Visualisasi Atau Melamun
Banyak orang mulai mempraktekkan visualisasi dengan sengaja akhir-akhir ini. Semenjak film "The Secret" dan buku-buku senada bermunculan, praktek visualisasi seakan menjadi mutlak mengiringi setiap langkah mencapai apa yang diinginkan. Secara harafiah, visualisasi adalah sebuah istilah yang berarti membayangkan, menggambarkan dengan jelas dalam realita internal seseorang (visual = lihat / gambarkan). Namun secara umum, visualisasi ini lebih terkait dengan imajinasi secara visual (gambar) di dalam realita internal seseorang. Membayangkan apa yang diinginkan dengan sepenuh hati, fokus dan berintensi. Yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana membedakan visualisasi dan melamun?
Dari situ dia melihat dirinya kecewa, dan bertekad bulat untuk tidak mengulanginya lagi. Visualisasi atas apa yang pernah terjadi, pengalaman-pengalaman buruk yang pernah dilalui. Hanya sebuah tekad, yang membuatnya kembali bersemangat untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama. Hanya sebuah tekad, yang tidak menjelaskan apa yang perlu dilakukan berikutnya. Hanya sebuah tekad, yang tidak memerinci dengan jelas rencana ke depan.
Visualisasi tetaplah visualisasi, membayangkan. Namun pada cerita di atas, Ruben lebih tepat dikatakan sebagai melamun, memikirkan kembali apa yang pernah terjadi, yang dilakukan dengan cara memutar kembali "movie of mind", video memori kita.
Otak kita memiliki dua kemampuan yang sama kuat dampaknya dalam hal visualisasi, membayangkan apa yang pernah terjadi dan/atau membayangkan apa yang akan terjadi. Kedua kemampuan ini memberi aspek nyata bagi otak sebagai sesuatu yang benar-benar sedang terjadi, sehingga langsung memberi respon secara nyata pula atas apa yang dibayangkan tersebut. Bila yang dibayangkan negatif, otomatis akan memberi respon negatif pada pikiran dan perasaan seseorang, dan vice versa.
Sebenarnya, visualisasi yang dimaksud orang banyak belakangan ini adalah visualisasi atas apa yang kita inginkan, yang belum terjadi dan kita harapkan terjadi. Dengan demikian, otak akan merekam seakan-akan sedang mengalami dan mencapai hasil sesuai keinginan. Otak akan menganggap ini nyata sehingga tumbuh semangat untuk segera meraihnya. Seluruh perhatian dan energi dalam tubuh akan terfokus pada hal yang diinginkan tersebut sehingga mudah tercapai.
Akan beda ceritanya kalau kita membayangkan apa yang pernah terjadi. Melamun, namanya. Hal ini juga akan berdampak meningkatkan semangat pula, hanya semangat yang muncul adalah semangat menghindari pengalaman buruk. Pengalaman buruk yang terbayang, pengalaman buruk pula yang akan diperoleh. As we map things, so we become.
Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan?
Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:
Pertama adalah, menentukan tujuan yang jelas dan menantang, tujuan yang ingin anda capai. Juga sebaiknya tujuan yang ingin kita raih itu bersifat spesifik. Misal : Anda membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.
Kemudian mulailah melakukan visualisasi :
- Relaks. Carilah momen-momen dimana Anda tengah santai. Ini akan membuat otak anda lebih terbuka untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar”
- Fokuskan perhatian Anda pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk memulai usaha jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang mesti diperlukan, tahapan apa yang mesti dilakukan, bagaimana Anda akan mengelola toko itu, bagaimana Anda melakukan promosi, mengelola karyawan toko, dan membesarkan toko menjadi toko buku pilihan anak-anak.
- Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya: lokasi persis dimana toko buku itu berada, desain interior toko, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku, kemudian bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut toko Anda.
- Lalu, libatkan emosi anda. Bagaimana rasanya mampu meraih tujuan itu dengan sempurna? Bagaimana rasanya bisa benar-benar memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari ramai dikunjungi pembeli. Menyertakan perasaan dan emosi akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak anda.
Selanjutnya lakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal, lakukan visualisasi positif setiap kali anda mempunyai waktu luang, sekurangnya sehari sekali, misal ketika Anda akan tidur dan tengah rileks.
Namun segera harus disebutkan bahwa “beautiful dream” atau impian indah itu mesti harus juga diikuti dengan langkah penyusunan strategi dan aksi nyata. Pelan-pelan mesti ditekadkan untuk mulai mengeksekusi strategi yang Anda susun melalui serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah, dalam proses implementasi itu, kita harus tetap terus menerus secara rutin melakukan visualisasi positif.
Ruben baru bangun. Matanya masih terasa berat untuk buka sepenuhnya. Dengan badan masih berbaring di tempat tidur, dia mulai memikirkan rencana demi rencana buat hari ini. Sebentar tampak dia mengernyitkan alisnya sambil menerawang tak jelas .. tangannya mengelus dagu kelihatan berpikir. Tak lama kemudian tampak senyum kembali menghias wajahnya.
Hampir 30 menit dia di situ, berbaring sambil berpikir ... tidak jelas apa yang dipikirkan. Sang istri yang dari tadi sudah keluar masuk kamar kini sudah rapi hendak berangkat kantor.
"Ben, kamu tidak ke kantor hari ini?", tanya Ima, istrinya dengan heran.
"Saya sedang visualisasi, Ma", jawabnya menerangkan.
"Katanya kalau mau berhasil, kita harus bisa memvisualisasikannya".
"Setuju", timpal Ima sambil menunggu kelanjutannya.
"Saya sedang visualisasi apa yang akan saya lakukan hari ini", lanjut Ruben.
"Hmmm ...".
"Kalau dulu presentasiku kurang bagus, sekarang visualisasi dan tahu bagaimana agar lebih bagus lagi".
"Lalu?".
"Saya juga ingat bulan lalu tidak mencapai target, masih terbayang persis bagaimana kecewanya saya waktu tidak mendapat bonus. Sekarang pasti tidak akan terjadi lagi". "Saya visualisasi ...".
"Apa yang kamu visualisasikan?".
"Planning hari ini", jawab Ruben.
"Apa planningmu hari ini?", tanya Ima ingin tahu.
Yang ditanya tidak menjawab, memikirkan kembali apa yang divisualisasi tadi. "Tentang rutinitas biasa lah seperti kemarin".
"Membayangkan bagaimana ketika saya tiba di kantor, ngobrol gono gini dengan teman2 lalu ya.. mulai duduk dan selesaikan laporan kemarin".
"Hmmm ... menarik. Lalu apa rencanamu hari ini?", tanya Ima penasaran.
"Menyelesaikan laporan kemarin ... lalu kemudian ada presentasi. Yang penting hari ini akan lebih baik dari kemarin".
"Seperti apa?"
Ruben terdiam.
"Saya pasti berhasil", jawab Ruben pelan, mulai merasakan ada yang tidak tepat.
"Seperti apa, Ben?", Ima mengulangi pertanyaan yang sama lagi.
Lagi-lagi Ruben terdiam.
Seperti apa?
Terbayang jelas apa yang telah dilakukan selama ini yang tidak berbuah pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai? Hmmm .... tiba-tiba saja Ruben terdiam. Apa tujuan yang ingin dicapai? Sudah lama tidak terpikirkan lagi, semenjak dia merasa gagal beberapa bulan lalu .. apa yang dia tahu adalah menghindari kesalahan dan kegagalan.
Tadi pagipun dia bisa memvisualisasi dengan jelas pengalaman demi pengalaman yang pernah dilakukan. Ketika presentasi yang diberikan tidak berjalan mulus sesuai harapan, lalu bagaimana dia berusaha tetap terus menjelaskan dengan terbata-bata di depan forum, bulan lalu. Dia bisa memvisualisasi dengan jelas apa yang terjadi ketika dia tidak berhasil mencapai target perusahaan, dan bagaimana dia menerima kenyataan itu dengan kecewa .. kehilangan bonus.
Dari situ dia melihat dirinya kecewa, dan bertekad bulat untuk tidak mengulanginya lagi. Visualisasi atas apa yang pernah terjadi, pengalaman-pengalaman buruk yang pernah dilalui. Hanya sebuah tekad, yang membuatnya kembali bersemangat untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama. Hanya sebuah tekad, yang tidak menjelaskan apa yang perlu dilakukan berikutnya. Hanya sebuah tekad, yang tidak memerinci dengan jelas rencana ke depan.
Visualisasi tetaplah visualisasi, membayangkan. Namun pada cerita di atas, Ruben lebih tepat dikatakan sebagai melamun, memikirkan kembali apa yang pernah terjadi, yang dilakukan dengan cara memutar kembali "movie of mind", video memori kita.
Otak kita memiliki dua kemampuan yang sama kuat dampaknya dalam hal visualisasi, membayangkan apa yang pernah terjadi dan/atau membayangkan apa yang akan terjadi. Kedua kemampuan ini memberi aspek nyata bagi otak sebagai sesuatu yang benar-benar sedang terjadi, sehingga langsung memberi respon secara nyata pula atas apa yang dibayangkan tersebut. Bila yang dibayangkan negatif, otomatis akan memberi respon negatif pada pikiran dan perasaan seseorang, dan vice versa.
Sebenarnya, visualisasi yang dimaksud orang banyak belakangan ini adalah visualisasi atas apa yang kita inginkan, yang belum terjadi dan kita harapkan terjadi. Dengan demikian, otak akan merekam seakan-akan sedang mengalami dan mencapai hasil sesuai keinginan. Otak akan menganggap ini nyata sehingga tumbuh semangat untuk segera meraihnya. Seluruh perhatian dan energi dalam tubuh akan terfokus pada hal yang diinginkan tersebut sehingga mudah tercapai.
Akan beda ceritanya kalau kita membayangkan apa yang pernah terjadi. Melamun, namanya. Hal ini juga akan berdampak meningkatkan semangat pula, hanya semangat yang muncul adalah semangat menghindari pengalaman buruk. Pengalaman buruk yang terbayang, pengalaman buruk pula yang akan diperoleh. As we map things, so we become.
Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan?
Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:
Pertama adalah, menentukan tujuan yang jelas dan menantang, tujuan yang ingin anda capai. Juga sebaiknya tujuan yang ingin kita raih itu bersifat spesifik. Misal : Anda membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.
Kemudian mulailah melakukan visualisasi :
- Relaks. Carilah momen-momen dimana Anda tengah santai. Ini akan membuat otak anda lebih terbuka untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar”
- Fokuskan perhatian Anda pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk memulai usaha jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang mesti diperlukan, tahapan apa yang mesti dilakukan, bagaimana Anda akan mengelola toko itu, bagaimana Anda melakukan promosi, mengelola karyawan toko, dan membesarkan toko menjadi toko buku pilihan anak-anak.
- Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya: lokasi persis dimana toko buku itu berada, desain interior toko, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku, kemudian bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut toko Anda.
- Lalu, libatkan emosi anda. Bagaimana rasanya mampu meraih tujuan itu dengan sempurna? Bagaimana rasanya bisa benar-benar memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari ramai dikunjungi pembeli. Menyertakan perasaan dan emosi akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak anda.
Selanjutnya lakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal, lakukan visualisasi positif setiap kali anda mempunyai waktu luang, sekurangnya sehari sekali, misal ketika Anda akan tidur dan tengah rileks.
Namun segera harus disebutkan bahwa “beautiful dream” atau impian indah itu mesti harus juga diikuti dengan langkah penyusunan strategi dan aksi nyata. Pelan-pelan mesti ditekadkan untuk mulai mengeksekusi strategi yang Anda susun melalui serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah, dalam proses implementasi itu, kita harus tetap terus menerus secara rutin melakukan visualisasi positif.
Visualisasi Atau Melamun
Reviewed by Edi Sugianto
on
01.04
Rating:
Tidak ada komentar: