pada SAAT INI...
Dan nikmatilah kebahagiaanmu di SAAT ini....
Pikiran yang lemah memang biasanya tidak menyukai untuk hadir di SAAT ini, mereka lebih suka mengembara ke masa lalu atau ke masa depan. Yang justru membuat mereka kehilangan moment saat ini, dan kehilangan kebahagiaan yang dapat mereka raih saat ini.
Ini bagaikan saat kita di masa sekolah dulu, saat sekolah sangat rindu dengan liburan, dan saat liburan sangat rindu dengan hari-hari di sekolah...
Demikian juga yang saya amati dari sahabat yang hidup diperantauan, saat di rantau mereka menjadi rindu kampung halaman. Namun ketika mereka sudah pulang, mereka juga tidak betah di rumah, dan sangat rindu untuk kembali merantau...
Dan ini adalah gejala jiwa yang umumnya terjadi pada banyak orang, oleh karena itulah banyak orang yang tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Karena pikiran mereka lemah, tidak fokus, dan mudah di ombang-ambingkan oleh memory-memory dan juga ambisi serta keinginan yang muncul di fikiran... terkadang terjebak di pahit manisnya masa lalu, dan terkadang tenggelam di suram serta gemerlapnya masa depan...
Kecemasan, penyesalan, kekecewaan, adalah pikiran-pikiran negatif yang sering mengganggu kebahagiaan kita. Semua orang pasti ingin bahagia. Tapi, selalu saja ada masalah yang harus dihadapi mulai dari bangun tidur sampai saat kembali beristirahat. Tak hanya yang terjadi sekarang, yang belum terjadi pun seringkali sudah mengganggu rasa bahagia kita. Dengarkan saja kepanikan si Tami tentang tingginya biaya sekolah anak, ”Wah, kemarin aku dengar seorang ibu yang baru memasukkan anaknya ke SMP, uang masuknya 18 juta! Ya ampun! Kalau sepuluh tahun lagi perlu berapa puluh juta ya?” Tami langsung merisaukan biaya sekolah sepuluh tahun ke depan, padahal anaknya kini baru berusia dua tahun.
Pastinya bukan hanya masalah biaya pendidikan anak yang dapat membuat kita cemas. Mulai dari hubungan keluarga, karir dan pekerjaan; semua hal yang berhubungan dengan masa depan dan masa lalu bisa membuat kita kehilangan rasa bahagia. Tak heran jika B. Alan Wallace, PhD, President of the Santa Barbara Institute for Consciousness Studies, seorang dosen dan penulis di bidang Budhism, filosofi, dan meditasi mengatakan, ”Kita memang hidup dalam dunia yang memiliki beragam cara untuk mengganggu ketenangan.”
Masalah-masalah yang mengganggu ketenangan itu seringkali membuat kita justru membiarkan momen indah yang terjadi saat ini berlalu tanpa sempat kita perhatikan, atau kita manfaatkan. Seringkali kita menyia-nyiakan detik-detik berharga yang kita miliki dalam hidup dengan mengkhawatirkan masa depan, dan sibuk merenungkan masa lalu.
”Saat berlibur kita seringkali justru mengingat tumpukan pekerjaan di meja kantor. Sebaliknya, saat bekerja kita mengharapkan datangnya saat-saat untuk berlibur dan bersantai,” kata Wallace memberi contoh.
Monkey mind begitulah kaum Budhis mengistilahkan pikiran manusia yang terus melompat-lompat, seperti seekor monyet yang berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
Kondisi pikiran yang seperti ini sebenarnya merugikan diri kita sendiri, karena kita tidak akan menemukan ketenangan dan kenyamanan hidup. Kita akan selalu berada dalam keadaan tegang, cemas, khawatir, dan rasa tidak nyaman lainnya.
Masa depan dan masa lalu memang penting. Tapi, terlalu memikirkannya juga akan membuat kita jauh dari bahagia, karena tak ada waktu untuk menikmati yang sudah dicapai, yang sudah diselesaikan, dan yang sudah dimiliki sekarang. Dan, cara ampuh untuk terbebas dari semua itu adalah dengan membiarkan diri kita menikmati saat ini. inilah The Power of NOW.
Apa sesungguhnya yang dimaksud dari pemahaman The Power of Now..? Bagi saya yang dimaksud dengan The Power of Now adalah rasa syukur. Mungkin sudah banyak yang mengulas hal ini, tetapi yang saya mengerti adalah efek atau kekuatan dari rasa syukur.
Kapan sesungguhnya kita dapat merasakan rasa syukur..? Saat ini, bukan....? Bukan kemarin, juga bukan di waktu yang akan datang.
Saat kita kecewa, marah, dan iri hati sesungguhnya kita hidup di waktu yang lampau. Mengapa..? Hidup berarti dimana pikiran berada. Pikiran adalah energi. Sehingga saat pikiran eksis di masa lalu, sesungguhnya kita tidak memiliki energi. Kekecewaan, kemarahan, kebencian, iri hati eksis karena pikiran berada di masa lalu.
Demikian pula dengan rasa cemas. Perasaan cemas terjadi di saat kita memikirkan sesuatu yang bakal tidak diperoleh. Akan diperoleh berarti sesuatu yang belum terjadi. Bukan saat ini. Saat itu pikiran kita berada di masa yang akan datang. Kita mengharapkan sesuatu, dan oleh karenanya kita mulai merasa cemas. Karena belum ada kepastian. Mungkin dapat diperoleh, mungkin juga tidak dapat diperoleh.
Keterkaitan dengan energi.
Energi hanya eksis di saat sekarang. Now and here. Energi tidak eksis di masa lalu atau masa depan. Pikiran kita adalah energi. Oleh karenanya, jika pikiran kita tidak eksis di saat dan sekarang, kita kehilangan energi.
Rasa syukur hanya bisa eksis di saat ini dan sekarang. Rasa syukur atau gratitude tidak mungkin eksis di masa lalu atau masa depan. Ke duanya memiliki kesamaan. Energi dan rasa syukur. Ke duanya eksis di saat ini.
Mari kita renungkan. Saat kita merasakan syukur adalah suatu kesadaran saat ini. Ketika kita menyadari bahwa kesehatan yang kita rasakan saat ini adalah saat kita membandingkan dengan seseorang yang sedang berbaring sakit. Kemudian kita melihat ke diri sendiri. Saat itu kita langsung bersyukur.
Rasa syukur ini merupakan energi untuk berbuat sesuatu. Saat kita merasakan syukur, kita memiliki gairah untuk melakukan sesuatu. Untuk berkarya misalnya. Rasa syukur yang baik adalah ketika kita bisa berbuat sesuatu yang menyenangkan orang lain. Itulah ungkapan syukur yang tepat. Bukan kemudian berhura Hura sehingga mengakibatkan kerugian pada orang lain. Rasa syukur kepada Dia yang memberikan kebahagiaan atau kesehatan adalah ketika kita bisa berbuat baik sehingga orang tersebut juga mengucapkan syukur kepada Dia yang maha pengasih.
Dengan demikian pengertian the Power of Now adalah rasa syukur. Energi yang hanya eksis di saat ini dan sekarang. Kekecewaan dan kecemasan bukanlah energi. Sehingga tidak bisa menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri kita. Lupakanlah ke duanya dan hidup lah dengan energi syukur. Inilah energi yang hanya eksis saat ini.
Sahabat.....
Perkuat hati dan fikiran...
sering-seringlah masuk ke TITIK NOL, masuk ke Zona Kuantum Ikhlas, dengan memperbanyak meditasi ataupun Zikir...
Fokuslah pada moment saat ini,
dan jadilah hamba yang pandai bersyukur...
dan jadilah manusia yang bahagia....
BAHAGIA TANPA SYARAT...
SALAM RAMADLAN...
Tag : BMI, Homesick, The Power of Now, Monkey Mind, Titik Nol, Bahagia, Ramadlan,Terapi Hati, Terapi Jiwa,
Ya, ada banyak sahabat BMI (Buruh Migran Indonesia) yg sudah berada di Hongkong lebih dari 2 tahun dan bahkan ada yang sudah lebih dari 5 tahun berada di hongkong dan sama sekali belum pernah pulang kampung...
Moment-moment ramadlan dan juga moment Hari Raya yang biasanya disambut dengan penuh suka cita, justru membuat Rasa Rindu Kampung Halaman semakin menguat dan membuat mereka untuk sesaat menjadi bersedih...
Dan sebenarnya, Homesickness ini tidak hanya terjadi saat ramadlan saja. Saya melihat banyak sahabat BMI yang menderita sakit psikosomatic ataupun emosi, ternyata bila di analisa. Penyebab utamanya adalah Homesick ini....
Berawal dari Homesick kemudian memicu munculnya memory-memory negatif dan akhirnya memunculkan beberapa simptom sakit yang melanda fisik dan juga emosi mereka....
Sahabat...
perkuat hati dan pikiranmu...
janganlah menjadi lemah....
Fokuslah pada SAAT INI...
Dan nikmatilah kebahagiaanmu di SAAT ini....
Pikiran yang lemah memang biasanya tidak menyukai untuk hadir di SAAT ini, mereka lebih suka mengembara ke masa lalu atau ke masa depan. Yang justru membuat mereka kehilangan moment saat ini, dan kehilangan kebahagiaan yang dapat mereka raih saat ini.
Ini bagaikan saat kita di masa sekolah dulu, saat sekolah sangat rindu dengan liburan, dan saat liburan sangat rindu dengan hari-hari di sekolah...
Demikian juga yang saya amati dari sahabat yang hidup diperantauan, saat di rantau mereka menjadi rindu kampung halaman. Namun ketika mereka sudah pulang, mereka juga tidak betah di rumah, dan sangat rindu untuk kembali merantau...
Dan ini adalah gejala jiwa yang umumnya terjadi pada banyak orang, oleh karena itulah banyak orang yang tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Karena pikiran mereka lemah, tidak fokus, dan mudah di ombang-ambingkan oleh memory-memory dan juga ambisi serta keinginan yang muncul di fikiran... terkadang terjebak di pahit manisnya masa lalu, dan terkadang tenggelam di suram serta gemerlapnya masa depan...
Kecemasan, penyesalan, kekecewaan, adalah pikiran-pikiran negatif yang sering mengganggu kebahagiaan kita. Semua orang pasti ingin bahagia. Tapi, selalu saja ada masalah yang harus dihadapi mulai dari bangun tidur sampai saat kembali beristirahat. Tak hanya yang terjadi sekarang, yang belum terjadi pun seringkali sudah mengganggu rasa bahagia kita. Dengarkan saja kepanikan si Tami tentang tingginya biaya sekolah anak, ”Wah, kemarin aku dengar seorang ibu yang baru memasukkan anaknya ke SMP, uang masuknya 18 juta! Ya ampun! Kalau sepuluh tahun lagi perlu berapa puluh juta ya?” Tami langsung merisaukan biaya sekolah sepuluh tahun ke depan, padahal anaknya kini baru berusia dua tahun.
Pastinya bukan hanya masalah biaya pendidikan anak yang dapat membuat kita cemas. Mulai dari hubungan keluarga, karir dan pekerjaan; semua hal yang berhubungan dengan masa depan dan masa lalu bisa membuat kita kehilangan rasa bahagia. Tak heran jika B. Alan Wallace, PhD, President of the Santa Barbara Institute for Consciousness Studies, seorang dosen dan penulis di bidang Budhism, filosofi, dan meditasi mengatakan, ”Kita memang hidup dalam dunia yang memiliki beragam cara untuk mengganggu ketenangan.”
Masalah-masalah yang mengganggu ketenangan itu seringkali membuat kita justru membiarkan momen indah yang terjadi saat ini berlalu tanpa sempat kita perhatikan, atau kita manfaatkan. Seringkali kita menyia-nyiakan detik-detik berharga yang kita miliki dalam hidup dengan mengkhawatirkan masa depan, dan sibuk merenungkan masa lalu.
”Saat berlibur kita seringkali justru mengingat tumpukan pekerjaan di meja kantor. Sebaliknya, saat bekerja kita mengharapkan datangnya saat-saat untuk berlibur dan bersantai,” kata Wallace memberi contoh.
Monkey mind begitulah kaum Budhis mengistilahkan pikiran manusia yang terus melompat-lompat, seperti seekor monyet yang berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.
Kondisi pikiran yang seperti ini sebenarnya merugikan diri kita sendiri, karena kita tidak akan menemukan ketenangan dan kenyamanan hidup. Kita akan selalu berada dalam keadaan tegang, cemas, khawatir, dan rasa tidak nyaman lainnya.
Masa depan dan masa lalu memang penting. Tapi, terlalu memikirkannya juga akan membuat kita jauh dari bahagia, karena tak ada waktu untuk menikmati yang sudah dicapai, yang sudah diselesaikan, dan yang sudah dimiliki sekarang. Dan, cara ampuh untuk terbebas dari semua itu adalah dengan membiarkan diri kita menikmati saat ini. inilah The Power of NOW.
Apa sesungguhnya yang dimaksud dari pemahaman The Power of Now..? Bagi saya yang dimaksud dengan The Power of Now adalah rasa syukur. Mungkin sudah banyak yang mengulas hal ini, tetapi yang saya mengerti adalah efek atau kekuatan dari rasa syukur.
Kapan sesungguhnya kita dapat merasakan rasa syukur..? Saat ini, bukan....? Bukan kemarin, juga bukan di waktu yang akan datang.
Saat kita kecewa, marah, dan iri hati sesungguhnya kita hidup di waktu yang lampau. Mengapa..? Hidup berarti dimana pikiran berada. Pikiran adalah energi. Sehingga saat pikiran eksis di masa lalu, sesungguhnya kita tidak memiliki energi. Kekecewaan, kemarahan, kebencian, iri hati eksis karena pikiran berada di masa lalu.
Demikian pula dengan rasa cemas. Perasaan cemas terjadi di saat kita memikirkan sesuatu yang bakal tidak diperoleh. Akan diperoleh berarti sesuatu yang belum terjadi. Bukan saat ini. Saat itu pikiran kita berada di masa yang akan datang. Kita mengharapkan sesuatu, dan oleh karenanya kita mulai merasa cemas. Karena belum ada kepastian. Mungkin dapat diperoleh, mungkin juga tidak dapat diperoleh.
Keterkaitan dengan energi.
Energi hanya eksis di saat sekarang. Now and here. Energi tidak eksis di masa lalu atau masa depan. Pikiran kita adalah energi. Oleh karenanya, jika pikiran kita tidak eksis di saat dan sekarang, kita kehilangan energi.
Rasa syukur hanya bisa eksis di saat ini dan sekarang. Rasa syukur atau gratitude tidak mungkin eksis di masa lalu atau masa depan. Ke duanya memiliki kesamaan. Energi dan rasa syukur. Ke duanya eksis di saat ini.
Mari kita renungkan. Saat kita merasakan syukur adalah suatu kesadaran saat ini. Ketika kita menyadari bahwa kesehatan yang kita rasakan saat ini adalah saat kita membandingkan dengan seseorang yang sedang berbaring sakit. Kemudian kita melihat ke diri sendiri. Saat itu kita langsung bersyukur.
Rasa syukur ini merupakan energi untuk berbuat sesuatu. Saat kita merasakan syukur, kita memiliki gairah untuk melakukan sesuatu. Untuk berkarya misalnya. Rasa syukur yang baik adalah ketika kita bisa berbuat sesuatu yang menyenangkan orang lain. Itulah ungkapan syukur yang tepat. Bukan kemudian berhura Hura sehingga mengakibatkan kerugian pada orang lain. Rasa syukur kepada Dia yang memberikan kebahagiaan atau kesehatan adalah ketika kita bisa berbuat baik sehingga orang tersebut juga mengucapkan syukur kepada Dia yang maha pengasih.
Dengan demikian pengertian the Power of Now adalah rasa syukur. Energi yang hanya eksis di saat ini dan sekarang. Kekecewaan dan kecemasan bukanlah energi. Sehingga tidak bisa menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri kita. Lupakanlah ke duanya dan hidup lah dengan energi syukur. Inilah energi yang hanya eksis saat ini.
Sahabat.....
Perkuat hati dan fikiran...
sering-seringlah masuk ke TITIK NOL, masuk ke Zona Kuantum Ikhlas, dengan memperbanyak meditasi ataupun Zikir...
Fokuslah pada moment saat ini,
dan jadilah hamba yang pandai bersyukur...
dan jadilah manusia yang bahagia....
BAHAGIA TANPA SYARAT...
SALAM RAMADLAN...
Tag : BMI, Homesick, The Power of Now, Monkey Mind, Titik Nol, Bahagia, Ramadlan,Terapi Hati, Terapi Jiwa,
BMI & Homesick Ramadlan
Reviewed by Edi Sugianto
on
23.32
Rating:
Tidak ada komentar: