Menguak Dunia Jin & Khodam seri 2 : Penampakan
Apakah Manusia Bisa Melihat Jin…..?
Jika yang dimaksud melihat Jin dalam arti melihat dengan mata kepala maka manusia tidak dapat melakukannya, Allah Ta’ala menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. QS:7/27.
Demikian pula yang dinyatakan Ibnu Abbad r.s dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata:
Kisahnya sebagai berikut: Suatu saat ketika baginda Nabi saw. dalam perjalanan bersama para Sahabat ra. menuju pasar Ukaz, tepat pada saat itu, antara syaitan jin dan berita dari langit sedang dihalangi dan mereka dilempari dengan panah berapi. Maka merekapun kembali kepada kaum mereka, dan mereka berkata : Antara kami dan berita dari langit telah dihalangi dan kami dilempari dengan panah berapi. Kaum mereka berkata : pasti telah terjadi sesuatu yang luar biasa di muka bumi, coba pergilah menyebar ke bumi, baik di sebelah timur maupun baratnya, carilah apa menjadi penyebabnya, sehingga antara kita dan berita dari langit menjadi terhalang. Mereka pun pergi ke bumi di sebelah timur dan baratnya. Dan diantara mereka ada yang menuju arah Tihamah yaitu mengikuti arah perjalanan Nabi saw. bersama para sahabat ra. Saat itu Baginda Nabi saw sedang berada di bawah pohon kurma dalam perjalanan menuju ke pasar Ukaz dan Baginda Nabi saw. sedang melaksanakan sholat Subuh bersama para Sahabat. Ketika mereka (sekelompok jin) itu mendengarkan al-Quran dibaca, mereka memerhatikannya dan berkata : Inilah yang menjadikan kita terhalang dengan berita dari langit. Maka merekapun kembali kepada kaum mereka lalu berkata: Wahai kaumku :
Yang artinya: Sesungguhnya aku telah mendengar bacaan yang mengagumkan, yang dapat menunjukkan kita kepada kebenaran, maka aku beriman kepadanya dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapapun. Maka Allah SWT. menurunkan kepada nabi-Nya Muhammad saw dengan firman-Nya:
1. Riwayat Bukhori di dalam Kitab Azan Hadits Nomor 731
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Sholat Hadits Nomor 681
3. Riwayat Tirmidzi di Dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an Hadits Nomor 3245-3247.
Jika yang dimaksud melihat jin dalam arti mengenali, maka untuk hal tersebut orang tidak harus menggunakan mata kepala. Orang bisa mengenali suatu benda dengan indera yang dimiliki, dengan penciuman atau pendengaran, asal dengan itu orang tersebut dapat mengenali sesuatu maka boleh dikatakan ‘rukya’ atau melihat. Semisal orang buta mampu mengenali uang kertas, padahal dia tidak pernah melihat uang itu dengan matanya. Dengan mencium orang dapat mengenali kwalitas tembakau, dan dengan mendengar orang dapat mengenali seseorang melalui suaranya. Orang bisa mengenali suara, tetapi suara itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala melainkan didengarkan dengan indera pendengaran. Meski hanya dengan pendengaran, ketika seseorang dapat mengenali suatu benda, maka orang itu berarti mengenali benda tersebut.
Seperti orang makan salak secara terus-menerus sehingga menjadi tahu dengan persis bahwa salak yang dimakan itu salah pondoh, orang tersebut berarti orang yang kenal salak pondoh. Bahkan semakin ahli, semakin itu pula dia dapat mengetahui dengan tepat terhadap segala jenis-jenis salak secara spesifik. Melihat jin itu tidak harus dengan mata kepala, yang pasti jin itu ada, jin melihat manusia tetapi manusia tidak dapat melihat jin. Kehidupan jin itu dekat dengah kehidupan manusia, hanya saja manusia tidak dapat merasakannya. Demikianlah yang dinyatakan Allah dengan firman-Nya.
Oleh karena alam jin adalah alam yang ghaib bagi indera lahir manusia, untuk mengenalinya, maka dengan indera yang lahir itu seorang hamba wajib mengimani apa-apa yang disampaikan oleh Allah Ta’ala dengan wahyu-Nya. Ketika alam jin dinyatakan Allah Ta’ala dengan firman-Nya, maka kewajiban manusia harus mengimaninya, selanjutnya, dengan kemampuan imaginasi yang ada manusia harus bersungguh-sungguh mengadakan penelitian dengan cara yang benar, hasilnya, dengan ilmu Allah dan izin-Nya manusia akan dibukakan penutup matanya sehingga mereka mendapatkan sesuai yang diharapkan. Ketika Allah SWT. berfirman:
Maka manusia harus mengimani firman Allah Ta’ala itu, karena hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui keadaan makhluk-Nya. Menurut ayat diatas, alam manusia bagaikan samudera dan alam jin juga bagaikan samudera, namun antara keduanya dibatasi oleh barzah atau ruang waktu dan dinding-dinding yang membatasi. Maksudnya, alam manusia adalah suatu dimensi dan alam jin juga merupakan suatu dimensi, namun masing-masing dimensi itu dibatasi oleh dimensi lain pula. Seperti alam mimpi adalah dimensi dan alam jaga juga merupakan dimensi, namun masing-masing tersebut dibatasi oleh dimensi yang lain yaitu alam tidur. Alam tidur dikatakan sebagai pembatas antara alam sadar dengan alam mimpi, karena tidak semua orang tidur pasti bermimpi, hal ini membuktikan bahwa alam tidur berbeda dengan alam mimpi.
PENAMPAKAN YANG MENGHANTUI HAYAL MANUSIA
Ketika seseorang mendapatkan penampakan, baik sebagai buah wirid dan mujahadah yang mereka lakukan atau karena ingatannya sedang sakit, mereka mengira, penampakan-penampakan itu merupakan bentuk jin yang asli, padahal sesunguhnya bukan, karena tidak ada yang dapat mengetahui bentuk jin kecuali hanya Allah Ta’ala. Penampakan-penampakan tersebut hanyalah bentuk gambar (visual) yang ditusukkan jin ke dalam alam hayal manusia, hal itu bisa terjadi, karena orang tersebut sebelumnya telah menghayal jin sesuai dengan hayalannya sendiri. Oleh karena itu, apabila orang-orang yang mendapatkan penampakan itu sebelumnya menghayal jin dalam bentuk putih-putih maka penampakan yang muncul berupa gambar putih-putih, jika mereka membanyakan jin dalam gambaran hitam-hitam maka penampakan yang muncul berupa hitam-hitam. Penampakan-penampakan itu sesungguhnya hanyalah hasil sihir jin dengan mengambil hayalan manusia kemudian dibentuk menjadi visual dan dimasukkan kembali ke dalam bilik hayal manusia tersebut. Dalam kaitan ini banyak orang ahli wirid dan mujahadah terperangkap di dalam tipudaya setan jin. Terlebih lagi ketika penampakan itu kemudian mengeluarkan suara dan mengaku sebagai ruh wali, maka ahli wirid itu menghadapi jebakan setan jin yang sangat mematikan. Sedikit demi sedikit mereka akan dijadikan orang sombong, karena merasa mempunyai kelebihan di atas orang lain.
Orang tidak dapat melihat jin karena mata lahirnya sedang ditutupi, atau karena sorot pandangnya sedang terhalang oleh hijab-hijab basyariah. Ketika hijab-hijab itu dihapus sehingga penutupnya menjadi terbuka, hal ini bisa terjadi sebagai buah ibadah yang dijalani, maka dengan izin-Nya manusia dapat merasakan keberadaan jin. Allah telah mengisyaratkan hal tersebut dengan firman-Nya:
Walaupun seandainya manusia dapat melihat jin karena sorot matanya telah menjadi tajam sehingga tembus pandang dan ketika ternyata bentuk jin itu tidak sama dengan segala bentuk yang ada di dunia, dapatkah orang tersebut mencontohkannya kepada orang lain di dunia…? Ketika pandangan mata manusia telah menjadi tembus pandang karena penutupnya telah dibuka, berarti saat itu manusia tidak melihat dengan mata lahir melainkan dengan mata batin atau matahati, karena hanya dengan matahati itu seseorang dapat melihat alam yang dighaibkan terhadap mata dhohir. Keadaan yang dilihat oleh matahati , sebagaimana yang disebutkan di atas, dapatkah hal tersebut diperlihatkan kepada orang lain melalui mata lahirnya? Tentunya tidak bisa, keadaan itu seperti orang dapat mengenali suara dengan indera pendengaran, dapatkah suara itu kemudian dikenalkan kepada orang lain melalui indera penciuaman, semata-mata karena indera pendengaran orang tersebut sedang dalam keadaan rusak….?
Walhasil, apa saja yang dapat dicontohkan oleh manusia tentang bentuk jin melalui gambar-gambar yang dapat dilihat oleh mata lahir manusia yang lain, sesungguhnya itu hanyalah kebohongan belaka, baik kebohongan yang disebarkan oleh jin terhadap manusia yang dapat dibohongi maupun oleh manusia yang memang pekerjaannya suka berbuat kebohongan. Sesungguhnya bentuk asli jin itu tidak mungkin dapat dilihat manusia dengan panca inderanya melainkan hanya dapat dilihat dengan indera batin yang disebut matahati. Hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui kepada segala ciptaan-Nya. ( Uraian dalam tulisan ini masih banyak hal yang disampaikan secara rahasia karena menyangkut hal yang memang harus dirahasiakan, oleh karena itu diharapkan para pembacanya tidak serta merta memperdalam kecuali dengan bimbingan ahlinya, malfiali)
by. malfiali - ponpesalfithrahgp.wordpress.com
Materi Pelajaran Menguak Dunia Jin & Khodam :
Jika yang dimaksud melihat Jin dalam arti melihat dengan mata kepala maka manusia tidak dapat melakukannya, Allah Ta’ala menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. QS:7/27.
Demikian pula yang dinyatakan Ibnu Abbad r.s dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata:
مَا قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْجِنِّ وَمَا رَآهُمُ
Yang artinya: Rasulullah saw tidak membacakan al-Quran kepada jin dan tidak pula melihat mereka.
Kisahnya sebagai berikut: Suatu saat ketika baginda Nabi saw. dalam perjalanan bersama para Sahabat ra. menuju pasar Ukaz, tepat pada saat itu, antara syaitan jin dan berita dari langit sedang dihalangi dan mereka dilempari dengan panah berapi. Maka merekapun kembali kepada kaum mereka, dan mereka berkata : Antara kami dan berita dari langit telah dihalangi dan kami dilempari dengan panah berapi. Kaum mereka berkata : pasti telah terjadi sesuatu yang luar biasa di muka bumi, coba pergilah menyebar ke bumi, baik di sebelah timur maupun baratnya, carilah apa menjadi penyebabnya, sehingga antara kita dan berita dari langit menjadi terhalang. Mereka pun pergi ke bumi di sebelah timur dan baratnya. Dan diantara mereka ada yang menuju arah Tihamah yaitu mengikuti arah perjalanan Nabi saw. bersama para sahabat ra. Saat itu Baginda Nabi saw sedang berada di bawah pohon kurma dalam perjalanan menuju ke pasar Ukaz dan Baginda Nabi saw. sedang melaksanakan sholat Subuh bersama para Sahabat. Ketika mereka (sekelompok jin) itu mendengarkan al-Quran dibaca, mereka memerhatikannya dan berkata : Inilah yang menjadikan kita terhalang dengan berita dari langit. Maka merekapun kembali kepada kaum mereka lalu berkata: Wahai kaumku :
( إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا )
Yang artinya: Sesungguhnya aku telah mendengar bacaan yang mengagumkan, yang dapat menunjukkan kita kepada kebenaran, maka aku beriman kepadanya dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapapun. Maka Allah SWT. menurunkan kepada nabi-Nya Muhammad saw dengan firman-Nya:
( قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ )
Yang artinya: Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah mendengar bacaan al-Quran
1. Riwayat Bukhori di dalam Kitab Azan Hadits Nomor 731
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Sholat Hadits Nomor 681
3. Riwayat Tirmidzi di Dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an Hadits Nomor 3245-3247.
Jika yang dimaksud melihat jin dalam arti mengenali, maka untuk hal tersebut orang tidak harus menggunakan mata kepala. Orang bisa mengenali suatu benda dengan indera yang dimiliki, dengan penciuman atau pendengaran, asal dengan itu orang tersebut dapat mengenali sesuatu maka boleh dikatakan ‘rukya’ atau melihat. Semisal orang buta mampu mengenali uang kertas, padahal dia tidak pernah melihat uang itu dengan matanya. Dengan mencium orang dapat mengenali kwalitas tembakau, dan dengan mendengar orang dapat mengenali seseorang melalui suaranya. Orang bisa mengenali suara, tetapi suara itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala melainkan didengarkan dengan indera pendengaran. Meski hanya dengan pendengaran, ketika seseorang dapat mengenali suatu benda, maka orang itu berarti mengenali benda tersebut.
Seperti orang makan salak secara terus-menerus sehingga menjadi tahu dengan persis bahwa salak yang dimakan itu salah pondoh, orang tersebut berarti orang yang kenal salak pondoh. Bahkan semakin ahli, semakin itu pula dia dapat mengetahui dengan tepat terhadap segala jenis-jenis salak secara spesifik. Melihat jin itu tidak harus dengan mata kepala, yang pasti jin itu ada, jin melihat manusia tetapi manusia tidak dapat melihat jin. Kehidupan jin itu dekat dengah kehidupan manusia, hanya saja manusia tidak dapat merasakannya. Demikianlah yang dinyatakan Allah dengan firman-Nya.
Oleh karena alam jin adalah alam yang ghaib bagi indera lahir manusia, untuk mengenalinya, maka dengan indera yang lahir itu seorang hamba wajib mengimani apa-apa yang disampaikan oleh Allah Ta’ala dengan wahyu-Nya. Ketika alam jin dinyatakan Allah Ta’ala dengan firman-Nya, maka kewajiban manusia harus mengimaninya, selanjutnya, dengan kemampuan imaginasi yang ada manusia harus bersungguh-sungguh mengadakan penelitian dengan cara yang benar, hasilnya, dengan ilmu Allah dan izin-Nya manusia akan dibukakan penutup matanya sehingga mereka mendapatkan sesuai yang diharapkan. Ketika Allah SWT. berfirman:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا- الفرقان:25/53
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. QS:25/53.
Maka manusia harus mengimani firman Allah Ta’ala itu, karena hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui keadaan makhluk-Nya. Menurut ayat diatas, alam manusia bagaikan samudera dan alam jin juga bagaikan samudera, namun antara keduanya dibatasi oleh barzah atau ruang waktu dan dinding-dinding yang membatasi. Maksudnya, alam manusia adalah suatu dimensi dan alam jin juga merupakan suatu dimensi, namun masing-masing dimensi itu dibatasi oleh dimensi lain pula. Seperti alam mimpi adalah dimensi dan alam jaga juga merupakan dimensi, namun masing-masing tersebut dibatasi oleh dimensi yang lain yaitu alam tidur. Alam tidur dikatakan sebagai pembatas antara alam sadar dengan alam mimpi, karena tidak semua orang tidur pasti bermimpi, hal ini membuktikan bahwa alam tidur berbeda dengan alam mimpi.
PENAMPAKAN YANG MENGHANTUI HAYAL MANUSIA
Ketika seseorang mendapatkan penampakan, baik sebagai buah wirid dan mujahadah yang mereka lakukan atau karena ingatannya sedang sakit, mereka mengira, penampakan-penampakan itu merupakan bentuk jin yang asli, padahal sesunguhnya bukan, karena tidak ada yang dapat mengetahui bentuk jin kecuali hanya Allah Ta’ala. Penampakan-penampakan tersebut hanyalah bentuk gambar (visual) yang ditusukkan jin ke dalam alam hayal manusia, hal itu bisa terjadi, karena orang tersebut sebelumnya telah menghayal jin sesuai dengan hayalannya sendiri. Oleh karena itu, apabila orang-orang yang mendapatkan penampakan itu sebelumnya menghayal jin dalam bentuk putih-putih maka penampakan yang muncul berupa gambar putih-putih, jika mereka membanyakan jin dalam gambaran hitam-hitam maka penampakan yang muncul berupa hitam-hitam. Penampakan-penampakan itu sesungguhnya hanyalah hasil sihir jin dengan mengambil hayalan manusia kemudian dibentuk menjadi visual dan dimasukkan kembali ke dalam bilik hayal manusia tersebut. Dalam kaitan ini banyak orang ahli wirid dan mujahadah terperangkap di dalam tipudaya setan jin. Terlebih lagi ketika penampakan itu kemudian mengeluarkan suara dan mengaku sebagai ruh wali, maka ahli wirid itu menghadapi jebakan setan jin yang sangat mematikan. Sedikit demi sedikit mereka akan dijadikan orang sombong, karena merasa mempunyai kelebihan di atas orang lain.
Orang tidak dapat melihat jin karena mata lahirnya sedang ditutupi, atau karena sorot pandangnya sedang terhalang oleh hijab-hijab basyariah. Ketika hijab-hijab itu dihapus sehingga penutupnya menjadi terbuka, hal ini bisa terjadi sebagai buah ibadah yang dijalani, maka dengan izin-Nya manusia dapat merasakan keberadaan jin. Allah telah mengisyaratkan hal tersebut dengan firman-Nya:
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”. QS:50/22.
Walaupun seandainya manusia dapat melihat jin karena sorot matanya telah menjadi tajam sehingga tembus pandang dan ketika ternyata bentuk jin itu tidak sama dengan segala bentuk yang ada di dunia, dapatkah orang tersebut mencontohkannya kepada orang lain di dunia…? Ketika pandangan mata manusia telah menjadi tembus pandang karena penutupnya telah dibuka, berarti saat itu manusia tidak melihat dengan mata lahir melainkan dengan mata batin atau matahati, karena hanya dengan matahati itu seseorang dapat melihat alam yang dighaibkan terhadap mata dhohir. Keadaan yang dilihat oleh matahati , sebagaimana yang disebutkan di atas, dapatkah hal tersebut diperlihatkan kepada orang lain melalui mata lahirnya? Tentunya tidak bisa, keadaan itu seperti orang dapat mengenali suara dengan indera pendengaran, dapatkah suara itu kemudian dikenalkan kepada orang lain melalui indera penciuaman, semata-mata karena indera pendengaran orang tersebut sedang dalam keadaan rusak….?
Walhasil, apa saja yang dapat dicontohkan oleh manusia tentang bentuk jin melalui gambar-gambar yang dapat dilihat oleh mata lahir manusia yang lain, sesungguhnya itu hanyalah kebohongan belaka, baik kebohongan yang disebarkan oleh jin terhadap manusia yang dapat dibohongi maupun oleh manusia yang memang pekerjaannya suka berbuat kebohongan. Sesungguhnya bentuk asli jin itu tidak mungkin dapat dilihat manusia dengan panca inderanya melainkan hanya dapat dilihat dengan indera batin yang disebut matahati. Hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui kepada segala ciptaan-Nya. ( Uraian dalam tulisan ini masih banyak hal yang disampaikan secara rahasia karena menyangkut hal yang memang harus dirahasiakan, oleh karena itu diharapkan para pembacanya tidak serta merta memperdalam kecuali dengan bimbingan ahlinya, malfiali)
by. malfiali - ponpesalfithrahgp.wordpress.com
Materi Pelajaran Menguak Dunia Jin & Khodam :
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 1
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 2 : Penampakan
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 3 : Penyakit Akibat Jin
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 4 : Hikmah Aqiqoh
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 5 : Benteng Diri
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 6 : Penanggulangan Kesurupan
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 7 : Penanggulangan Kesurupan 2
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 8 : Penanggulangan Kesurupan 3
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 9 : KHODAM
- Menguak Dunia Jin & Khodam seri 10 : BERBURU KHODAM
Menguak Dunia Jin & Khodam seri 2 : Penampakan
Reviewed by Edi Sugianto
on
02.18
Rating:
Tidak ada komentar: