Bancakan Weton & Puasa Apit Weton (Adat Jawa)
BANCAKAN WETON
Bancakan weton dilakukan tepat pada hari weton kita. Weton adalah gabungan siklus kalender matahari dengan sistem penanggalan Jawa yang terdiri dari jumlah 5 hari dalam setiap siklus (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing). Dalam tradisi Jawa, setiap orang seyogyanya dibuatkan bancakan weton minimal sekali selama seumur hidup. Namun akan lebih baik dilakukan paling tidak setahun sekali. Apabila seseorang sudah merasakan sering mengalami kesialan (sebel-sial, ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadian buruk, lepas kendali, biasanya dapat berubah menjadi lebih baik setelah dilakukan bancakan weton. Bagi seseorang yang sudah sedemikian parah tabiat dan kelakuannya, dapat dibancaki weton selama 7 kali berturut-turut, artinya setiap 35 hari dilakukan bancakan weton untuk ybs, berarti pula bancakan weton dilakukan lebih kurang selama 8 bulan berturut-turut.
MANFAAT BANCAKAN
Manfaat dan tujuan bancakan weton diibaratkan untuk “ngopahi sing momong”, karena masyarakat Jawa percaya dan memahami jika setiap orang ada yang momong (pamomong) atau “pengasuh dan pembimbing” secara metafisik. Pamomong bertugas selalu membimbing dan mengarahkan agar seseorang tidak salah langkah, agar supaya lakune selalu pener, dan pas. Pamomong sebisanya selalu menjaga agar kita bisa terhindar dari perilaku yang keliru, tidak tepat, ceroboh, merugikan. Antara pamomong dengan yang diemong seringkali terjadi kekuatan tarik-menarik. Pamomong menggerakkan ke arah kareping rahsa, atau mengajak kepada hal-hal baik dan positif, sementara yang diemong cenderung menuruti rahsaning karep, ingin melakukan hal-hal semaunya sendiri, menuruti keinginan negative, dengan mengabaikan kaidah-kaidah hidup dan melawan tatanan yang akan mencelakai diri pribadi, bahkan merusak ketenangan dan ketentraman masyarakat. Antara pamomong dengan yang diemong terjadi tarik menarik, Dalam rangka tarik-menarik ini, pamomong tidak selalu memenangkan “pertarungan” alias kalah dengan yang diemong. Dalam situasi demikian yang diemong lebih condong untuk selalu mengikuti rahsaning karep (nafsu). Bahkan tak jarang apabila seseorang kelakuannya sudah tak terkendali atau mengalami disorder, sing momong biasanya sudah enggan untuk memberikan bimbingan dan asuhan. Termasuk juga bila yang diemong mengidap penyakit jiwa. Dalam beberapa kesempatan saya pernah nayuh si pamomong seseorang yang sudah mengalami disorder misalnya kelakuannya liar dan bejat, sering mencelakai orang lain, ternyata pamomong akhirnya meninggalkan yang diemong karena sudah enggan memberikan bimbingan dan asuhan kepada seseorang tersebut. Pamomong sudah tidak lagi mampu mengarahkan dan membimbingnya. Apapun yang dilakukan untuk mengarahkan kepada segala kebaikan, sudah sia-sia saja.
Kebanyakan kasus pada seseorang yang mengalami disorder biasanya sang pamomong-nya diabaikan, tidak dihargai sebagaimana mestinya padahal pamomong selalu mencurahkan perhatian kepada yang diemong, selalu mengajak kepada yang baik, tepat, pener dan pas. Sehingga hampir tidak pernah terjadi interaksi antara diri kita dengan yang momong. Dalam tradisi Jawa, interaksi sebagai bentuk penghargaan kepada pamomong, apalagi diopahi dengan cara membuat bancakan weton. Eksistensi pamomong oleh sebagian orang dianggapnya sepele bahkan sekedar mempercayai keberadaannya saja dianggap sirik. Tetapi bagi saya pribadi dan kebanyakan orang yang mengakui eksistensi dan memperlakukan secara bijak akan benar-benar menyaksikan daya efektifitasnya. Kemampuan diri kita juga akan lebih optimal jika dibanding dengan orang yang tidak pernah melaksanakan bancakan weton. Selama ini saya mendapat kesaksian langsung dari teman-teman yang saya anjurkan agar mem-bancaki wetonnya sendiri. Mereka benar-benar merasakan manfaatnya bahkan seringkali secara spontan memperoleh kesuksesan setelah melaksanakan bancakan weton. Hal itu tidak lain karena daya metafisis kita akan lebih maksimal bekerja. Katakanlah, antara batin dan lahir kita akan lebih seimbang, harmonis dan sinergis, serta keduanya baik fisik dan metafisik akan menjalankan fungsinya secara optimal untuk saling melengkapi dan menutup kelemahan yang ada. Bancakan weton juga tersirat makna, penyelarasan antara lahir dengan batin, antara jasad dan sukma, antara alam sadar dan bawah sadar.
SIAPAKAH SEBENARNYA SANG PAMOMONG ?
Pertanyaan di atas seringkali dilontarkan. Saya pribadi terkadang merasa canggung untuk menjelaskan secara detil, oleh karena tidak setiap orang mampu memahami. Bahkan seseorang yang bener-bener tidak paham siapa yang momong, kemudian bertanya, namun setelah dijawab toh akhirnya membantah sendiri. Seperti itulah karakter pikir sebagian anak zaman sekarang yang terlalu “menuhankan” rasio dan sebagian yang lain tidak menyadari bahwa dirinya sedang tidak sadar. Apapun reaksinya, kiranya saya tetap perlu sekali menjelaskan siapa jati diri sang pamomong ini agar supaya para pembaca yang budiman yang memiliki antusiasme akan luasnya bentang sayap keilmuan, dan secara dinamis berusaha menggapai kualitas hidup lebih baik dari sebelumnya dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Pamomong, atau sing momong, adalah esensi energy yang selalu mengajak, mengarahkan, membimbing dan mengasuh diri kita kepada sesuatu yang tepat, pas dan pener dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Esensi energy dapat dirasakan bagaikan medan listrik, yang mudah dirasakan tetapi sulit dilihat dengan mata wadag. Jika eksistensi listrik dipercaya ada, karena bisa dirasakan dan dibuktikan secara ilmiah. Sementara itu eksistensi pamomong sejauh ini memang bisa dirasakan, dan bagi masyarakat yang masih awam pembuktiannya masih terbatas pada prinsip-prinsip silogisme setelah menyaksikan dan mersakan realitas empiris. Pamomong diakui eksistensinya setelah melalui proses konklusi dari pengalaman unik (unique experience) yang berulang terjadi pada diri sendiri dan yang dialami banyakan orang. Lain halnya bagi sebagian masyarakat yang pencapaian spiritualitasnya sudah memadai dapat pembuktiannya tidak hanya sekedar merasakan saja, namun dapat menyaksikan atau melihat dengan jelas siapa sejatinya sang pamomong masing-masing diri kita. Dalam pembahasan khusus suatu waktu akan saya uraikan secara detail mengenai jati diri sang Pamomong.
TATACARA WETONAN
Setiap anak baru lahir, orang tuanya membuat bancakan weton pertama kali biasanya pada saat usia bayi menginjak hari ke 35 (selapan hari). Bancakan weton dapat dilaksanakan tepat pada acara upacara selapanan atau selamatan ulang weton yang pertama kali. Anak yang sering dibuatkan bancakan weton secara rutin oleh orangtuanya, biasanya hidupnya lebih terkendali, lebih berkualitas atau bermutu, lebih hati-hati, tidak liar dan ceroboh, dan jarang sekali mengalami sial. Bahkan seorang anak yang sakit-sakitan, sering jatuh hingga berdarah-darah, nakal bukan kepalang, setelah dibuatkan bancakan weton si anak tidak lagi sakit-sakitan, dan tidak nakal lagi. Dalam beberapa kasus saya menyaksikan sendiri seorang anak sakit panas, sudah di bawa periksa dokter tetap belum ada tanda-tanda sembuh, lalu setelah dibikinkan bancakan weton hanya selang 2 jam sakit demannya langsung sembuh. Inilah sekelumit contoh yang sering saya lihat dengan mata kepala sendiri persoalan di seputar bancakan weton. Masih banyak lagi yang tak bisa saya ceritakan di sini.
Mungkin para pembaca yang budiman memiliki banyak pengalaman spiritual di seputar soal weton, saya berharap anda berkenan untuk berbagi kisah di sini agar bermanfaat bagi kita semua. Baiklah, pada kesempatan ini saya akan paparkan secara singkat uborampe untuk membuat bancakan weton.
A.Bahan-Bahan
Untuk lebih mudah mengingat, uborampe bancakan weton di atas merupakan bancakan weton dengan standar lengkap, terdiri dari 4 kelompok yakni ;
Apabila Anda merasa kerepotan menyajikan beberapa uborampe di atas, paling tidak Anda dapat menyajikan bancakan sederhana terdiri, kelompok 1 secara lengkap, dan kelompok 2 diisi pisang 1 tangkep, buah dan umbi seadanya. Kelompok ke 3 tetap dibuat semuanya. Kelompok ke 4 paling tidak 2 macam minuman ; teh tubruk dan kopi tubruk.
Setelah seluruh uborampe bancakan weton selesai dibuat. Selanjutnya diletakkan di dalam kamar orang yang sedang dibancaki weton atau kamar orang tuanya. Selanjutnya diucapkan mantra dan doa, usahakan yang mengucap mantra atau doa dilakukan oleh orang yang dianggap sebagai pepunden Anda yang masih hidup. Misalnya orang tua anda, bude, bulik, atau orang yang anda tuakan/hormati. Adapun doa dan rapalnya secara singkat dan sederhana sbb :
Setelah bancakan dihaturkan, tinggalkan sebentar sekitar 10-20 menit lalu dihidangkan di ruang makan atau diedarkan ke para tetangga untuk dimakan bersama-sama. Usahakan agar semakin banyak yang ikut menikmati hidangan bancakan weton supaya rejeki yang dibancaki sumrambah (bermanfaat dan berkah) untuk banyak orang. Minimal 7 orang.
PUASA APIT WETON
Dalam tradisi Jawa dikenal begitu akrab “laku” puasa apit weton (bukan puasa weton). Laku ini bertujuan untuk mengupayakan dayaguna dan segala kelebihan (potensi) yang terpendam yang ada inheren dalam diri pribadi si pelaku. Termasuk di dalamnya untuk upaya semakin menajamkan mata batin. Atau menyambung kesadaran (awareness) antara kesadaran ragawi dengan kesadaran sang guru sejati. Sehingga menjadikan pribadi yang waskita dan permana lahir dan batinnya. Jika Anda melakukannya puasa apit weton selama 7 kali weton berturut-turut tanpa putus dan dilakukan secara sungguh-sungguh, Anda akan merasakan manfaat dan hasil yang mungkin membuat Anda sendiri kagum, apalagi disertai dengan melaksanakan bancakan weton tanpa terputus selama 7 kali berturut-turut, bahkan Anda akan terperangah dengan hasil yang mungkin di luar yang Anda duga-kira. Adapun tatacara puasa apit weton cukup sederhana saja. Anda memulai puasa seperti biasa, akan tetapi jamnya lebih fleksibel yang penting dilakukan antara 12 s/d 24 jam. Anda boleh makan sahur atau tidak makan sahur terlebih dahulu. Puasa apit weton tentu saja dilakukan pada satu hari sebelum weton dan satu hari sesudah weton. Misalnya weton Anda Setu Pahing, maka puasa apit weton dilakukan pada hari Jumat Legi dan Minggu Pon. Selama melakukan puasa apit weton harus melakukan sesirih pula. Sesirih maksudnya menjaga kesucian lahir dan batin, diawali dengan mandi sekujur tubuh (dapat pula dilakukan dengan mandi kembang setaman pada jam 00.00) di malam menjelang pelaksanaan puasa apit weton). Sesirih berarti pula tidak boleh melakukan hubungan seks selama melakukan ritual tersebut.
Adapun niat puasa apit weton adalah sebagai berikut :
SOURCE : SABDA LANGIT
Bancakan weton dilakukan tepat pada hari weton kita. Weton adalah gabungan siklus kalender matahari dengan sistem penanggalan Jawa yang terdiri dari jumlah 5 hari dalam setiap siklus (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing). Dalam tradisi Jawa, setiap orang seyogyanya dibuatkan bancakan weton minimal sekali selama seumur hidup. Namun akan lebih baik dilakukan paling tidak setahun sekali. Apabila seseorang sudah merasakan sering mengalami kesialan (sebel-sial, ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadian buruk, lepas kendali, biasanya dapat berubah menjadi lebih baik setelah dilakukan bancakan weton. Bagi seseorang yang sudah sedemikian parah tabiat dan kelakuannya, dapat dibancaki weton selama 7 kali berturut-turut, artinya setiap 35 hari dilakukan bancakan weton untuk ybs, berarti pula bancakan weton dilakukan lebih kurang selama 8 bulan berturut-turut.
MANFAAT BANCAKAN
Manfaat dan tujuan bancakan weton diibaratkan untuk “ngopahi sing momong”, karena masyarakat Jawa percaya dan memahami jika setiap orang ada yang momong (pamomong) atau “pengasuh dan pembimbing” secara metafisik. Pamomong bertugas selalu membimbing dan mengarahkan agar seseorang tidak salah langkah, agar supaya lakune selalu pener, dan pas. Pamomong sebisanya selalu menjaga agar kita bisa terhindar dari perilaku yang keliru, tidak tepat, ceroboh, merugikan. Antara pamomong dengan yang diemong seringkali terjadi kekuatan tarik-menarik. Pamomong menggerakkan ke arah kareping rahsa, atau mengajak kepada hal-hal baik dan positif, sementara yang diemong cenderung menuruti rahsaning karep, ingin melakukan hal-hal semaunya sendiri, menuruti keinginan negative, dengan mengabaikan kaidah-kaidah hidup dan melawan tatanan yang akan mencelakai diri pribadi, bahkan merusak ketenangan dan ketentraman masyarakat. Antara pamomong dengan yang diemong terjadi tarik menarik, Dalam rangka tarik-menarik ini, pamomong tidak selalu memenangkan “pertarungan” alias kalah dengan yang diemong. Dalam situasi demikian yang diemong lebih condong untuk selalu mengikuti rahsaning karep (nafsu). Bahkan tak jarang apabila seseorang kelakuannya sudah tak terkendali atau mengalami disorder, sing momong biasanya sudah enggan untuk memberikan bimbingan dan asuhan. Termasuk juga bila yang diemong mengidap penyakit jiwa. Dalam beberapa kesempatan saya pernah nayuh si pamomong seseorang yang sudah mengalami disorder misalnya kelakuannya liar dan bejat, sering mencelakai orang lain, ternyata pamomong akhirnya meninggalkan yang diemong karena sudah enggan memberikan bimbingan dan asuhan kepada seseorang tersebut. Pamomong sudah tidak lagi mampu mengarahkan dan membimbingnya. Apapun yang dilakukan untuk mengarahkan kepada segala kebaikan, sudah sia-sia saja.
Kebanyakan kasus pada seseorang yang mengalami disorder biasanya sang pamomong-nya diabaikan, tidak dihargai sebagaimana mestinya padahal pamomong selalu mencurahkan perhatian kepada yang diemong, selalu mengajak kepada yang baik, tepat, pener dan pas. Sehingga hampir tidak pernah terjadi interaksi antara diri kita dengan yang momong. Dalam tradisi Jawa, interaksi sebagai bentuk penghargaan kepada pamomong, apalagi diopahi dengan cara membuat bancakan weton. Eksistensi pamomong oleh sebagian orang dianggapnya sepele bahkan sekedar mempercayai keberadaannya saja dianggap sirik. Tetapi bagi saya pribadi dan kebanyakan orang yang mengakui eksistensi dan memperlakukan secara bijak akan benar-benar menyaksikan daya efektifitasnya. Kemampuan diri kita juga akan lebih optimal jika dibanding dengan orang yang tidak pernah melaksanakan bancakan weton. Selama ini saya mendapat kesaksian langsung dari teman-teman yang saya anjurkan agar mem-bancaki wetonnya sendiri. Mereka benar-benar merasakan manfaatnya bahkan seringkali secara spontan memperoleh kesuksesan setelah melaksanakan bancakan weton. Hal itu tidak lain karena daya metafisis kita akan lebih maksimal bekerja. Katakanlah, antara batin dan lahir kita akan lebih seimbang, harmonis dan sinergis, serta keduanya baik fisik dan metafisik akan menjalankan fungsinya secara optimal untuk saling melengkapi dan menutup kelemahan yang ada. Bancakan weton juga tersirat makna, penyelarasan antara lahir dengan batin, antara jasad dan sukma, antara alam sadar dan bawah sadar.
SIAPAKAH SEBENARNYA SANG PAMOMONG ?
Pertanyaan di atas seringkali dilontarkan. Saya pribadi terkadang merasa canggung untuk menjelaskan secara detil, oleh karena tidak setiap orang mampu memahami. Bahkan seseorang yang bener-bener tidak paham siapa yang momong, kemudian bertanya, namun setelah dijawab toh akhirnya membantah sendiri. Seperti itulah karakter pikir sebagian anak zaman sekarang yang terlalu “menuhankan” rasio dan sebagian yang lain tidak menyadari bahwa dirinya sedang tidak sadar. Apapun reaksinya, kiranya saya tetap perlu sekali menjelaskan siapa jati diri sang pamomong ini agar supaya para pembaca yang budiman yang memiliki antusiasme akan luasnya bentang sayap keilmuan, dan secara dinamis berusaha menggapai kualitas hidup lebih baik dari sebelumnya dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Pamomong, atau sing momong, adalah esensi energy yang selalu mengajak, mengarahkan, membimbing dan mengasuh diri kita kepada sesuatu yang tepat, pas dan pener dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Esensi energy dapat dirasakan bagaikan medan listrik, yang mudah dirasakan tetapi sulit dilihat dengan mata wadag. Jika eksistensi listrik dipercaya ada, karena bisa dirasakan dan dibuktikan secara ilmiah. Sementara itu eksistensi pamomong sejauh ini memang bisa dirasakan, dan bagi masyarakat yang masih awam pembuktiannya masih terbatas pada prinsip-prinsip silogisme setelah menyaksikan dan mersakan realitas empiris. Pamomong diakui eksistensinya setelah melalui proses konklusi dari pengalaman unik (unique experience) yang berulang terjadi pada diri sendiri dan yang dialami banyakan orang. Lain halnya bagi sebagian masyarakat yang pencapaian spiritualitasnya sudah memadai dapat pembuktiannya tidak hanya sekedar merasakan saja, namun dapat menyaksikan atau melihat dengan jelas siapa sejatinya sang pamomong masing-masing diri kita. Dalam pembahasan khusus suatu waktu akan saya uraikan secara detail mengenai jati diri sang Pamomong.
TATACARA WETONAN
Setiap anak baru lahir, orang tuanya membuat bancakan weton pertama kali biasanya pada saat usia bayi menginjak hari ke 35 (selapan hari). Bancakan weton dapat dilaksanakan tepat pada acara upacara selapanan atau selamatan ulang weton yang pertama kali. Anak yang sering dibuatkan bancakan weton secara rutin oleh orangtuanya, biasanya hidupnya lebih terkendali, lebih berkualitas atau bermutu, lebih hati-hati, tidak liar dan ceroboh, dan jarang sekali mengalami sial. Bahkan seorang anak yang sakit-sakitan, sering jatuh hingga berdarah-darah, nakal bukan kepalang, setelah dibuatkan bancakan weton si anak tidak lagi sakit-sakitan, dan tidak nakal lagi. Dalam beberapa kasus saya menyaksikan sendiri seorang anak sakit panas, sudah di bawa periksa dokter tetap belum ada tanda-tanda sembuh, lalu setelah dibikinkan bancakan weton hanya selang 2 jam sakit demannya langsung sembuh. Inilah sekelumit contoh yang sering saya lihat dengan mata kepala sendiri persoalan di seputar bancakan weton. Masih banyak lagi yang tak bisa saya ceritakan di sini.
Mungkin para pembaca yang budiman memiliki banyak pengalaman spiritual di seputar soal weton, saya berharap anda berkenan untuk berbagi kisah di sini agar bermanfaat bagi kita semua. Baiklah, pada kesempatan ini saya akan paparkan secara singkat uborampe untuk membuat bancakan weton.
A.Bahan-Bahan
- Tujuh macam sayuran :
kacang panjang dan kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge yang panjang, wortel, daun kenikir, bayam, dll bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7 macam. Seluruh sayuran direbus sampai masak, tetapi jangan sampai mlonyoh, atau terlalu matang. Agar tidak mlonyoh, setelah diangkat langsung disiram dengan air es atau cukup disiram air dingin biasa, sehingga sayuran masih tampak hijau segar tetapi sudah matang. Maknanya ; 7 macam sayur, tuju atau (Jawa; pitu), yakni mengandung sinergisme harapan akan mendapat pitulungan (pertolongan) Tuhan. Kacang panjang dan kangkung tidak boleh dipotong-potong, biarkan saja memanjang apa adanya. Maknanya adalah doa panjang rejeki, panjang umur, panjang usus (sabar), panjang akal. - Telur ayam (bebas telur ayam apa saja).
Jumlah telur bisa 7, 11, atau 17 butir anda bebas menentukannya. Telur ayam direbus lalu dikupas kulitnya. Maknanya ; jumlah telur 7 (pitu), 11 (sewelas), 17 (pitulas) bermaksud sebagai doa agar mendapatkan pitulungan (7), atau kawelasan (11), atau pitulungan dan kawelasan (17). - Bumbu urap atau gudangan.
Jika yang diberi bancakan weton masih usia kanak-kanak sampai usia sewindu (8 tahun) bumbunya tidak pedas. Usia lebih dari 8 tahun bumbu urap/gudangannya pedas. Bumbu gudangan terdiri : kelapa agak muda diparut. Diberi bumbu masak sbb : bawang putih, bawang merah, ketumbar, daun salam, laos, daun jeruk purut, sereh, gula merah dan garam secukupnya. Kalau bumbu pedas tinggal menambah cabe secukupnya. Kelapa parut dan bumbu dicampur lalu dibungkus daun pisang dan dikukus sampai matang. Maknanya : bumbu pedas menandakan bahwa seseorang sudah berada pada rentang kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang penuh manis, pahit, dan getir. Hal ini melambangkan falsafah Jawa yang mempunyai pandangan bahwa pendidikan kedewasaan anak harus dimulai sejak dini. Pada saat anak usia lewat sewindu sudah harus belajar tentang kehidupan yangs sesungguhnya. Karena usia segitu adalah usia yang paling efektif untuk sosialisasi, agar kelak menjadi orang yang pinunjul, mumpuni, perilaku utama, bermartabat dan bermanfaat bagi sesama manusia, seluruh makhluk, lingkungan alamnya. - Empat macam polo atau umbi-umbian.
Terdiri dari ;
1) polo gumantung (umbi yang tergantung di pohon misalnya; pepaya),
2) polo kependem (tertaman dalam tanah) misalnya telo (singkong),
3) polo rambat atau yang merambat misalnya ubi jalar.
4) kacang-kacangan bisa diwakili dengan kacang tanah. Semuanya direbus kecuali papaya. Papaya boleh utuh atau separoh/sepotong saja. - Pisang dan buah-buahan.
Pisang yang diperlukan dalam bancakan weton terdiri dua jenis pisang yakni pisang raja dan pisang raja pulut (pisang raja getah). Masing-masing cukup satu sisir saja. Jika sulit mendapatkan pisang raja pulut, dapat diganti dengan pisang raja, namun seyogyanya diupayakan untuk mendapatkan pisang raja pulut, biasanya mudah didapatkan di pasar tradisional dan pasar induk. Untuk buah-buahan selain pisang cukup disediakan paling tidak 3 macam buah, misalnya mangga, salak, apel atau yang lainnya. - Nasi Tumpeng Putih.
Beras dimasak (nasi) untuk membuat tumpeng. Perkirakan mencukupi untuk minimal 7 porsi. Sukur lebih banyak misalnya untuk 11 atau 17 porsi. Setelah nasi tumpeng selesai dibuat dan di doakan, lalu dimakan bersama sekeluarga dan para tetangga. Jumlah minimal orang yang makan usahakan 7 orang, semakin banyak semakin baik, misalnya 11 orang, 17 orang. Porsi nasi tumpeng boleh dibagi-bagikan ke para tetangga anda. Maknanya, dimakan 7 orang dengan harapan mendapat pitulungan yang berlipat tujuh. Jika 11 orang, berharap mendapat kawelasan yang berlipat sebelas. 17 berharap mendapat pitulungan lan kawelasan berlipat 17. Namun hal ini hanya sebagai harapan saja, perkara terkabul atau tidak hal itu menjadi “hak prerogatif” Tuhan. - Alat-alat kelengkapan :
1) daun pisang secukupnya, digunakan sebagai alas tumpeng (lihat gambar).
2) kalo (saringan santan) harus yang baru atau belum pernah digunakan.
3) cobek tanah liat yang baru atau belum pernah digunakan.
4) Tambir atau tampah, semacam anyaman bambu berbetuk bundar, dengan ragam diameter antara 30cm-70cm. Cara menggunakannya lihat dalam gambar. - Makanan jajan pasar.
Terdiri dari makanan tradisional yang dapat Anda temukan di pasar. Misalnya makanan terbuat dari ketan; wajik, jadah, awug, puthu, lemper dll. Makanan yang terbuat dari beras ; nagasari, apem, cucur, mandra, pukis, bandros. Dari singkong ; combro, lemet, cemplon dsb. Serta dilengkapi buah-buahan yang ditemui di pasar seperti salak, rambutan, manggis, mangga, kedondong, pisang. Semuanya dibeli secukupnya saja, jangan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit. Maknanya ; kesehatan, rejeki, keselamatan, supaya selalu lengket, menyertai kemanapun pergi, dan di manapun Anda berada. - Kembang setaman
(terdiri dari ; bunga mawar merah, mawar putih, kantil, melati dan bunga kenanga).
Maknanya : kembang setaman masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri. Misalnya bunga mawar ; awar-awar supaya hatinya selalu tawar dari segala nafsu negatif. Bunga melati, melat-melat ing ati selalu eling dan waspada. Bunga kenanga, agar selalu terkenang atau teringat akan sangkan paraning dumadi. Kanthil supaya tansah kumanthil, hatinya selalu terikat oleh tali rasa dengan para leluhur yang menurunkan kita, kepada orang tua kita, dengan harapan kita selalu berbakti kepadanya. Kanthil sebagai pepeling agar supaya kita jangan sampai menjadi anak atau keturunan yang durhaka kepada orang tua, dan kepada para leluhurnya, leluhur yang menurunkan kita dan leluhur perintis bangsa. - Uang Logam (koin) Rp.100 atau 500, atau 1000.
Istilahnya wajib. Wajib selain melambangkan harta benda adalah urusan duniawi yang harus diletakkan secara proporsional, artinya manusia tidak boleh menghamba pada harta benda. Maka wajib ini diletakkan di bawah kalo, di atas cobek bersama sampah daun pisang, maknanya seperti dalam falsafah ; barang siapa menanam rumput, padi tidak akan ikut tumbuh. Sebaliknya barang siapa menanam padi, rumput akan ikut tumbuh. Padi adalah melambangkan amal kebaikan, memberi kehidupan kepada yang hidup, sementara itu rumput merupakan lambang harta benda. Siapa yang hidupnya berguna untuk seluruh makhluk, welas asih, memelihara, merawat, maka jalan rejeki otomatis akan selalu datang dan terbuka. Selain itu wajib, bermakna pula ; kalau ada uborampe yang terlewatkan atau kurang, silahkan membeli sendiri di “pasar Diyeng” (berada di dekat hargo dumilah di puncak Gunung Lawu). Artinya mohon dimaklumi. - Bubur 7 rupa :
bahan dasar bubur putih atau gurih (santan dan garam) dan bubur merah atau bubur manis (ditambah gula jawa dan garam secukupnya). Selanjutnya dibuat menjadi 7 macam kombinasi; bubur merah, bubur putih, bubur merah silang putih, putih silang merah, bubur putih tumpang merah, merah tumpang putih, baro-baro (bubur putih ditaruh sisiran gula merah dan parutan kelapa secukupnya). Maknanya : bubur merah adalah lambang ibu. Bubur putih lambang ayah. Lalu terjadi hubungan silang menyilang, timbal-balik, dan keluarlah bubur baro-baro sebagai kelahiran seorang anak. Hal ini menyiratkan ilmu sangkan, asal mula kita. Menjadi pepeling agar jangan sampai kita menghianati ortu, menjadi anak yang durhaka kepada orang tua. - Minuman.
Terdiri dari teh tubruk, kopi tubruk, dan rujak degan (semacam es kelapa muda). Bedanya, sajikan air kelapa muda dengan tanpa es ke dalam gelas kemudian tambahkan gula jawa atau gula merah yang telah diserbuk. Tambahkan pula sedikit garam kemudian daduk hingga rata, selanjutnya masukkan kelapa muda yang sudah dikeruk ke dalam gelas tersebut. Teh tubruk dan kopi tubruk sajikan dalam gelas atau cangkir. Semua jenis minuman biarkan terbuka, jangan ditutup.
Tumpeng Bancakan Weton |
- Buatlah “sate” terdiri dari (urutkan dari bawah); cabe merah besar (posisi horisontal), bawang merah, telur rebus utuh dikupas kulitnya (posisi vertical), dan cabe merah besar posisi vertical (lihat dalam gambar). “Sate” ditancapkan di bagian puncak tumpeng. Maknanya ; kehidupan ini penuh dengan pahit, getir, pedas, manis, gurih. Untuk menuju kepada Hyang Maha Tunggal banyak sekali rintangannya. Sate ditancapkan di pucuk tumpeng mengandung pelajaran bahwa untuk mencapai kemuliaan hidup di dunia (kemuliaan) dan setelah ajal (surga atau kamulyan sejati) semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Jika meminjam istilah, habluminannas merupakan sarat utama dalam menggapai habluminallah. Hidup adalah perbuatan nyata. Kita mendapatkan ganjaran apabila hidup kita bermanfaat untuk sesama manusia, sesama makhluk Tuhan yang tampak maupun yang tidak tampak, termasuk binatang dan lingkungan alamnya.
- Nasi tumpeng dicetak kerucut besar di bawah runcing di bagian atas. Tumpeng letakkan tepat di tengah-tengah kalo. Maknanya ; nasi tumpeng sebagai wujud doa, sekaligus keadaan di dunia ini. Segala macam dan ragam yang ada di dunia ini adalah bersumber dari Yang Satu. Dilambangkan sebagai tumpeng berbentuk kerucut di atas. Makna lainnya bahwa segala macam doa merupakan upaya sinergisme kepada Tuhan YME. Oleh sebab itu, di bagian bawah tumpeng bentuknya lebar dan besar, semakin ke atas semakin kerucut hingga bertemu dalam satu titik. Satu titik itu menjadi pucuk atau penyebab dari segala yang ada (causa prima) melambangkan eksistensi Tuhan sebagai episentrum dari segala episentrum. (Lihat gambar di atas).
- Tujuh macam sayur ditata mengelilingi tumpeng serta bumbu gudangan/urap diletakkan di antaranya. Makna 7 macam sayur sudah saya ungkapkan di atas. Sayur di tata mengelilingi tumpeng. Tumpeng sebagai pusatnya energy ada di tengah. Energy diisi dengan segala hal yang positif seperti harmonisasi symbol angka 7 (nyuwun pitulungan).
- Telur rebus dibelah jadi dua, ditata mengelilingi nasi tumpeng (lihat gambar). Maknanya : telur merupakan asal muasal terjadinya makhluk hidup. dalam serat Wedhatama karya Gusti Mangkunegoro ke IV, telur melambangkan proses meretasnya kesadaran ragawi (sembah raga) menjadi kesadaran ruhani (sembah jiwa). Dua kesadaran itu akan menghantarkan menjadi menusia yang sejati (sebagai kiasan dari proses menetas menjadi anak ayam). Dalam cerita pewayangan telur juga melambangkan proses terjadinya dunia ini. Kuning telur sebagai perlambang dari cahya sejati (manik maya), putih telur sebagai rasa sejati (teja maya). Keduanya ambabar jati menjadi Kyai Semar. Dengan perlambang telur, kita diharapkan selalu eling sangkan (ingat asal muasal), menghargai dan memahami eksistensi sang Guru Sejati kita yang tidak lain adalah sukma sejati yang dilimput oleh rasa sejati dan disinari sang cahya sejati. Inilah unsur Tuhan yang ada dalam diri kita. Dan yang paling dekat; adoh tanpa wangenan, cedak tanpa senggolan (jauh tanpa jarak, dekat tanpa bersentuhan). Lebih dekat dari urat leher. Inilah salah satu sang Pamomong yang kita hargai eksistensinya melalui bancakan weton.
- Kalo diletakkan di atas cobek (kalo dialasi dengan cobek). Jangan menggunakan kalo dan cobek bekas pakai, seyogyanya beli yang masih baru. Maknanya : Cobek merupakan makna dari bumi (tanah) tempak kita berpijak. Nasi tumpeng dan segala isinya yang diletakkan dalam kalo jika tidak dialasi cobek bisa terguling. Hal ini mensyiratkan makna hendaknya menjalani hidup di dunia ini ada keseimbangan atau harmonisasi antara jasmani dan rohani. Antara unsur bumi dan unsur Tuhan. Antara kebutuhan raga dengan kebutuhan jiwa, sehingga menjadi manusia sejati yang meraih kemerdekaan lahir dan kemerdekaan batin.
- Daun pisang dihias sedemikian rupa sesuai selera sebagai alas meletakkan tumpeng dan sayuran. Daun yang hijau adalah lambang kesuburan dan pertumbuhan. Maknanya adalah pengharapan doa negeri kita maupun pribadi kita selalu diberkati Tuhan sebagai negeri yang subur makmur, ijo royo-royo, kita menjadi pribadi yang subur makmur, dapat menciptakan kesuburan bagi alam sekitar dan kepada sesama makhluk hidup.
- Sisa guntingan atau potongan daun pisang, hendaknya diletakkan di antara cobek dengan kalo (di atas cobek-di bawah kalo) Jangan lupa letakkan uang logam (pecahan Rp.100, 500, atau 1.000) bersama sampah sisa potongan daun pisang. Hal ini bermakna segala macam “sampah kehidupan”, sebel sial, sifat-sifat buruk ditimbun atau dikendalikan oleh segala macam perilaku kebaikan sebagaimana tersirat di dalam seluruh isi kalo. Uang logam merupakan perlambang dari harta duniawi atau segala hal yang bersifat nafsu keduniawian. Hal ini mengandung pêpeling (peringatan) bahwasanya harta karun, nafsu liar dan segala macam “perhiasan duniawi” ibarat sampah tidak akan berharga apa-apa jika tidak digunakan secara tepat sebagai sarana laku prihatin. Sebaliknya, tanpa pengelolaan yang baik, tepat dan pas semua itu tak ubahnya seperti “sampah” yang mengotori kehidupan kita. Jika kita menjadi orang kaya harta, jadilah orang kaya harta yang selalu prihatin. Manfaatkan harta kita untuk memberi dan menolong orang lain yang sangat butuh pertolongan dan bantuan, agar tangan kita lebih mampu “telungkup”, agar jangan sampai kita menjadi orang-orang fakir yang telapak tangannya selalu tengadah dan menjadi beban orang lain.
- Kembang setaman ditaruh dalam mangkok/baskom isi air mentah. Jika ingin menambah dengan dupa ratus / semacam “dupa manten” bisa dibakar sekalian pada saat merapal doa dan japa mantra. Tak perlu dibakar jika dirasakan bau dan asapnya akan menganggu lingkungan Anda. Kembang setaman diletakkan bersama-sama dengan 3 macam jenis minuman ; kopi tubruk, teh tubruk, dan rujak degan (kelapa muda). Dalam gambar terdapat 4 macam minuman. Ini di luar pakem karena saah satu minuman adalah wedang jahe gula jawa merupakan request khusus.
- Siapkan tambir (lihat dalam gambar). Tambir digunakan untuk menyajikan kedua sisir pisang, dengan posisi seperti jari-jari kedua telapak tangan yang menengadah ke atas. Di seputar pisang diletakkan aneka ragam buah-buahan, rebusan aneka ragam umbi-umbian dan jajan pasar. Susunlah semua uborampe tersebut dengan rapi dan indah. Pisang dua sisir jika disatukan akan berbentuk seperti tangan yang menyangga sesuatu. Dinamakan pula pisang sanggan. Bermakna seluruh pamomong agar menyangga dan menopang kehidupan kita. Atau bermakna agar supaya kehidupan kita berdayaguna untuk menopang, menyangga kehidupan (hamemayu hayuning bawana). Dengan simbol kemakmuran yang berasal dari berkah bumi, berupa aneka ragam hasil bumi yang mengitari pisang sanggan. Pisang raja, sebagai lambang kemuliaan dan keluhuran derajat dan pangkat, sementara itu pisang raja pulut bermakna kemuliaan dan keluhuran derajat pangkat tersebut agar selalu kepulut (lengket karena getah), atau melekat lengket dalam diri pribadi. Itulah arti dan makna dari uborampe yang di dalamnya penuh dengan maksud doa, niat, usaha dan harapan bagi yang mbancaki dan yang dibancaki. Arti dan makna di atas harus diresapi dan dihayati supaya manjing ke dalam sanubari, mewarnai dan menjadi tekad bulat perjalanan hidup secara lahir dan batin Anda dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
- Bubur 7 rupa dapat disajikan dalam porsi kecil, sajikan lepek atau cawan (piring kecil) supaya mudah habis dimakan. Lihat gambar berikut :
Tumpeng, Sayuran & Telur |
Dari bawah : Cobek, Kalo, Daun Pisang,Tumpeng |
Cobek, sampah, uang logam |
Bunga setaman & Ragam minuman |
Pisang Sanggan |
Bubur 7 Rupa |
- satu kalo nasi tumpeng dengan lauk, sayur-sayuran, dan bumbu urap.
- satu tambir berisi pisang, buah, buahan, jajan pasar dan rebusan umbi-umbian.
- satu set bubur 7 rupa (lihat dalam gambar).
- satu baki atau nampan berisi 3 jenis minuman dan satu mangkuk kembang setaman.
Apabila Anda merasa kerepotan menyajikan beberapa uborampe di atas, paling tidak Anda dapat menyajikan bancakan sederhana terdiri, kelompok 1 secara lengkap, dan kelompok 2 diisi pisang 1 tangkep, buah dan umbi seadanya. Kelompok ke 3 tetap dibuat semuanya. Kelompok ke 4 paling tidak 2 macam minuman ; teh tubruk dan kopi tubruk.
Setelah seluruh uborampe bancakan weton selesai dibuat. Selanjutnya diletakkan di dalam kamar orang yang sedang dibancaki weton atau kamar orang tuanya. Selanjutnya diucapkan mantra dan doa, usahakan yang mengucap mantra atau doa dilakukan oleh orang yang dianggap sebagai pepunden Anda yang masih hidup. Misalnya orang tua anda, bude, bulik, atau orang yang anda tuakan/hormati. Adapun doa dan rapalnya secara singkat dan sederhana sbb :
Kyai among nyai among, ngaturaken pisungsung kagem para leluhur ingkang sami nurunaken jabang bayine…. (diisi nama anak/orang yang diwetoni) mugi tansah kersa njangkung lan njampangi lampahipun, dados lare/tiyang ingkang tansah hambeg utama, wilujeng rahayu, mulya, sentosa lan raharja. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko. Kabeh saka kersaning Gusti.
Arti dan maknanya kurang-lebih sebagai berikut: Para pengasuh lahir dan batinku (kakang kawah adi ari-ari, sedulur papat keblat dan kelima pancer), dan seluruh leluhur pendahulu si jabang bayi … (sebutkan nama anak atau orang yang dibancaki weton), ijinkan saya menghaturkan segala uborampe bancakan weton sebagai wujud rasa menghargai, rasa hormat, dan terimakasih. Semoga selalu bersedia untuk membimbing dan mengarahkan dalam setiap langkah. Agar menjadi orang yang berifat mulia, luhur budi pekerti, bermanfaat untuk seluruh makhluk. Selalu mendapat keselamatan dan kesentosaan, dan selalu mendapakan keberuntungan kapan dan di manapun berada.
Setelah bancakan dihaturkan, tinggalkan sebentar sekitar 10-20 menit lalu dihidangkan di ruang makan atau diedarkan ke para tetangga untuk dimakan bersama-sama. Usahakan agar semakin banyak yang ikut menikmati hidangan bancakan weton supaya rejeki yang dibancaki sumrambah (bermanfaat dan berkah) untuk banyak orang. Minimal 7 orang.
PUASA APIT WETON
Dalam tradisi Jawa dikenal begitu akrab “laku” puasa apit weton (bukan puasa weton). Laku ini bertujuan untuk mengupayakan dayaguna dan segala kelebihan (potensi) yang terpendam yang ada inheren dalam diri pribadi si pelaku. Termasuk di dalamnya untuk upaya semakin menajamkan mata batin. Atau menyambung kesadaran (awareness) antara kesadaran ragawi dengan kesadaran sang guru sejati. Sehingga menjadikan pribadi yang waskita dan permana lahir dan batinnya. Jika Anda melakukannya puasa apit weton selama 7 kali weton berturut-turut tanpa putus dan dilakukan secara sungguh-sungguh, Anda akan merasakan manfaat dan hasil yang mungkin membuat Anda sendiri kagum, apalagi disertai dengan melaksanakan bancakan weton tanpa terputus selama 7 kali berturut-turut, bahkan Anda akan terperangah dengan hasil yang mungkin di luar yang Anda duga-kira. Adapun tatacara puasa apit weton cukup sederhana saja. Anda memulai puasa seperti biasa, akan tetapi jamnya lebih fleksibel yang penting dilakukan antara 12 s/d 24 jam. Anda boleh makan sahur atau tidak makan sahur terlebih dahulu. Puasa apit weton tentu saja dilakukan pada satu hari sebelum weton dan satu hari sesudah weton. Misalnya weton Anda Setu Pahing, maka puasa apit weton dilakukan pada hari Jumat Legi dan Minggu Pon. Selama melakukan puasa apit weton harus melakukan sesirih pula. Sesirih maksudnya menjaga kesucian lahir dan batin, diawali dengan mandi sekujur tubuh (dapat pula dilakukan dengan mandi kembang setaman pada jam 00.00) di malam menjelang pelaksanaan puasa apit weton). Sesirih berarti pula tidak boleh melakukan hubungan seks selama melakukan ritual tersebut.
Adapun niat puasa apit weton adalah sebagai berikut :
Niat ingsun poso weton, sing poso lair lan batinku. Kakang-kawah adi ari-ari, sedulurku papat keblat, lan kelimo pancer, manjingo anunggil ing jero badan sariraku, curigo manjing warangka, warangka manjing curigo, sun jumeneng roroning atunggil, dumung manunggal kalayan Gusti. Saka kersaning Gusti.Sebelum niat tersebut diucapkan, lakukan patrap semedi atau meditasi dalam waktu sejenak hingga mencapai kedamaian, ketentraman hati dan keheningan rasa. Selanjutnya ucapkan niat tersebut di dalam batin Anda. Biasanya pada saat mengucap niat tersebut tubuh kita akan terasa seperti ada getaran energi yang mengalir dari ubun-ubun menjalar ke bawah hingga ujung kaki. Kadang getaran muncul dari cakra Jayengdriya Anda di seputar tulang ekor Anda, kemudian menjalar ke atas hingga ubun-ubun dan terasa sampai ujung kaki dan kedua telapak tangan Anda. Demikian share saya tentang tata cara pelaksanakan bancakan weton dan puasa apit weton, semoga bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan. Salam asah asih asuh untuk seluruh pembaca yang budiman.
SOURCE : SABDA LANGIT
Bancakan Weton & Puasa Apit Weton (Adat Jawa)
Reviewed by Edi Sugianto
on
07.47
Rating:
Tidak ada komentar: