NAQS dalam Revolusi Kesadaran
Firman Allah :
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ”. (QS, Ali Imran : 191)
Pengertian Kesadaran
Apa itu kesadaran?
Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu/mengerti dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun maksud/niat.
Sebagai gambaran untuk memperjelas, misalnya ada seorang anak melihat balon. Keadaan melihat tersebut yang ia sadari sendiri itu dinamakan kesadaran. Sedangkan balon yang ia lihat yang menimbulkan anggapan besar atau berwarna hijau disebut pikiran (persepsi). Reaksi bagus dan indah sehingga anak tersebut suka adalah bentuk dari perasaan. Kemudian reaksi pikiran yang menginginkan balon tersebut itu yang dimaksud dengan niat/kehendak/maksud. Kata pikiran bermakna sangat luas sehingga ada yang menggunakannya dalam konteks sebagai niat atau kehendak.
Mekanisme kerja otak manusia sangat rumit dan sampai saat ini masih diselidiki para ilmuwan, terutama mengenai kesadaran manusia itu sendiri. Otak manusia setiap saat bekerja dan para ilmuwan menggunakan EEG (electroenchepalogram) untuk mengukurnya dan disebut sebagai gelombang otak. Para ahli tersebut mengategorikan gelombang otak yang terukur melalui EEG menjadi 4 jenis, yaitu
1. Gelombang delta (lebih kecil 4 Hz)
2. Gelombang theta (4-7 Hz)
3. Gelombang alfa (8-13 Hz)
4. Gelombang beta (lebih besar dari 14 Hz)
Gelombang alfa adalah gelombang yang terukur ketika seseorang dalam keadaan biasa, santai dan tidak berpikir hal-hal yang rumit. Sedangkan gelombang beta adalah gelombang yang muncul ketika seseorang memecahkan hal-hal kompleks seperti menyelesaikan soal matematika. Gelombang alfa sangat teratur yang muncul ketika seseorang sedang tenang atau dalam keadaan santai. Gelombang alfa tidak ditemukan pada seseorang yang sedang cemas atau gelisah. Gelombang theta biasanya terdeteksi ketika awal-awal seseorang tidur sebelum ia terlelap lebih dalam menuju ke gelombang delta. Jadi gelombang delta terjadi dalam keadaan tidur lelap.
Kesadaran dalam konsep NAQS Methode
Manusia tersusun atas Lahir (Jasmani) dan Batin (Jiwa & Ruh). Jasmani adalah wujud tubuh kita yang tampak, seperti tangan, kepala, otak dan organ tubuh lainnya hingga susunan sel yang ‘hidup’. Batin terdiri dari kesadaran, Akal, pikiran, perasaan dan persepsi. Di dalam NAQS Methode, kesadaran memegang peranan yang paling fundamental karena berperan penting atas pengendalian pikiran sehingga kehendak atau niat-niat yang negatif tidak muncul. Dengan pelatihan mental yang ditawarkan dalam bentuk Tafakkur/Perenungan dan Meditasi/Dzikrullah, kesadaran seseorang akan semakin besar sehingga setiap tindakan yang dilakukan pikiran ataupun tubuh, akan menjadi kebiasaan yang berulang-ulang tertanam dalam memori otak yang merupakan pandangan hidup seseorang.
Meditasi Sebagai Pengendali Kesadaran
Pelatihan dalam bentuk Meditasi NAQS adalah sebuah jalan yang ditawarkan oleh NAQS Methode atas pengendalian pikiran dan kesadaran.
Jika dikelompokkan, meditasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu meditasi konsentrasi dan meditasi kesadaran. Meditasi konsentrasi adalah suatu cara mengarahkan pikiran agar berkonsentrasi hanya pada suatu objek tunggal. Sedangkan meditasi kesadaran adalah meditasi yang selalu sadar untuk menyadari apa yang sedang dilakukan pikiran, namun tidak berkonsentrasi pada suatu objek yang sedang dipikirkan. Meditasi Kultivasi dan Meditasi Tawajjuh dalam NAQS Methode termasuk kategori meditasi konsentrasi. Sedangkan Uzlah Bathinah dan Rabith dalam NAQS Methode bisa dikategorikan sebagai meditasi kesadaran.
Penelitian ilmuwan menunjukkan bahwa seseorang yang sedang meditasi berada dalam gelombang alfa. Artinya bahwa seseorang yang sering melatih meditasinya, akan mudah menenangkan dirinya ketika ada respon yang akan membuatnya cemas atau gelisah. Pada beberapa meditator juga ditemukan gelombang theta yang biasanya terukur hanya pada saat awal-awal tidur sebelum otak menuju gelombang delta yang sangat tenang yang muncul ketika tidur nyenyak. Jadi bisa dikatakan bahwa semakin dalam seseorang bermeditasi, gelombang yang terukur di otaknya akan semakin rendah atau menuju keadaan istirahat (seperti dalam tidur), walau sadar sepenuhnya.
Pencerahan Kesadaran
Yang dimaksud dengan pencerahan adalah keadaan sadar sepenuhnya terhadap kenyataan hidup, bahwa hidup selalu berubah dan bisa menerima perubahan tersebut. Sebagai contoh seseorang yang sedang dalam penderitaan karena kehilangan orang yang ia cintai. Ia menyadari bahwa penderitaan kehilangan tersebut akan berubah juga. Ia menyadari bahwa memang pada akhirnya kematian akan membawa orang-orang yang ia cintai. Ia menyadari bahwa perasaan sedihnya juga akan lenyap. Ia menyadari bahwa perasaan sedih tersebut hanyalah bentuk-bentuk aktivitas dari otak. Ia menyadari bahwa kebencian, ketidaktahuan atau kebodohan, keserakahan hanyalah aktivitas mental yang terjadi di otak. Ia menyadari bahwa apapun yang ada di dunia akan berubah. Ia menyadari bahwa setiap orang pasti mengalami perubahan juga. Pencerahan adalah kebebasan. Kebebasan dari penderitaan yang dialami. Pencerahan adalah keadaan menyadari sepenuhnya tentang perubahan sehingga menjadi bebas. Ia yang mencapai pencerahan adalah seorang yang sadar dan ingat. Jadi kesadaran yang tinggi mengiring pikiran menjadi lebih terbuka untuk menerima berbagai hal baru dalam kehidupan sehingga membuka pandangan seseorang. Pandangan yang sempurna mengiring ke kebijaksanaan sejati atau pencerahan.
Pencerahan dapat dicapai pada kehidupan ini juga tanpa perlu berlama-lama mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakbahagiaan. Pencerahan hanyalah sebuah pencapaian batin. Pikiran yang selalu tidak melekat, tanpa kebencian, tanpa kekejaman, tanpa keserakahan, tanpa kesombongan adalah bentuk batin yang tercerahkan. Pikiran yang terisi penuh dengan welas asih, cinta kasih universal, simpati, ketenangan, semangat hidup, rendah hati itulah batin yang tercerahkan.
Keadaan Pencerahan
Manusia yang telah mendapat Pencerahan Kesadaran akan mengalami Keadaan Surgawi di dalam kehidupannya.Yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Ikhlas (Kebebasan)
Ketika seseorang mencapai pencerahan, hal itu berarti ia telah mendapatkan dan menembus pandangan yang benar. Keadaan tersebut secara otomatis akan membuat pikiran, perasaan, emosi, dan tindakan seseorang selalu tanpa kemelekatan karena ia telah sadar sepenuhnya. Karena ia menyadari bahwa segala hal di alam semesta ini berubah maka dengan kata lain ia telah merealisasikan Ihlas/kebebasan.
2. Kedamaian dan kebahagiaan sejati
Seorang yang telah mencapai Pencerahan Kesadaran akan merasakan kebahagiaan setiap saat. Kebahagiaan tersebut bukan kesenangan karena sensasi-sensasi yang diterima pancaindera yang membuat nyaman, bukan pula kebahagiaan yang didapat dari sebatas pengendalian pikiran. Kebahagiaan yang dirasakan adalah kedamaian yang tertinggi yang bebas dari rangsangan ataupun ego.
3. Kesempurnaan Moral (Akhlakul Karimah)
Seseorang yang telah terlepas dari kebencian atau penolakan, keserakahan atau keinginan melekat, dan ketidaktahuan akan realitas hidup disebut telah mencapai Pencerahan Kesadaran. Dualisme yang membeda-bedakan juga telah lenyap sehingga tidak akan membanding-bandingkan suatu konsep dengan yang lainnya.
4. Kesadaran tertinggi
Kesadaran seseorang yang dalam keadaan sadar sepenuhnya. Secara sains hal tersebut berarti aktivitas otak ketika berada bahkan pada gelombang delta, seorang NAQS-er akan tetap sadar manakala ada rangsangan yang datang. Mimpi juga tidak akan terjadi karena hal-hal yang menggelisahkan seorang NAQS-er telah lenyap sepenuhya (berhubungan dengan poin ke 2 karena seseorang yang mencapai pencerahan setiap saat mengalami kebahagiaan)
Wujud Nyata Kesadaran Tertinggi ( Ikhlas )
Takkala seseorang telah mencapai kesadaran yang tertinggi (Ikhlas), ikatan-ikatan dalam pikirannya telah lenyap sepenuhnya. Hal tersebut berdampak dalam setiap aktivitas dan kegiatan yang terwujud dalam tindakannya. Seorang NAQS-er akan bertindak sesuai dengan aturan moralitas yang paling dasar yang membentuk kehidupan. Pencerahan telah membuat seseorang menyadari bahwa di mana dan kapanpun siapapun, dari makhluk jenis hewan yang paling sederhana sampai manusia, tidak ingin mengalami penderitaan. Makhluk apapun ingin ketenangan, kebahagiaan dan kedamaian hidup. Hal tersebut akan membuat seseorang yang tercerahkan setiap saat bertindak berdasarkan hal demikian. Setiap tindakannya tidak akan membuat makhluk lain menderita. Setiap tindakannya selalu dipenuhi dengan welas asih dan cinta kasih yang universal tanpa batas.
Ia yang tercerahkan akan berucap dengan lembut, bermanfaat, benar apa adanya, tenang, menenangkan, menyenangkan, berharga, tepat waktu dan bertujuan. Ia yang tercerahkan akan bertindak sesuai dengan aturan moralitas paling mendasar dari setiap manusia, yaitu:
- Tidak akan melukai, menyakiti atau membunuh makhluk hidup baik secara langsung maupun tidak langsung
- Tidak akan mengambil apa yang bukan miliknya, mencuri, merampas, dan merampok.
- Tidak akan memuaskan dirinya dan terlarut di dalam kesenangan seksual dan kesenangan indria
- Tidak akan melakukan kebohongan, penipuan, ucapan-ucapan yang menyia-nyiakan waktu dan tenaga
- Tidak akan membiarkan dirinya dalam keadaan tidak sadar dan tidak rasional karena penggunaan barang-barang yang memabukkan atau membuat ketagihan.
Revolusi Kesadaran dengan Iman, Ilmu dan Akal
Puncak Tujuan Tertinggi Kesadaran hidup manusia:
Meraih suatu keadaan di mana tak ada lagi yang terlihat, kecuali Tuhan (Sa’di)
"Kemana pun engkau menghadap, disanalah Wajah Allah."(Al-Baqarah 115)
"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepatuhan." (Al-An'aam 79)
Awwaluddin makrifatullah (awal-awal agama ialah mengenal ALLAH). Apabila seseorang itu tidak mengenal ALLAH, segala amal baktinya tidak akan sampai kepada ALLAH SWT. Sedangkan, segala perintah suruh yang kita buat, baik yang berbentuk fardhu maupun sunat, dan segala perintah larang yang kita jauhi, baik yang berbentuk haram maupun makruh, merupakan persembahan yang hendak kita berikan kepada ALLAH SWT.
Mengenal ALLAH dapat kita lakukan dengan cara memahami sifat-sifat-Nya. Kita tidak dapat mengenal ALLAH melalui zat-Nya, karena membayangkan zat ALLAH itu adalah suatu perkara yang sudah di luar batas kesanggupan akal kita sebagai makhluk ALLAH. Kita hanya dapat mengenal ALLAH melalui sifat-sifat-Nya.
Untuk memahami sifat-sifat ALLAH itu, kita memerlukan dalil aqli dan dalil naqli.
Dalil aqli adalah dalil yang bersumber dari akal (aqli dalam bahasa Arab = akal).
Dalil naqli adalah dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Melalui dalil aqli dan dalil naqli ini sajalah kita dapat mengenal ALLAH. Tanpa dalil-dalil itu, kita tidak dapat mengetahui sifat-sifat ALLAH, dan kalau kita tidak mengetahui sifat-sifat ALLAH, berarti kita pun tidak mengenal ALLAH.
Sifat-sifat ALLAH
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib. Sifat wajib terbagi empat bagian yaitu nafsiah, salbiah, ma'ani atau ma'nawiah.
Sifat-sifat Wajib : Sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki oleh ALLAH SWT, jumlahnya 20.
Sifat-sifat Mustahil : Sifat yang mustahil dimiliki ALLAH SWT, jumlahnya juga 20.
Sifat Jaiz / Mubah : Sifat yang bebas bagi ALLAH, jumlahnya hanya satu, yaitu ALLAH SWT berkehendak sesuatu atau tidak berkehendak.
Sifat Wajib | Tulisan Arab | Maksud | Sifat | Sifat Mustahil | Tulisan Arab | Maksud |
---|---|---|---|---|---|---|
Wujud | Ada | Nafsiah | Adam | Tiada | ||
Qidam | Terdahulu | Salbiah | Haduth | Baru | ||
Baqa | Kekal | Salbiah | Fana | Binasa | ||
Mukhalafatuhu lilhawadith | Allah Ta'ala berbeda dengan makhluqNya | Salbiah | Mumathalatuhu lilhawadith | Sama dengan suatu yang baru | ||
Qiamuhu binafsih | Berdiri sendiri | Salbiah | Qiamuhu bighairih | Bergantung dengan yang lain | ||
Wahdaniat | Esa Allah Ta'ala pada dzat,pada sifat dan pada perbuatan | Salbiah | Ta'addud | Berbilang-bilang | ||
Qudrat | Berkuasa | Ma'ani | Ajzun | Lemah | ||
Iradat | Berkehendak menentukan | Ma'ani | Karahah | Benci yaitu tidak menentukan | ||
Ilmu | Mengetahui | Ma'ani | Jahlun | Bodoh | ||
Hayat | Hidup | Ma'ani | Al-Maut | Mati | ||
Sama' | Mendengar | Ma'ani | As-Summu | Pekak | ||
Basar | Melihat | Ma'ani | Al-Umyu | Buta | ||
Kalam | Berkata-kata | Ma'ani | Al-Bukmu | Bisu | ||
Kaunuhu qaadiran | Keadaan-Nya yang berkuasa | Ma'nawiyah | Kaunuhu ajizan | Keadaan-Nya yang lemah | ||
Kaunuhu muriidan | Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan | Ma'nawiyah | Kaunuhu kaarihan | Keadaan-Nya yang benci yaitu tidak menentukan | ||
Kaunuhu 'aliman | Keadaan-Nya yang mengetahui | Ma'nawiyah | Kaunuhu jahilan | Keadaan-Nya yang bodoh | ||
Kaunuhu hayyan | Keadaan-Nya yang hidup | Ma'nawiyah | Kaunuhu mayitan | Keadaan-Nya yang mati | ||
Kaunuhu sami'an | Keadaan-Nya yang mendengar | Ma'nawiyah | Kaunuhu asamma | Keadaan-Nya yang pekak | ||
Kaunuhu basiiran | Keadaan-Nya yang melihat | Ma'nawiyah | Kaunuhu a'maa | Keadaan-Nya yang buta | ||
Kaunuhu mutakalliman | Keadaan-Nya yang berkata-kata | Ma'nawiyah | Kaunuhu abkam | Keadaan-Nya yang kelu |
Dua puluh yang tertera di atas yang wajib bagi Allah terkandung di dalam dua sifat kesempurnaan. Sifat tersebut adalah:
Istigna' ( ﺇﺳﺘﻐﻨﺎﺀ )
- Kaya Allah daripada sekalian yang lain daripada-Nya yaitu tidak berkehendak ia kepada sesuatu. Maksudnya, Allah tidak menghendaki yang lain menjadikan-Nya dan tidak berkehendakkan tempat berdiri bagi zat-Nya. Contohnya, Allah tidak memerlukan dan tidak menghendaki malaikat untuk menciptakan Arasy.
- Maka, Maha suci Tuhan daripada tujuan pada sekelian perbuatan dan hukum-hukumnya dan tidak wajib bagi-Nya membuat sesuatu datau meninggalkan sesuatu.
- Sifatnya: wujud, qidam, baqa', mukhalafatuhu lilhawadith, qiamuhu binafsih, sama', basar, kalam, kaunuhu sami'an, kaunuhu basiran, kaunuhu mutakalliman.
Iftiqar ( ﺇﻓﺘﻘﺎﺭ )
- Yang lain berkehendakkan sesuatu daripada Allah yaitu yang lain berkehendakkan daripada Allah untuk menjadikan dan menentukan mereka dengan perkara yang harus. Contohnya, manusia memohon kepada Allah melancarkan hidupnya.
- Sifatnya: wahdaniat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu hayyan.
Bahasa, Kesadaran, dan Pengetahuan
Perkembangan yang cepat (revolusi) hanya bisa tumbuh dari dasar yang tetap tidak goyah (Haqqul Yakin). Sesuatu dikatakan memiliki Puncak ketika ia juga memiliki akar yang menghujam dengan kuat.
Kesadaran adalah suatu keadaan, dimana setiap orang yang memiliki kesadaran, ia akan mengetahui apa yang ia ketahui. Dari setiap apa-apa yang sudah ia ketahui tersebut, secara langsung akan berfungsi sebagai pijakan untuk pengetahuan atau kesadaran lebih lanjut. ini menunjukan bahwa kesadaran akan menempuh lapisan-lapisan. Semakin tinggi lapisan kesadaran sesorang, pada saat yang sama sebetulnya membuktikan semakin mendasar pula pengetahuan orang itu. Lebih dasarnya suatu pengetahuan akan menuntunnya menemukan prinsip-prinsip yang nyata dalam kehidupan. Prinsip nyata biasanya sederhana, jelas, dan mudah bagi semua orang. Hal inilah yang nantinya akan berguna bagi manusia untuk menganalisis kenyataan kehidupan, tentunya kenyataan yang beragam, hidup penuh dinamika, majemuk, dan kita memang berada di alam yang tersusun(majemuk). Jika anda ingin menganalisis suatu persoalan yang begitu majemuk-beragam, kembalilah pada prinsip pengetahuan. Melalui hal yang prinsipil anda akan mudah melakukan penilaian, tentunya penilaian yang mudah dipahami.
Penilaian yang mudah dipahami, bersifat universal, artinya gampang dipahami oleh sebagian besar orang. Universalitas pemahaman ini muncul, karena secara nyata setiap orang telah memiliki kesamaan. Dengan kesamaannya membuat antar manusia mampu berkomunikasi (commune=sama), Juga mampu bertukar pikiran. Walaupun memang dalam berkomunikasi dan tukar pikiran dapat terjadi salah tukar atau salah paham. Tetapi hal itu tidak menafikan sifat kesamaan manusia satu sama lain.
Dalam hal berpikir, ada prinsip yang pasti dimiiliki setiap orang :
- Prinsip identitas, yaitu kemampuan untuk menyatakan bahwa sesuatu itu adalah sesuatu itu, bukan sesuatu yang lain, dan setiap segala sesuatu memiliki identitasnya.
- Prinsip non – kontradiksi yaitu ketidakmauan atau ketidakmampuan pikiran mengalami “konslet” atau kontradiksi, sehingga mustahil ada dua hal yang bertentangan diyakini dalam waktu yang bersamaan, misalnya melekatkan sifat “jujur sekaligus bohong” pada seseorang, ini jelas tidak mungkin, jelas kontradiksi.
- Prinsip kausalitas dengan alasan bahwa segala akibat memiliki sebab, sampai pada Sebab yang tidak memiliki sebab lagi. Universalitas prinsip-prinsip ini adalah dasar untuk merevolusi kesadaran.
Kesadaran hanya didapat dari pengetahuan, antara kesadaran dan pengetahuan sangat berkaitan erat. Juga dengan bahasa. Karena Setiap pengetahuan hanya bisa diketahui ketika diwakilkan melalui simbol-simbol yang berhubungan satu sama lain yaitu bahasa. Fungsi relasi simbol-simbol, kemampuan menghubung-hubungkan ada karena prinsip-prinsip pengetahuan di atas tadi, juga karena prinsip untuk menghubungkan telah ada di saat akal ada pada diri manusia.
Prinsip menghubungkan dalam dimensi matematis misalnya pada operasi bilangan : jumlah (+) kurang () kali (x) bagi (:) Lebih kurang (<, >) sama dengan (=) telah ada secara inhern pada diri manusia, dengan simbol yang disepakati bersama. Semua orang dalam jagat ini pasti memiliki pemahaman yang sama mengenai konsep matematis ini. Selain itu, prinsip menghubungkan yang ada dalam dimensi bahasa juga inhern sebagaimana pada dimensi matematis di atas. Kata Depan (Preposition) yang menghubungkan kata dan kata, dan kata sambung (Conjunction) yang menghubungkan kalimat dengan kalimat, akan dipahami secara pasti oleh setiap orang walau dengan bahasa yang berbeda. Dengan prinsip-prinsip inilah manusia mampu berkomunikasi. Memang ada komunikasi yang mampu menyampaikan gagasan tanpa reduksi pemahaman dari pendengar, dan adakalanya suatu gagasan tereduksi pada saat penyampaian, ini tergantung seberapa ketat prinsip-prinsip ini atau prinsip komunikasi dipergunakan. Bahasa sangat berkaitan erat dengan pengetahuan dan kesadaran, tanpa bahasa yang baik maka orang tidak mungkin memiliki kesadaran penuh.
Bahasa, Kesadaran, dan pengetahuan adalah tiga hal yang tidak mungkin dipisahkan, ketiganya akan selalu menyertai perjalanan manusia yang memiliki potensi berpikir, dan orang yang berpikir akan menempuh perjalanan kesadarannya, lebih tinggi lagi. Kalau kita ingin tahu bagaimana setiap orang mengawali pengetahuannya, bagaimanakah proses terjadinya pengetahuan dan bahasa pada semua orang ? Pertanyaan ini bisa kita jawab dengan asumsi bahwa : kita menggunakan pengetahuan yang sudah ada pada diri kita untuk menanti jawaban. Seperti halnya kita belajar bahasa, sudah tentu kita mempelajarinya dengan bahasa yang sudah melekat pada diri kita.
Jangan khawatir untuk menggunakan aql, dengan aql atau berpikir yang konsisten kita akan menemukan kebenaran secara PASTI. Nanti, dalam banyak persoalan disana-sini kita akan berpapasan dengan paham-paham pemikiran yang berbeda. Kaum relativis, skeptis, nihilis, dll. Dimana mereka berupaya menyalahkan segala hal tanpa ada ujung solusi, merusak sendiri tatanan kejelasan, yang dengan berbagai dalil-dalil mereka merelatifkan segala sesuatu, ketika mereka ingin merelatifkan segala sesuatu, mereka menggunakan dalil-dalil yang sebenarnya bagi mereka adalah dalil mutlak, pada saat yang sama mereka menolak pendapatnya sendiri,
Contoh :
Seorang nihilis akan berkata
“sesungguhnya tidak ada sesuatupun di alam ini!”
( apakah alam yg dimaksud tidak ada ?)
Seorang skeptis akan berkata
“ Jika sesuatu itu pun ada, maka tidak bisa diketahui ! ”
( apakah ini bukan pengetahuan ?)
“Jika bisa diketahui, maka tidak bisa disampaikan kepada yang lain!”
[ kalimat ini adalah kalimat berita, penyampaian, apalagi ada penekanan penyampaian –dengan menggunakan tanda seru (!) ]
kaum relativis akan berkata
“ Kebenaran itu relatif “
(apakah pernyataan ini masih relatif kebenarannya)
kalau memang masih relatif, berarti tidak perlu dipercaya, padahal dapat dipastikan
orang yang berpendapat ini ingin pendapatnya dipercaya
“jangan percaya pada aql, karena aql terbatas”
( apakah kalimat ini juga tidak perlu kita percaya)
(kalau memang terbatas berarti kita tahu batasannya)
Itulah beberapa pendapat yang masih banyak diperdengarkan orang-orang lalu bagaimana kita membahasnya.
Batasan aql atau pikiran adalah ketidaktahuan. Tidak tahunya aqal bukanlah pembatas menuju pengetahuan, potensi aql untuk mengetahui lebih lagi, akan selalu ada. Kalau memang aql masih tidak dipercaya, apalagi sumber pengetahuan yang bisa dipercaya: apakah mata, telinga, kulit, hidung, padahal semuanya itu juga terbatas, sebagaimana hati kita, ia juga terbatas. Ada hati yang bersih, ada hati yang kotor, tentunya berbeda, lalu bagaimana anda membedakannya ? Aql atau pikiran juga mengalami beberapa kondisi, ada kondisi dimana pikiran mencapai sesuatu yang pasti benar dan ada pikiran yang pasti salah, sementara kondisi yang lain yaitu ragu-ragu tidak memiliki penilaian, ada di persimpangan jalan atau tidak punya nilai selain sarana untuk mengetahui sesuatu. Dari semua sumber pengetahuan tadi: alat-alat indra, aql, dan hati, masing-masing memiliki peran yang sudah tentu. Ada syarat yang pasti agar aql kita menemui kebenaran, sebagaimana ada syarat yang pasti agar hati kita bersih, yaitu pikiran yang sehat, konsisten, dan jelas. Hati tak pernah berbohong, itu ekuivalen dengan pikiran yang konsisten, logis.
Dari uraian diatas, dinyatakan bahwa kesadaran setiap orang akan menempuh tahapan-tahapannya, kondisi ini tidak mungkin tercegah, bahkan dibatasi. Karena kecenderungan alami manusia agar menetapkan sesuatu secara pasti, sehingga meyakini sesuatu dengan mantap. Upaya untuk membatasi perkembangan kesadaran hanya akan membuktikan adanya kebutuhan kepada kesadaran yang lebih tinggi. Kita ingin kepastian, dan diketahui secara universal.
Untuk menempuh pengetahuan yang universal, kita harus memulainya dari dasar-dasar pengetahuan yang universal, yaitu sesuatu yang sudah jelas pada diri kita semua. Berawal dari yang paling jelas, kita akan berupaya untuk memperjelas yang lain yang belum jelas.
Kembalilah pada prinsip, inilah prinsip kita:
- "Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu" (Kenali Dirimu dan Kenalilah Tuhanmu).
- "Araftu rabbi bi rabbi" (kita hanya bisa mengenal Dia dengan Dia)*.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri."(Al-Hasyr: 19)
"Maka tafakurpun dimulai, langit disibak, dalam dzikir, dalam pemahaman jiwa, ruh dan bashirah, dalam kesadaran. Pintu gerbang telah dibuka, maka babak permulaanpun harus dimulai, pencerahan untuk mencapai kesempurnaan jiwa"
"Maka tafakurpun dimulai, langit disibak, dalam dzikir, dalam pemahaman jiwa, ruh dan bashirah, dalam kesadaran. Pintu gerbang telah dibuka, maka babak permulaanpun harus dimulai, pencerahan untuk mencapai kesempurnaan jiwa"
*Perkara ini berpegang kepada pertanyaan yang diajukan oleh Saidina Abu Bakar As-Siddiq kepada Rasulullah SAW semasa baginda turun dari Mi'raj bertemu Allah Ta'ala. Tanya Saidina Abu Bakar kepada Rasulullah SAW, " Bagaimana engkau melihat dan kenal Allah Ta'ala, ya Muhammad ? Jawab Rasulullah SAW, "'Araftu rabbi bi rabbi!" yakni "Aku kenal Tuhan ku dengan Tuhan ku!"
NAQS dalam Revolusi Kesadaran
Reviewed by Edi Sugianto
on
21.25
Rating:
Tidak ada komentar: