Seni Komunikasi Yang Efektif (Quantum Communication)
Komunikasi yang efektif adalah Cara yang benar dalam bersikap, penyampaian, dan pengucapan yang digunakan seseorang dalam menyampaikan pesan dan keinginan kepada orang lain sehingga tujuan utama dapat tercapai. Prinsip dalam berkomunikasi adalah mempengaruhi orang lain agar mau berfikir, bersikap, dan mau bertindak sesuai keinginan kita.
Contoh : Atasan menegur anak buah.
artinya : Atasan sedang mempengaruhi anak buahnya agar menjadi sadar (bersikap) dan bertekad atau berjanji untuk memperbaiki kinerjanya (Bertindak).
Agar komunikasi Efektif, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Komunikasi efektif terdiri dari dua istilah: komunikasi dan efektif. Komunikasi adalah proses menyampaikan atau berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui lisan, tulisan, atau bahasa tubuh.
Efektif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti “ada efeknya” (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau “dapat membawa hasil; berhasil guna”. Kata efektif juga sering diartikan sebagai “mencapai sasaran yang diinginkan”.
Dengan demikian, komunikasi efektif (effective communication) dapat diartikan sebagai “komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, seperti diterima, dipahami, mengubah persepsi, dan mengubah perilaku atau melakukan aksi”.
Banyak tips diberikan para ahli komunikasi untuk melakukan komunikasi efektif, misalnya gunakan bahasa yang mudah dimengerti, bahasa tubuh yang sesuai, intonasi yang tepat, kontak mata, dan ekspresi wajah yang pas, termasuk menjadi pendengar yang aktif (active listening).
Formula 7C
Komunikasi efektif mengandung tujuh C berikut ini:
Rumus lain yang ditawarkan para ahli adalah konsep REACH yang disebut “The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication”, yakni Respect, Empathy, Audible, Clear, dan Humble.
Mungkin Anda pernah kenal seseorang seperti Jaka yang nampak selalu sukses di kantor? Secara konstan kariernya terus melaju, sekalipun tak pernah secara jelas kualitas yang dimilikinya. Jika diamati, bahkan tak ada sedikitpun tanda tanda memiliki kecerdasan yang luar biasa, atau gelar akademik dari luar negeri.
Kedengarannya, apapun yang dilakukannya cenderung mendapat anggukan dari atasan. Saat meeting, pendapatnya kerap mendapat support dari rekan kerjanya. Bawahannya pun betah bekerjasama. Mereka senang memberikan bantuan kepadanya. Orang semacam Jaka, sekalipun acapkali tidak berhasil menyelesaikan suatu tugas dengan baik, namun ia selalu tetap dipertimbangkan untuk mengerjakan project selanjutnya. Jaka tidak memanfatkan senioritas, tidak pula bermain intrik atau menggunakan keterdekatannya dengan Pimpinan. Jadi apa yang sebenarnya terjadi?
Jika diamati lebih dekat, kita akan menemukan suatu kekuatan yang ia miliki yang mungkin diperoleh secara alamiah. Itulah ketrampilan menjalin hubungan. Atau dalam istilah Neuro Linguistic Programming (NLP) disebut sebagai the skill of rapport building. Kekuatan semacam ini yang seolah olah membuatnya selalu dapat tune in dalam “panjang gelombang” yang sama dengan setiap orang. Ia memiliki kemampuan “menjual” dirinya secara konsisten pada setiap orang disekelilingnya. Ia menyadari bahwa dalam setiap situasi perlu menciptakan persahabatan agar dimasa depan dapat melakukan hubungan dalam bentuk win win. Bukankah seringkali kita mendengar orang menyesal semacam ini “Ah, seandainya saya kenal si A dengan baik, tentu saja saya akan bisa minta tolong dengan lebih nyaman sekarang. “
Kabar baiknya sekalipun kita tak punya kemampuan seperti Jaka, yang seakan bawaan lahir, ternyata kita bisa mempelajarinya dengan cukup mudah. Saat ini sudah berkembang pesat sebuah bidang baru yang dikenal dengan Neuro Linguistic Programming (NLP). Melalui NLP orang dapat memodel keunggulan setiap orang lain, karena NLP mampu memecah kode kode sukses yang dimiliki orang orang yang berhasil sehingga dapat diduplikasi oleh setiap orang.
Ada berbagai teknik rapport yang dikembangkan dalam NLP. Dalam tulisan ini kita akan mempelajari beberapa teknik yang basic. Jangan terkecoh dengan istilah basic, karena dibalik kesederhanaan hal basic itu menyimpan kekuatan hubungan yang sangat powerful. Teknik ini bahkan Anda dapat pergunakan pada orang yang baru Anda kenal. Yang penting adalah keberanian dan konsistensi melatihnya. Sejalan dengan seringnya dilatih, maka akan terasa berjalan normal dan wajar.
Rapport Building
Komunikasi ternyata mirip dengan situasi penjualan, sekitar 83% keberhasilannya ditentukan jika pembeli menyukai penjual. Kata kunci dari menyukai adalah adanya rasa kesamaan di antara keduanya. Seseorang menyukai orang lain jika ada sesuatu yang sama antara dirinya dengan diri orang lain tersebut.
Anda pasti pernah berkenalan dengan kawan baru, jika tertarik dengannya, maka pembicaraan secara otomatis akan mencari kesamaan diantara anda berdua. Misal menanyakan asal usul daerah, asal sekolah, atau hal yang lainnya. Jika ternyata kita memiliki kesamaan, rasanya tiba tiba dekat dengan kawan baru itu. Kesamaan membuat orang saling menyukai, jika sudah suka akan mempercepat munculnya proses percaya (trust).
Kepercayaan kepada kita akan membuat mereka merasa Anda berada di pihaknya. Orang membeli kepercayaan terlebih dahulu, baru membeli ide kita. Dalam berbagai percobaan sosial, para peneliti telah melaporkan bahwa kepercayaan itu amat penting bagi sukses komunikasi. Kalau sudah ada kepercayaan, orang akan lebih mudah menerima saran saran, memberikan lebih banyak waktu dan secara terbuka berbicara dengan kita, bahkan pada hal-hal yang terkadang sensitif.
Secara umum NLP menganjurkan 2 cara membangun pondasi kesamaan agar kita disukai orang lain dalam berkomunikasi, yaitu :
Dua hal ini yang akan memunculkan suatu kepercayaan jika dibangun dengan sungguh sungguh, yang kemudian akan menghasilkan suatu proses komunikasi yang mulus dan harmonis.
Sebagai ilustrasi pondasi yang pertama, Lady Diana terkenal pandai menjalin hubungan dengan semua orang, bahkan pada anak yang masih kecil. Namun sedikit yang tahu bahwa itu bukan bakat yang dibawa sejak lahir. Lady Diana belajar memodel dunia anak anak dari guru NLP, Anthony Robbins. Saat mendekati anak, Lady Di akan berjongkok dan memasang muka seperti anak-anak. Berjongkok berarti menyamakan fisiologis / postur dalam hal ketinggian tubuh, agar dapat masuk ke model dunia (model of the world) anak anak. Ia juga memasang mimik muka anak-anak, supaya tidak terlihat wajah analitis yang hanya dimiliki orng dewasa. Bisa dicatat disini, menyamakan postur fisiologi orang lain adalah cara tercepat untuk membentuk hubungan, cara ini biasa disebut mirrorring (bercermin).
Pengalaman mendermin tanpa sadar ini mungkin pernah terjadi pada Anda. Pada saat berbicara dengan kawan akrab dan terjadi kecocokan, makin lama posisi tubuh keduanya semakin mirip satu sama lain seperti layaknya orang bercermin. Bahkan jika anda perhatikan lebih jauh, sepertinya saling menirukan tanpa disadari. Proses pencerminan ini terjadi dalam level alam bawah sadar.
Dari kedua contoh di atas, maka dengan sengaja kita dapat melakukan pencerminan untuk mendapatkan rapport pada orang lain secara mendalam dan cepat. Menariknya, yang dapat kita cermin bukan hanya postur tubuh (gesture), namun kita juga bisa mencermin pola nafas (kecepatan, posisi tekanan), gerak mata, rona wajah, tinggi rendah suara, kecepatan berbicara, dll. Kurangi atau tambah kecepatan bicara Anda sesuai dengan kecepatan lawan bicara. Anda, demikian juga dengan tinggi rendah nada suara. Mereka akan merasa sangat nyaman, karena merasa sama dengan kita.
Mirrorring berbeda dengan “mimicking”, mirrorring harus dilakukan dengan sangat subtle (tidak kentara), sehingga alam sadar lawan bicara tidak mengenalnya namun dikenali oleh alam bawah sadar. Untuk meningkatkan ketidakkentaraan, Anda dapat melakukan cross mirrorring, yakni melakukannya dengan sedikit berbeda namun esensinya mirip. Semisal lawan bicara menggerakkan tangan kiri, maka Anda dapat menggerakkan tangan kanan. Semisal ia menumpangkan kaki kanannya di atas kaki kiri, maka Anda dapat melakukan dengan menyilangkan kaki kanan di depan kaki kiri tanpa menumpangkannya. Anda juga bisa melakukan yang disebut matching, yakni jika lawan bicara menyilangkan tangan maka kita menyilangkan kaki. Matching adalah melakukan pencerminan dengan bagian anggota tubuh yang berbeda.
Harus dicatat, mirrorring memiliki esensi ‘respek’, yakni ingin memhami alam pikiran orang lain karena kita merespeknya dengan cara menyamakan posisi tubuhnya. Sedangnya mimicking adalah meniru-niru gerakan orang lain tanpa respek.
Pondasi kesamaan yang kedua adalah menyamakan kata kata (verbal mirrorring). Menyamakan kata-kata dalam NLP tidaklah sekedar menyamakan kata yang diucapkan oleh lawan bicara. Yang disamakan adalah sesuatu yang disebut predikat, yang menunjukkan preferensi pikiran lawan bicara dalam mengolah informasi.
PREFERENSI SISTEM PENAFSIRAN DAN PREDIKAT
NLP secara umum membagi empat cara dasar manusia dalam menafsirkan dunia sekitar mereka:
Orang dengan preferensi V melihat dunia, orang dengan preferensi A mendengarnya, orang dengan preferensi K merasakannya, sedangkan orang dengan preferensi Ad mendengarkannya dengan kata-kata sendiri (konseptualisasi).
Keempat cara ini akan membentuk peta peta mental, yakni cara seseorang mengorganisasikan semua stimulus yang diterima. Sistem sistem itu menolong kita memahami dunia dan berhubungan dengannya. Dengan peta peta mental ini sebagai petunjuk, kita membuat keputusan keputusan tentang bagaimana menanggapi apa saja yang terjadi di sekitar kita. Penggunaan peta mental ini berlangsung secara tak sadar. Seseorang secara tidak secara sadar memilih peta mana yang akan digunakannya untuk berkomunikasi dan terjadi secara konsisten.
Oleh sebab itu, bila Anda mengetahui bagaimana membaca peta mental seseorang, berarti Anda memiliki alat yang maha dahsyat untuk mengetahui bagaimana pikiran seseorang bekerja. Para manajer yang mengetahui peta peta mental yang digunakan oleh anak buahnya, akan memperoleh hasil lebih balk. Dasarnya adalah karena secara harfiah, mereka dapat memahami cara anak buahnya dalam berpikir dan mengolah informasi selama bekerja.
Salah satu cara untuk mengetahui peta mental orang lain termasuk tipenya dapat dilakukan dengan jalan mengamati predikat yang digunakan dalam berbicara. Orang visual akan mengatakan: “Saya bisa melihat point penting yang Anda maksudkan.” Sedangkan orang auditorial akan mengatakan “Kedengarannya ide Anda cukup menarik”. Sementara orang kinestetik akan mengucapkan “Saya dapat merasakan kekuatan yang tersembunyi dari gagasan Anda.” Disisi lain seorang bepreferensi Ad akan mengatakan “Setelah saya renungkan, gagasan Anda bisa saya terima.”
Dengan mengamati kecenderungan penggunaan predikat yang dipergunakan oleh seseorang secara ekstensif, maka kita bisa mengetahui preferensi berpikirnya. Dengan demikian, saat berbicara dengannya, gunakan predikat yang cenderung sama dengan yang dipergunakannya. Misalkan calon pembeli mengatakan “Hhmmm, nampaknya menarik, namun saya belum melihat apa keuntungan saya jika membeli jasa yang Anda tawarkan ?”. Maka kita bisa menjawab: ”Oke, kelihatannya Anda sangat menguasai persoalan ini, jika jasa ini kita pandang dari perspektif investasi, maka…”
Dengan jalan ini lawan bicara tak perlu menerjemahkan ulang kata kata kita dalam modus yang cenderung mereka sukai, sehingga ia terhindar dari kebingungan menangkap maksud kita. Jadi bila Anda tidak berkomunikasi dengan orang lain menurut cara yang mereka sukai, bahayanya adalah pembicaraan Anda akan menjadi tidak mudah dicerna oleh lawan bicara.
Mempraktekkan ketiga hal basic ini saja sudah akan menjadikan Anda sebagai irresistible communicator (selalu diterima orang lain). Terlebih jika Anda. mampu menguasai skill dan teknik NLP lainnya. Tentunya ketrampilan yang kita bahas diatas bisa dipergunakan dalam lingkup keluarga, hubungan pertemanan, sosial, pacaran dan sebagainya.
Irresistible Communication : Komunikasi Tanpa Penolakan
By: Ronny F. Ronodirdjo, Posted in www.yannurindra.com
Contoh : Atasan menegur anak buah.
artinya : Atasan sedang mempengaruhi anak buahnya agar menjadi sadar (bersikap) dan bertekad atau berjanji untuk memperbaiki kinerjanya (Bertindak).
Agar komunikasi Efektif, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Tetapkan sasaran atau tujuan komunikasi.
- Kepada siapa atau dengan siapa.
- Tentukan tempat yang sesuai.
- Tentukan Waktu yang tepat.
- Kuasai Materi yang akan dibicarakan.
- Kuasai Cara Berkomunikasi dengan benar
QUANTUM COMMUNICATION adalah tekhnik komunikasi efektif untuk mempengaruhi orang lain secara langsung ke dalam pikiran bawah sadar audiens. Tekhnik ini disebut juga Subjective Communication atau TELEPATI. Ikuti Training QUANTUM COMMUNICATION di sini...Definisi Komunikasi
- Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa.
- Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan infromasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu
- Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau non verbal yang disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain
- Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari satu sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.
- Komunikasi adalah segala aktivitas interaksi manusia yang bersifat human relationships disertai dengan peralihan sejumlah fakta
- Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata), verbal dan non-verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung / tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual)
- Komunikasi adalah interaksi atau transaksi antara dua orang
- Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami
- Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh , gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya
- Komunikasi adalah (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metoda lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol; dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu
- Sumber komunikasi
- Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan nonverbal
- Media atau saluran sebagai sarana – wadah à tempat pesan atau rangkaian pesan dialihkan
- Cara, alat, atau metoda untuk memindahkan pesan
- Penerima atau sasaran yang menerima komunikasi
- Tujuan dan maksud komunikasi
- Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau penerima Situasi komunikasi
- Proses komunikasi, yakni proses satu arah, inter-aksi, dan proses trans-aksi
- Pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi
- Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi
- Pengirim (sender) atau sumber (resource) – adalah individu, kelompok atau organisasi berperan untuk mengalihkan (transferring) pesan, biasa disebut komunikator
- Encoding – pengalihan gagasan ke dalam pesan
- Pesan (message) – gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain. Pesan ada dua macam, pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan verbal, semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau lebih. Pesan non verbal, meliputi seluruh aspek nonverbal dalam perilaku kita: ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian, dan sebagainya. Singkat kata, pesan nonverbal itu adalah pesan-pesan yang meliputi semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita gunakan.
- Saluran (media) – media dari komunikasi, merupakan tempat di mana sumber menyalurkan pesan kepada penerima, misalnya melalui percakapan, SMS, tulisan
- Decoding – adalah pengalihan pesan ke dalam gagasan
- Penerima (reciever) – individu atau kelompok yang menerima pesan, biasa disebut dengan komunikan
- Umpan balik (feed back) – reaksi terhadap pesan
- Gangguan (noise) – segala sesuatu yang mengubah informasi yang disampaikan kepada penerima atau mengalihkannya dari penerimaan tersebut. Ada dua macam gangguan; gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis misalnya orang yang mengalami kesulitan bicara atau bicaranya hanya komat-kamit. Gangguan semantik, bila penerima memberi arti yang berlainan atas sinyal yang disampaikan oleh pengirim.
- Bidang pengalaman (field of experience) – bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima
- Pertukaran makna (shared meaning) – bidang atau ruang pertemuan (irisan) yang tercipta karena kebersamaan
- Konteks (context) – situasi, suasana atau lingkungan fisik, non fisik (sosiologis – antropologis, politik, ekonomi dan lain-lain).
Komunikasi efektif terdiri dari dua istilah: komunikasi dan efektif. Komunikasi adalah proses menyampaikan atau berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui lisan, tulisan, atau bahasa tubuh.
Efektif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti “ada efeknya” (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau “dapat membawa hasil; berhasil guna”. Kata efektif juga sering diartikan sebagai “mencapai sasaran yang diinginkan”.
Dengan demikian, komunikasi efektif (effective communication) dapat diartikan sebagai “komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, seperti diterima, dipahami, mengubah persepsi, dan mengubah perilaku atau melakukan aksi”.
Banyak tips diberikan para ahli komunikasi untuk melakukan komunikasi efektif, misalnya gunakan bahasa yang mudah dimengerti, bahasa tubuh yang sesuai, intonasi yang tepat, kontak mata, dan ekspresi wajah yang pas, termasuk menjadi pendengar yang aktif (active listening).
Formula 7C
Komunikasi efektif mengandung tujuh C berikut ini:
- Completeness, Lengkap!
Komunikasi harus lengkap. Menyampaikan semua fakta yang diperlukan oleh penerima. Dalam dunia jurnalistik, kelengkapan informasi dirumuskan dalam 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How). - Conciseness, Ringkas!
Menggunakan sesedikit mungkin kata-kata. Menghindari menggunakan kata-kata yang berlebihan dan tidak perlu. Pesan singkat lebih menarik dan mudah dipahami. Gunakan kalimat seefektif mungkin. - Consideration, Penuh Pertimbangan!
Memperhatikan sudut pandang orang lain, pola pikir, tingkat pendidikan, minat, kebutuha, kepentingan, dan emosinya. - Clarity, Jelas!
Menggunakan kata-kata yang tepat, bermakna tunggal, dan membingungkan atau menimbulkan persepsi lain. - Concreteness, Nyata!
Konkret memperkuat kepercayaan. Pesan konkret didukung fakta-fakta spesifik dan angka. Pesan konkret tidak disalahtafsirkan. - Courtesy, Tata Krama!
Ini soal cara penyampaian. Pesan disampaikan dengan tulus, sopan, bijak, reflektif, dan antusias, serta mempertimbangkan sudut pandang dan perasaan penerima pesan, termasuk menjaga perasaan dan respek terhadap penerima pesan. - Correctness, Benar!
Pesan yang disampaikan harus benar dari segi substansi dan tata bahasa, juga tepat dari sisi waktu dan sasaran.
Rumus lain yang ditawarkan para ahli adalah konsep REACH yang disebut “The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication”, yakni Respect, Empathy, Audible, Clear, dan Humble.
- Respect.
Menghargai komunikan atau menjaga harga diri orang lain. - Empathy.
Kemampuan menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Ini diawali dengan kemampuan mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. - Audible.
Dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. - Clarity .
Pesan yang disampaikan jelas, tidak menimbulkan multiinterpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. - Humble.
Rendah hati, tidak angkuh atau arogan, tidak merasa “lebih” dari orang lain, termasuk di dalamnya tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, dan lemah-lembut.
Mungkin Anda pernah kenal seseorang seperti Jaka yang nampak selalu sukses di kantor? Secara konstan kariernya terus melaju, sekalipun tak pernah secara jelas kualitas yang dimilikinya. Jika diamati, bahkan tak ada sedikitpun tanda tanda memiliki kecerdasan yang luar biasa, atau gelar akademik dari luar negeri.
Kedengarannya, apapun yang dilakukannya cenderung mendapat anggukan dari atasan. Saat meeting, pendapatnya kerap mendapat support dari rekan kerjanya. Bawahannya pun betah bekerjasama. Mereka senang memberikan bantuan kepadanya. Orang semacam Jaka, sekalipun acapkali tidak berhasil menyelesaikan suatu tugas dengan baik, namun ia selalu tetap dipertimbangkan untuk mengerjakan project selanjutnya. Jaka tidak memanfatkan senioritas, tidak pula bermain intrik atau menggunakan keterdekatannya dengan Pimpinan. Jadi apa yang sebenarnya terjadi?
Jika diamati lebih dekat, kita akan menemukan suatu kekuatan yang ia miliki yang mungkin diperoleh secara alamiah. Itulah ketrampilan menjalin hubungan. Atau dalam istilah Neuro Linguistic Programming (NLP) disebut sebagai the skill of rapport building. Kekuatan semacam ini yang seolah olah membuatnya selalu dapat tune in dalam “panjang gelombang” yang sama dengan setiap orang. Ia memiliki kemampuan “menjual” dirinya secara konsisten pada setiap orang disekelilingnya. Ia menyadari bahwa dalam setiap situasi perlu menciptakan persahabatan agar dimasa depan dapat melakukan hubungan dalam bentuk win win. Bukankah seringkali kita mendengar orang menyesal semacam ini “Ah, seandainya saya kenal si A dengan baik, tentu saja saya akan bisa minta tolong dengan lebih nyaman sekarang. “
Kabar baiknya sekalipun kita tak punya kemampuan seperti Jaka, yang seakan bawaan lahir, ternyata kita bisa mempelajarinya dengan cukup mudah. Saat ini sudah berkembang pesat sebuah bidang baru yang dikenal dengan Neuro Linguistic Programming (NLP). Melalui NLP orang dapat memodel keunggulan setiap orang lain, karena NLP mampu memecah kode kode sukses yang dimiliki orang orang yang berhasil sehingga dapat diduplikasi oleh setiap orang.
Ada berbagai teknik rapport yang dikembangkan dalam NLP. Dalam tulisan ini kita akan mempelajari beberapa teknik yang basic. Jangan terkecoh dengan istilah basic, karena dibalik kesederhanaan hal basic itu menyimpan kekuatan hubungan yang sangat powerful. Teknik ini bahkan Anda dapat pergunakan pada orang yang baru Anda kenal. Yang penting adalah keberanian dan konsistensi melatihnya. Sejalan dengan seringnya dilatih, maka akan terasa berjalan normal dan wajar.
Rapport Building
Komunikasi ternyata mirip dengan situasi penjualan, sekitar 83% keberhasilannya ditentukan jika pembeli menyukai penjual. Kata kunci dari menyukai adalah adanya rasa kesamaan di antara keduanya. Seseorang menyukai orang lain jika ada sesuatu yang sama antara dirinya dengan diri orang lain tersebut.
Anda pasti pernah berkenalan dengan kawan baru, jika tertarik dengannya, maka pembicaraan secara otomatis akan mencari kesamaan diantara anda berdua. Misal menanyakan asal usul daerah, asal sekolah, atau hal yang lainnya. Jika ternyata kita memiliki kesamaan, rasanya tiba tiba dekat dengan kawan baru itu. Kesamaan membuat orang saling menyukai, jika sudah suka akan mempercepat munculnya proses percaya (trust).
Kepercayaan kepada kita akan membuat mereka merasa Anda berada di pihaknya. Orang membeli kepercayaan terlebih dahulu, baru membeli ide kita. Dalam berbagai percobaan sosial, para peneliti telah melaporkan bahwa kepercayaan itu amat penting bagi sukses komunikasi. Kalau sudah ada kepercayaan, orang akan lebih mudah menerima saran saran, memberikan lebih banyak waktu dan secara terbuka berbicara dengan kita, bahkan pada hal-hal yang terkadang sensitif.
Secara umum NLP menganjurkan 2 cara membangun pondasi kesamaan agar kita disukai orang lain dalam berkomunikasi, yaitu :
- Bangun pondasi kesamaan fisiologis / postur tubuh
- Bangun pondasi kesamaan dalam berkata kata.
Dua hal ini yang akan memunculkan suatu kepercayaan jika dibangun dengan sungguh sungguh, yang kemudian akan menghasilkan suatu proses komunikasi yang mulus dan harmonis.
Sebagai ilustrasi pondasi yang pertama, Lady Diana terkenal pandai menjalin hubungan dengan semua orang, bahkan pada anak yang masih kecil. Namun sedikit yang tahu bahwa itu bukan bakat yang dibawa sejak lahir. Lady Diana belajar memodel dunia anak anak dari guru NLP, Anthony Robbins. Saat mendekati anak, Lady Di akan berjongkok dan memasang muka seperti anak-anak. Berjongkok berarti menyamakan fisiologis / postur dalam hal ketinggian tubuh, agar dapat masuk ke model dunia (model of the world) anak anak. Ia juga memasang mimik muka anak-anak, supaya tidak terlihat wajah analitis yang hanya dimiliki orng dewasa. Bisa dicatat disini, menyamakan postur fisiologi orang lain adalah cara tercepat untuk membentuk hubungan, cara ini biasa disebut mirrorring (bercermin).
Pengalaman mendermin tanpa sadar ini mungkin pernah terjadi pada Anda. Pada saat berbicara dengan kawan akrab dan terjadi kecocokan, makin lama posisi tubuh keduanya semakin mirip satu sama lain seperti layaknya orang bercermin. Bahkan jika anda perhatikan lebih jauh, sepertinya saling menirukan tanpa disadari. Proses pencerminan ini terjadi dalam level alam bawah sadar.
Dari kedua contoh di atas, maka dengan sengaja kita dapat melakukan pencerminan untuk mendapatkan rapport pada orang lain secara mendalam dan cepat. Menariknya, yang dapat kita cermin bukan hanya postur tubuh (gesture), namun kita juga bisa mencermin pola nafas (kecepatan, posisi tekanan), gerak mata, rona wajah, tinggi rendah suara, kecepatan berbicara, dll. Kurangi atau tambah kecepatan bicara Anda sesuai dengan kecepatan lawan bicara. Anda, demikian juga dengan tinggi rendah nada suara. Mereka akan merasa sangat nyaman, karena merasa sama dengan kita.
Mirrorring berbeda dengan “mimicking”, mirrorring harus dilakukan dengan sangat subtle (tidak kentara), sehingga alam sadar lawan bicara tidak mengenalnya namun dikenali oleh alam bawah sadar. Untuk meningkatkan ketidakkentaraan, Anda dapat melakukan cross mirrorring, yakni melakukannya dengan sedikit berbeda namun esensinya mirip. Semisal lawan bicara menggerakkan tangan kiri, maka Anda dapat menggerakkan tangan kanan. Semisal ia menumpangkan kaki kanannya di atas kaki kiri, maka Anda dapat melakukan dengan menyilangkan kaki kanan di depan kaki kiri tanpa menumpangkannya. Anda juga bisa melakukan yang disebut matching, yakni jika lawan bicara menyilangkan tangan maka kita menyilangkan kaki. Matching adalah melakukan pencerminan dengan bagian anggota tubuh yang berbeda.
Harus dicatat, mirrorring memiliki esensi ‘respek’, yakni ingin memhami alam pikiran orang lain karena kita merespeknya dengan cara menyamakan posisi tubuhnya. Sedangnya mimicking adalah meniru-niru gerakan orang lain tanpa respek.
Pondasi kesamaan yang kedua adalah menyamakan kata kata (verbal mirrorring). Menyamakan kata-kata dalam NLP tidaklah sekedar menyamakan kata yang diucapkan oleh lawan bicara. Yang disamakan adalah sesuatu yang disebut predikat, yang menunjukkan preferensi pikiran lawan bicara dalam mengolah informasi.
PREFERENSI SISTEM PENAFSIRAN DAN PREDIKAT
NLP secara umum membagi empat cara dasar manusia dalam menafsirkan dunia sekitar mereka:
- orang dengan preferensi Visual (V),
- orang dengan preferensi Auditorial (A),
- orang dengan preferensi Kinestetik (K) dan
- orang dengan preferensi Auditorial Digital (Ad).
Orang dengan preferensi V melihat dunia, orang dengan preferensi A mendengarnya, orang dengan preferensi K merasakannya, sedangkan orang dengan preferensi Ad mendengarkannya dengan kata-kata sendiri (konseptualisasi).
Keempat cara ini akan membentuk peta peta mental, yakni cara seseorang mengorganisasikan semua stimulus yang diterima. Sistem sistem itu menolong kita memahami dunia dan berhubungan dengannya. Dengan peta peta mental ini sebagai petunjuk, kita membuat keputusan keputusan tentang bagaimana menanggapi apa saja yang terjadi di sekitar kita. Penggunaan peta mental ini berlangsung secara tak sadar. Seseorang secara tidak secara sadar memilih peta mana yang akan digunakannya untuk berkomunikasi dan terjadi secara konsisten.
Oleh sebab itu, bila Anda mengetahui bagaimana membaca peta mental seseorang, berarti Anda memiliki alat yang maha dahsyat untuk mengetahui bagaimana pikiran seseorang bekerja. Para manajer yang mengetahui peta peta mental yang digunakan oleh anak buahnya, akan memperoleh hasil lebih balk. Dasarnya adalah karena secara harfiah, mereka dapat memahami cara anak buahnya dalam berpikir dan mengolah informasi selama bekerja.
Salah satu cara untuk mengetahui peta mental orang lain termasuk tipenya dapat dilakukan dengan jalan mengamati predikat yang digunakan dalam berbicara. Orang visual akan mengatakan: “Saya bisa melihat point penting yang Anda maksudkan.” Sedangkan orang auditorial akan mengatakan “Kedengarannya ide Anda cukup menarik”. Sementara orang kinestetik akan mengucapkan “Saya dapat merasakan kekuatan yang tersembunyi dari gagasan Anda.” Disisi lain seorang bepreferensi Ad akan mengatakan “Setelah saya renungkan, gagasan Anda bisa saya terima.”
Dengan mengamati kecenderungan penggunaan predikat yang dipergunakan oleh seseorang secara ekstensif, maka kita bisa mengetahui preferensi berpikirnya. Dengan demikian, saat berbicara dengannya, gunakan predikat yang cenderung sama dengan yang dipergunakannya. Misalkan calon pembeli mengatakan “Hhmmm, nampaknya menarik, namun saya belum melihat apa keuntungan saya jika membeli jasa yang Anda tawarkan ?”. Maka kita bisa menjawab: ”Oke, kelihatannya Anda sangat menguasai persoalan ini, jika jasa ini kita pandang dari perspektif investasi, maka…”
Dengan jalan ini lawan bicara tak perlu menerjemahkan ulang kata kata kita dalam modus yang cenderung mereka sukai, sehingga ia terhindar dari kebingungan menangkap maksud kita. Jadi bila Anda tidak berkomunikasi dengan orang lain menurut cara yang mereka sukai, bahayanya adalah pembicaraan Anda akan menjadi tidak mudah dicerna oleh lawan bicara.
Mempraktekkan ketiga hal basic ini saja sudah akan menjadikan Anda sebagai irresistible communicator (selalu diterima orang lain). Terlebih jika Anda. mampu menguasai skill dan teknik NLP lainnya. Tentunya ketrampilan yang kita bahas diatas bisa dipergunakan dalam lingkup keluarga, hubungan pertemanan, sosial, pacaran dan sebagainya.
Irresistible Communication : Komunikasi Tanpa Penolakan
By: Ronny F. Ronodirdjo, Posted in www.yannurindra.com
Seni Komunikasi Yang Efektif (Quantum Communication)
Reviewed by Edi Sugianto
on
04.37
Rating:
mohon maaf sumber darimana kak
BalasHapus