Mengukur Kedalaman Meditasi & Rileksasi
Saya sering mendapat email dari rekan dan pembaca buku yang mengatakan bahwa mereka, setelah mendengar CD audio relaksasi, tidak bisa konsentrasi. Mereka menanyakan mengapa mereka sulit konsentrasi dan merasa kecewa karena tidak bisa merasakan dan mendapat manfaat meditasi. Saat saya menanyakan, “Sudah berapa lama anda berlatih diri?”, jawaban yang saya terima cukup menjelaskan kondisi mereka, “Saya sudah mencoba dua atau tiga kali, Pak.”
Benarkah demikian sulit bagi seseorang untuk melakukan meditasi? Mengapa ada yang mudah dan mengapa ada pula yang merasa sulit masuk ke kondisi meditatif yang dalam?
Pembaca, di artikel sebelumnya, Meditasi: Timur Bertemu Barat, saya telah menjelaskan tujuan meditasi ditinjau dari perspektif timur dan barat. Dalam artikel ini saya akan menjelaskan secara spesifik apa saja yang perlu diperhatikan, dilakukan, dan dialami saat melakukan meditasi.
Meditasi bertujuan untuk mengendalikan dan menguatkan pikiran. Pikiran sama seperti otot. Perlu latihan yang konsisten untuk bisa membuat pikiran menjadi kuat. Pikiran dilatih dengan cara difokuskan pada satu objek meditasi. Umumnya orang menggunakan napas sebagai objek.
Pembaca, jika misalnya anda tidak pernah berlatih fitness atau body-building, dan tiba-tiba ingin menguatkan otot tubuh anda, apa yang akan anda lakukan? Apakah langsung berlatih ataukah anda akan mencari pelatih yang berpengalaman yang bisa membimbing anda dengan benar? Sudah tentu kita perlu dibimbing oleh seorang pelatih berpengalaman. Peran pelatih sangat penting agar kita tidak salah berlatih yang justru akan kontraproduktif . Dengan bimbingan yang benar kita dapat mencapai hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat.
Pertanyaan selanjutnya, “Berapa ukuran atau berat beban yang anda gunakan sebagai beban awal latihan?” Apakah langsung beban yang berat ataukah anda menaikkan beban secara bertahap seiring dengan lama dan intensitas latihan anda? Apa yang akan terjadi bila anda “bernafsu” ingin membesarkan dan menguatkan otot-otot tubuh anda secepatnya dan langsung menggunakan beban yang berat (sekali)? Bagaimana hasilnya? Saya jamin, jika ini yang anda lakukan, maka tubuh anda akan cidera karena tidak kuat.
Pembaca, melatih otot tubuh membutuhkan waktu, cara, intensitas, dan konsistensi agar dicapai hasil yang maksimal. Tidak bisa dilakukan asal-asalan dan kita berharap bisa memiliki tubuh yang sehat, kuat, dan indah. Dalam hal ini yang perlu disadari dan diperhatikan adalah bahwa otot akan tumbuh, berkembang, dan menjadi kuat bila dilatih dengan cara yang benar dengan mengikuti proses alamiah pertumbuhan otot. Kita tidak bisa memaksa otot berkembang dengan kecepatan yang kita inginkan. Semua ada waktunya.
Sama seperti otot, pikiran juga perlu dilatih. Melatih pikiran sebaiknya juga dengan bimbingan seorang pelatih berpengalaman dan dengan takaran latihan yang sesuai. Meditasi adalah suatu skill yang perlu dilatih dan diasah setiap hari. Semakin sering kita berlatih maka semakin kuat “otot-otot” pikiran kita. Kuatnya “otot” pikiran tampak dalam bentuk pengendalian yang bisa kita lakukan pada pikiran. Saat pikiran diarahkan untuk konsentrasi dan memegang objek maka pikiran bisa memegang objek dengan kuat dan lama. Pikiran tidak lari ke mana-mana, liar tidak terkendali.
Untuk pemula, biasanya pikiran akan lari tak terkendali. Kita perlu menundukkan dan mengendalikannya. Ini yang dikenal dengan istilah “taming the monkey mind” atau menjinakkan pikiran yang liar seperti seekor monyet. Jangan salah baca ya, monkey mind bukan donkey mind.
Satu hal yang sering tidak dimengerti dan bahkan tidak diindahkan kebanyakan orang yaitu relaksasi pikiran atau meditasi membutuhkan tidak saja upaya, namun terlebih lagi adalah kepasrahan dan keikhlasan. Semakin kita bernafsu maka pasti semakin tidak bisa. Salah satu hukum pikiran berbunyi, “Bila berhubungan dengan pikiran bawah sadar dan fungsi-fungsinya, semakin besar upaya sadar yang dilakukan, semakin kecil respon pikiran bawah sadar.”
Relaksasi pikiran atau meditasi adalah proses yang didominasi pikiran bawah sadar dan nirsadar. Saat seseorang bermeditasi maka gelombang otak yang dominan adalah alpha, theta, dan atau tanpa delta.
Kembali kepada kasus yang saya ceritakan di awal artikel. Pernyataan, “Saya sudah mencoba dua atau tiga kali, Pak”, dengan pemahaman dari apa yang telah saya sampaikan sejauh ini, perlu diubah menjadi, “Saya baru mencoba dua atau tiga kali, Pak”.
Banyak juga yang bertanya, “Pak, saya kok nggak merasa deep?” Biasanya saya akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengecek kedalaman relaksasi yang ia capai. Ternyata banyak yang telah masuk sangat dalam, sangat rileks, baik secara fisik maupun pikiran, namun mereka tidak menyadari hal ini karena tidak punya acuan.
Nah pembaca, untuk membantu anda mengerti kedalaman relaksasi pikiran dan fisik saat meditasi, berikut adalah Subjective Landmark atau acuan yang disusun oleh guru saya, Anna Wise. Biasanya kami menggunakan Mind Mirror untuk melihat dan mengukur relaksasi pikiran dan ESR Meter untuk mengukur relaksasi fisik. Namun, bila tidak ada Mind Mirror dan ESR Meter, kami cukup menggunakan Subjective Landmark. Hasilnya sama valid.
Subjective Landmark ini hanya sebagai acuan namun bukan harga mati. Artinya, pengalaman subjektif setiap orang belum tentu sama. Namun secara umum, saat seseorang melakukan relaksasi pikiran atau meditasi, ia akan mengalami hal-hal yang disebutkan di Subjective Landmark.
Cara membaca Subjective Landmark adalah dengan melihat Level, Pengalaman/Sensasi Subjektif, ESR, dan EEG.
Penjelasannya sebagai berikut. Level menunjukkan kedalam relaksasi. Semakin besar angkanya berarti semakin dalam. Level dimulai dari angka 0 (nol) sampai 6 (enam).
Pengalaman/Sensasi Subjektif adalah apa yang kita alami atau rasakan baik di pikiran maupun di fisik. Gunakan pengalaman yang disebutkan di skala ini untuk mengetahui anda berada di level mana.
ESR Meter adalah alat ukur yang mengukur relaksasi fisik dan menggunakan skala Lesh. Semakin kecil angka di ESR Meter berarti semakin rilek fisik kita. Dengan menggunaakn ESR Meter diketahui bahwa relaksasi fisik saat seseorang tidur berkisar antara 13 – 17. Sedangkan bila dengan meditasi bisa mencapai antara 0 – 5. Hal ini menjawab mengapa walaupun telah cukup tidur orang sering merasa lelah dan tidak segar saat bangun. Sebaliknya orang yang sering meditasi membutuhkan lebih sedikit tidur dan tubuhnya juga lebih sehat dan segar.
EEG adalah pengukuran dengan menggunakan Mind Mirror. Nah, karena anda tidak punya ESR dan EEG maka yang perlu diperhatikan adalah Pengalaman/Sensasi Subjektif.
Berikut adalah Subjective Landmark:
Level : 0
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
EEG:
Empat pola yang mungkin terjadi:
Benarkah demikian sulit bagi seseorang untuk melakukan meditasi? Mengapa ada yang mudah dan mengapa ada pula yang merasa sulit masuk ke kondisi meditatif yang dalam?
Pembaca, di artikel sebelumnya, Meditasi: Timur Bertemu Barat, saya telah menjelaskan tujuan meditasi ditinjau dari perspektif timur dan barat. Dalam artikel ini saya akan menjelaskan secara spesifik apa saja yang perlu diperhatikan, dilakukan, dan dialami saat melakukan meditasi.
Meditasi bertujuan untuk mengendalikan dan menguatkan pikiran. Pikiran sama seperti otot. Perlu latihan yang konsisten untuk bisa membuat pikiran menjadi kuat. Pikiran dilatih dengan cara difokuskan pada satu objek meditasi. Umumnya orang menggunakan napas sebagai objek.
Pembaca, jika misalnya anda tidak pernah berlatih fitness atau body-building, dan tiba-tiba ingin menguatkan otot tubuh anda, apa yang akan anda lakukan? Apakah langsung berlatih ataukah anda akan mencari pelatih yang berpengalaman yang bisa membimbing anda dengan benar? Sudah tentu kita perlu dibimbing oleh seorang pelatih berpengalaman. Peran pelatih sangat penting agar kita tidak salah berlatih yang justru akan kontraproduktif . Dengan bimbingan yang benar kita dapat mencapai hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat.
Pertanyaan selanjutnya, “Berapa ukuran atau berat beban yang anda gunakan sebagai beban awal latihan?” Apakah langsung beban yang berat ataukah anda menaikkan beban secara bertahap seiring dengan lama dan intensitas latihan anda? Apa yang akan terjadi bila anda “bernafsu” ingin membesarkan dan menguatkan otot-otot tubuh anda secepatnya dan langsung menggunakan beban yang berat (sekali)? Bagaimana hasilnya? Saya jamin, jika ini yang anda lakukan, maka tubuh anda akan cidera karena tidak kuat.
Pembaca, melatih otot tubuh membutuhkan waktu, cara, intensitas, dan konsistensi agar dicapai hasil yang maksimal. Tidak bisa dilakukan asal-asalan dan kita berharap bisa memiliki tubuh yang sehat, kuat, dan indah. Dalam hal ini yang perlu disadari dan diperhatikan adalah bahwa otot akan tumbuh, berkembang, dan menjadi kuat bila dilatih dengan cara yang benar dengan mengikuti proses alamiah pertumbuhan otot. Kita tidak bisa memaksa otot berkembang dengan kecepatan yang kita inginkan. Semua ada waktunya.
Sama seperti otot, pikiran juga perlu dilatih. Melatih pikiran sebaiknya juga dengan bimbingan seorang pelatih berpengalaman dan dengan takaran latihan yang sesuai. Meditasi adalah suatu skill yang perlu dilatih dan diasah setiap hari. Semakin sering kita berlatih maka semakin kuat “otot-otot” pikiran kita. Kuatnya “otot” pikiran tampak dalam bentuk pengendalian yang bisa kita lakukan pada pikiran. Saat pikiran diarahkan untuk konsentrasi dan memegang objek maka pikiran bisa memegang objek dengan kuat dan lama. Pikiran tidak lari ke mana-mana, liar tidak terkendali.
Untuk pemula, biasanya pikiran akan lari tak terkendali. Kita perlu menundukkan dan mengendalikannya. Ini yang dikenal dengan istilah “taming the monkey mind” atau menjinakkan pikiran yang liar seperti seekor monyet. Jangan salah baca ya, monkey mind bukan donkey mind.
Satu hal yang sering tidak dimengerti dan bahkan tidak diindahkan kebanyakan orang yaitu relaksasi pikiran atau meditasi membutuhkan tidak saja upaya, namun terlebih lagi adalah kepasrahan dan keikhlasan. Semakin kita bernafsu maka pasti semakin tidak bisa. Salah satu hukum pikiran berbunyi, “Bila berhubungan dengan pikiran bawah sadar dan fungsi-fungsinya, semakin besar upaya sadar yang dilakukan, semakin kecil respon pikiran bawah sadar.”
Relaksasi pikiran atau meditasi adalah proses yang didominasi pikiran bawah sadar dan nirsadar. Saat seseorang bermeditasi maka gelombang otak yang dominan adalah alpha, theta, dan atau tanpa delta.
Kembali kepada kasus yang saya ceritakan di awal artikel. Pernyataan, “Saya sudah mencoba dua atau tiga kali, Pak”, dengan pemahaman dari apa yang telah saya sampaikan sejauh ini, perlu diubah menjadi, “Saya baru mencoba dua atau tiga kali, Pak”.
Banyak juga yang bertanya, “Pak, saya kok nggak merasa deep?” Biasanya saya akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengecek kedalaman relaksasi yang ia capai. Ternyata banyak yang telah masuk sangat dalam, sangat rileks, baik secara fisik maupun pikiran, namun mereka tidak menyadari hal ini karena tidak punya acuan.
Nah pembaca, untuk membantu anda mengerti kedalaman relaksasi pikiran dan fisik saat meditasi, berikut adalah Subjective Landmark atau acuan yang disusun oleh guru saya, Anna Wise. Biasanya kami menggunakan Mind Mirror untuk melihat dan mengukur relaksasi pikiran dan ESR Meter untuk mengukur relaksasi fisik. Namun, bila tidak ada Mind Mirror dan ESR Meter, kami cukup menggunakan Subjective Landmark. Hasilnya sama valid.
Subjective Landmark ini hanya sebagai acuan namun bukan harga mati. Artinya, pengalaman subjektif setiap orang belum tentu sama. Namun secara umum, saat seseorang melakukan relaksasi pikiran atau meditasi, ia akan mengalami hal-hal yang disebutkan di Subjective Landmark.
Cara membaca Subjective Landmark adalah dengan melihat Level, Pengalaman/Sensasi Subjektif, ESR, dan EEG.
Penjelasannya sebagai berikut. Level menunjukkan kedalam relaksasi. Semakin besar angkanya berarti semakin dalam. Level dimulai dari angka 0 (nol) sampai 6 (enam).
Pengalaman/Sensasi Subjektif adalah apa yang kita alami atau rasakan baik di pikiran maupun di fisik. Gunakan pengalaman yang disebutkan di skala ini untuk mengetahui anda berada di level mana.
ESR Meter adalah alat ukur yang mengukur relaksasi fisik dan menggunakan skala Lesh. Semakin kecil angka di ESR Meter berarti semakin rilek fisik kita. Dengan menggunaakn ESR Meter diketahui bahwa relaksasi fisik saat seseorang tidur berkisar antara 13 – 17. Sedangkan bila dengan meditasi bisa mencapai antara 0 – 5. Hal ini menjawab mengapa walaupun telah cukup tidur orang sering merasa lelah dan tidak segar saat bangun. Sebaliknya orang yang sering meditasi membutuhkan lebih sedikit tidur dan tubuhnya juga lebih sehat dan segar.
EEG adalah pengukuran dengan menggunakan Mind Mirror. Nah, karena anda tidak punya ESR dan EEG maka yang perlu diperhatikan adalah Pengalaman/Sensasi Subjektif.
Berikut adalah Subjective Landmark:
Level : 0
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Mungkin mengalami kesulitan untuk mendiamkan pikiran atau pikiran melompat ke sana ke mari tidak terkendali.
- Perasaan gatal, tidak fokus, tidak perhatian.
- Perasaan “Mengapa saya melakukan hal ini?”.
- Mulai rileks.
- Perasaan mulai “tenang”
EEG:
- Beta berkesinambungan, sering bersamaan dengan lonjakan gelombang-gelombang yang lain.
- Kemungkinkan alfa muncul sesekali.
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Kondisi “kabur”.
- Perasaan kurang nyaman.
- Sesasi seperti orang yang dibius/dianestesi.
- Kadang merasa pusing.
- Pikiran dipenuhi dengan kegiatan sehari-hari – sebagai penghindaran terhadap keheningan dalam diri.
- Perasaan akan energi yang tercerai-berai.
- Sensasi hanyut menuju tidur atau tertarik keluar dari tidur.
EEG:
- Beta yang sudah agak berkurang, tetapi masih ada.
- Alfa yang muncul sesekali tetapi lebih kuat.
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Energi yang tercerai berai mulai menyatu.
- Mulai merasakan ketenangan dan rileksasi.
- Gambar mental yang sangat jelas muncul secara tiba-tiba.
- Kilas balik kenangan masa kecil.
- Gambar dari masa lalu yang “lama” dan “baru”.
- Perhatian tidak terlalu terpusat.
- Perasaan berada di antara dua kondisi.
- Kondisi transisi.
EEG:
- Beta berkurang
- Alfa semakin kuat – bisa bersifat sinambung
- Teta (frekwensi rendah) muncul sesekali
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Perasaan stabil yang lebih kuat.
- Kondisi yang pasti.
- Sensasi tubuh yang menyenangkan: merasa mengapung, ringan, bergerak, berguncang.
- Gerakan ritmik yang muncul sesekali.
- Gambar yang semakin banyak dan lebih jelas.
- Meningkatnya kemampuan mengikuti imajinasi terbimbing.
EEG:
- Beta sangat berkurang.
- Alfa sinambung
- Kemungkinan teta yang lebih sinambung dengan peningkatan frekwensi dan/atau amplitudo
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Kesadaran yang sangat kuat terhadap pernapasan.
- Kesadaran yang sangat kuat terhadap detak jantung, aliran darah, dan sensasi tubuh lainnya.
- Perasaan kehilangan batas-batas tubuh (tidak lagi bisa merasakan keberadaan tubuh fisik).
- Perasaan mati rasa di tungkai (lengan dan kaki)
- Perasaan diri dipenuhi oleh udara.
- Perasaan tubuh menjadi sangat besar atau sangat kecil.
- Perasaan tubuh menjadi sangat berat atau sangat ringan.
- Kadang berpindah antara kesadaran internal dan eksternal.
EEG:
- Beta yang sangat berkurang
- Alfa sinambung
- Teta meningkat
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Kondisi kesadaran yang sangat tinggi.
- Perasaan puas yang mendalam.
- Sangat sadar/waspada, tenang, dan tidak melekat/terpisah dari keadaan sekeliling.
- Perasaan “lepas” atau hilang dari lingkungan dan atau tubuh.
- Bila menginginkan maka gambaran mental yang muncul adalah sangat-sangat jelas.
- Perasaan kondisi kesadaran yang meningkat, yang tidak terdapat pada level sebelumnya, 0 – 4.
- Perasaan pengalaman puncak, luar biasa, pengalaman “ah-ha”, pemahaman intuitif.
- Kinerja tinggi
EEG:
- Penguasaan beta yang sangat baik – mulai dengan tidak adanya pikiran hingga pikiran-pikiran kreatif
- Alfa sinambung
- Teta sinambung
Pengalaman/Sensasi Subjektif:
- Cara baru (berbeda) dalam merasakan sesuatu
- Pemahaman intuitif terhadap masalah sebelumnya, seakan melihat dengan level kesadaran yang lebih tinggi.
- Sensasi dikelilingi oleh cahaya.
- Perasaan kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
- Sensasi semuanya tidaklah penting selain kondisi yang dialami saat itu.
- Mengalami kebahagiaan yang luar biasa.
- Mengalami ketenangan yang tak terlukiskan.
- Perasaan akan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai alam semesta.
EEG:
Empat pola yang mungkin terjadi:
- Pikiran yang terbangunkan (beta, alfa, teta, delta)
- Meditasi optimal (alpha, teta, delta)
- Sangat sedikit aktifitas listrik otak
- Pikiran yang berkembang (pola The Awakened Mind, meliputi beta, alfa, teta, dan delta
Mengukur Kedalaman Meditasi & Rileksasi
Reviewed by Edi Sugianto
on
02.36
Rating:
Tidak ada komentar: