NLP Presupposition
NLP menganjurkan kita untuk meyakini beberapa hal, yang jika diyakini sepenuh hati maka kehidupan kita akan menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. Hal-hal yang sebaiknya diyakini itu disebut sebagai NLP presupposition, atau lebih mudah dimengerti sebagai asumsi.
NLP presupposition adalah sejumlah ide utama dalam NLP yang merupakan sintesa dari hasil pemikiran orang-orang yang di model di awal perkembangan NLP, antara lain Virginia Satir, Firtz Pearls, dan Milton Erickson. Sintesa in diperoleh berdasarkan modelling yang dilakukan oleh sepasang co founder NLP (Bandler dan Grinder) pada ketiga orang diatas.
Seperangkat pemikiran ini bisa dilihat sebagai semacam belief system yang akan membuat para penganutnya memiliki suatu cetak biru sukses di area NLP. Sebagai seorang praktisi NLP, meyakini dan menjadikan presuposisi ini sebagai belief system merupakan suatu kebutuhan penting, dan bisa dijadikan sebagai suatu sikap sebagai seorang praktisi.
Neuro-Linguistic Programming adalah sebuah study mengenai excellence. Untuk mencapai excellence ini maka sejumlah asumsi mengenai realitas dibuat dimana asumsi-asumsi ini di presuppose atau dianggap benar. Asumsi-asumsi yang dianggap benar ini kemudian disebut dengan presupposition yang menjadi dasar pijakan dalam Neuro-Linguistic Programming. Presuposisi ini apabila diintegrasikan dalam pola berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari maka akan membantu seseorang dalam melakukan transformasi dalam hidupnya menuju kehidupan yang lebih sukses dan lebih bahagia.
Berikut ini disajikan beberapa presuposisi yang diambil dari rujukan The Society of NLP, USA, sebagai berikut:
1. The map is not the territory.
Realitas internal (peta mental mengenai dunia) bukanlah realitas eksternal (dunia itu sendiri).
2. People respond according to their map of reality
Orang bereaksi menurut realitas internalnya sendiri
3. There is no failure, only feedback. Feedback is simply information
Tidak ada kegagalan, yang ada hanyalah umpan balik. Umpan balik hanyalah informasi biasa.
4. The meaning of the communication is the response it elicit
Makna (kualitas) komunikasi diukur dari hasil respon yang diperoleh, bukan dari maksud.
5. If what you are doing is not working, do something different
Jika yang dilakukan tidak menghasilkan, lakukan secara berbeda
6. You can not not communicate
Anda tak bisa tidak berkomunikasi
7. People have all the resources they need to achieve their desired outcome. They just need access, strengthen and sequence them
Orang sudah punya semua sumberdaya yang diperlukan untuk meraih hasil. Tinggal diakses, diperkuat dan diurutkan.
8. Every behavior has a positive intention
Perilaku seseorang didorong oleh suatu niatan yang berguna
9. People are much more than behavior
Manusia lebih dari sekedar jumlah perilakunya
10. The mind and the body are interlinked and affect each other
Pikiran dan tubuh saling berterkaitan dan saling mempengaruhi.
11. Having choice is better than not having choice
Memiliki pilihan lebih baik dari tidak memilikinya
12. Modelling successful performance leads to excellence
Meniru orang sukses membawa kita ke ekselen
13. It’s never too late to have a happy childhood
Tidak ada kata terlambat untuk punya masa kecil yang berbahagia
14. Resistance indicates the lack of rapport
Penolakan mengindikasikan kurangnya rapport
Mari Kita Gali Lebih Dalam.
The ability to change the process by which we experience reality is more often valuable than changing the content or experience of reality.
Kemampuan untuk merubah proses dimana kita mengalami realita lebih sering bernilai dibanding dengan merubah isi atau pengalaman dari realita tersebut.
Kemampuan seseorang dalam merubah proses tentang bagaimana pikiran bekerja dalam menghadapi stimuli eksternal atau stimuli internal dan memberikan respon yang tepat adalah lebih bernilai dibandingkan dengan hanya merubah isi pengalaman dalam memori pikiran orang tersebut. Singkatnya, presuposisi ini menekankan pada perubahan inti (core) dari suatu permasalahan, bukan menitikberatkan pada perubahan gejalanya (symptom).
The meaning of the communication is the response you get.
Makna dari komunikasi adalah respon yang Anda peroleh.
Makna utama dari sebuah komunikasi adalah respon yang ingin kita dapatkan. Apabila respon yang diberikan oleh partner bicara kita bertolak belakang dengan respon yang ingin kita dapatkan maka hal itu berarti bahwa cara berkomunikasi kita tidak tepat untuk mendapatkan respon yang diinginkan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kepekaan indrawi untuk mengetahui apakah komunikasi yang kita lakukan tersebut sudah sesuai atau belum. Apabila belum, maka diperlukan adanya suatu fleksibilitas sampai memperoleh respon yang diinginkan dengan cara merubah cara komunikasi kita.
All distinction human beings are able to make concerning our environment and our behaviour can usefully represented through the visual, auditory, kinesthetic, olfactory, and gustatory senses.
Semua pembedaan yang dapat dilakukan manusia sehubungan dengan lingkungan eksternal dan perilakunya dapat diwakilkan secara bermanfaat melalui indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan pengecapan.
Pikiran merepresentasikan informasi yang diperoleh melalui input internal dan input eksternal dalam bentuk gambar (visual), suara (auditory), perasaan (kinesthetic), bau/wangi (olfactory), dan rasa (gustatory). Kemampuan untuk merepresentasikan dan mengorganisir informasi ini secara bermanfaat dan bersumber daya akan membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
The resources an individual needs to effect a change are already within them.
Sumber daya yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk menghasilkan perubahan sudah ada dalam diri mereka.
Dalam diri setiap individu telah memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan. Banyak orang tidak mengetahui hal ini sehingga tidak dapat menggunakan sumber daya ini untuk melakukan suatu perubahan yang diinginkan. Body and mind (badan dan pikiran) adalah contoh konkrit dari sumber daya yang ada dalam diri setiap orang. Kemampuan untuk menggunakan kedua sumber daya ini dengan baik dan benar akan sangat membantu dalam menghasilkan perubahan yang diinginkan.
The map is not the territory.
Peta bukanlah wilayah yang sebenarnya.
Neuro-Linguistic Programming mengasumsikan bahwa orang berperilaku berdasarkan apa yang dipersepsikannya mengenai dunia luar, bukan berdasarkan pada realitas yang sebenarnya. Persepsi yang dibuat merupakan representasi atau perwakilan dari dunia luar yang ada di dalam otaknya. Persepsi inilah yang kemudian disebut dengan peta. Menurut Alfred Korzibski, orang yang mempopulerkan istilah “the map is not the territory”, sebuah peta bukanlah wilayah yang sebenarnya dari wilayah yang diwakilkannya, namun, apabila peta tersebut memiliki struktur yang sama dengan wilayah yang diwakilinya, maka peta ini akan sangat bermanfaat.
The positive worth of the individual is held constant, while the value and appropriateness of internal and/or external behaviour is questioned.
Nilai positif dari seseorang dipertahankan secara konstan, sementara nilai dan kesesuaian dari perilaku internal dan/atau eksternal yang dipertanyakan.
Setiap orang memiliki nilai positif dari perilaku yang dilakukannya. Dalam Neuro-Linguistic Programming, nilai positif ini dipertahankan secara konstan karena dapat menjadi sumber daya yang bermanfaat. Namun, perilaku yang dilakukan harus dipertanyakan apakah sudah sesuai dengan konteksnya atau belum, ekologis atau tidak, membawa dari present state menuju desired state atau tidak, dan lain sebagainya.
There is a positive intention motivating every behavior; and a context in which every behaviour has value.
Ada sebuah niat positif yang mendasari setiap perilaku; dan ada sebuah konteks yang sesuai untuk sebuah perilaku dimana perilaku tersebut bernilai/bermanfaat.
Apapun perilaku yang dilakukan seseorang, selalu ada niat positif dibalik perilaku tersebut. Suatu perilaku dikatakan tidak congruent atau tidak selaras apabila digunakan di dalam konteks yang salah. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada satu perilaku yang cocok untuk seluruh konteks. Namun, selalu ada sebuah konteks yang sesuai dengan suatu perilaku tertentu yang mana kesesuaian ini akan menghasilkan nilai atau manfaat bagi orang tersebut. Contoh sederhana untuk presuposisi ini adalah perilaku “lupa”. Dalam konteks ujian, lupa adalah suatu perilaku yang sangat tidak bermanfaat. Namun, dalam konteks trauma, kemampuan untuk melupakan kejadian traumatis adalah suatu hal yang sangat bermanfaat.
Feedback vs. Failure – All results and behaviour are achievements, whether they are desired outcomes for a given task/context or not.
Umpan balik vs. Kegagalan – Semua hasil dan perilaku adalah pencapaian, terlepas apakah hasil atau perilaku tersebut adalah outcome yang diinginkan atau tidak dalam suatu lingkup pekerjaan/konteks.
Presuposisi ini menekankan bahwa apabila suatu perilaku tidak menghasilkan outcome yang diinginkan maka hal itu bukanlah kegagalan namun merupakan suatu feedback atau umpan balik yang menjelaskan bahwa apa yang dilakukan tidak membawa pada pencapaian outcome yang diinginkan. Selain itu, setiap output yang dihasilkan dari sebuah perilaku adalah suatu pencapaian juga. Namun, pertanyaannya adalah apakah pencapaian itu diinginkan atau tidak diinginkan. Dengan mengetahui bahwa umpan balik yang dihasilkan tidak mengarah pada hasil yang diinginkan maka dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan sampai outcome yang diinginkan tercapai.
~Live a life you want to live & make sure it is useful.
BERBAGI PENGALAMAN : “Setiap Hal dievaluasi berdasarkan ekologi dan konteks”.
NLP adalah sebuah buku manual pikiran manusia yang paling miracle. Banyak hal yang dibahas secara konsisten. NLP sangat menekankan pentingnya melakukan fleksibilitas dalam menanggapi setiap respon yang terjadi di lingkungan kita. Karena fleksibilitas nya itu, prinsip-prinsip dasar dalam NLP tidak dinamakan sebagai sebuah prinsip, melainkan dikatakan sebagai sebuah asumsi-asumsi NLP atau dikenal dengan istilah Presupposition.
Presuposisi ini adalah pandangan NLP terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan untuk memudahkan kita meraih Personal Freedom dan Miracle Life. Banyak pandangan yang berbeda mengenai presuposisi NLP. Ada yang menggunakan 10 presuposisi, ada yang 12 Presuposisi bahkan ada yang 14 presuposisi. Sekarang, kita membahas presuposisi ini dalam konteks yang dikembangkan oleh Tad James.
Presuposisi NLP yang menjadi favorit saya adalah, “Everything is evaluated in the term of context and ecology”. Setiap hal itu dievaluasi berdasarkan ekologis dan konteks nya. Dari presuposisi ini, setiap hal memiliki makna yang berbeda dalam berbagai konteks. Contoh sederhana nya adalah, kata “iye” di Makassar berarti ucapan setuju kepada orang yang lebih tua dan sangat sopan dilakukan. Saat ke Jakarta, maka kata ini menjadi tidak sopan dan terkesan menyindir.
Perubahan konteks ini mengingatkan saya mengenai sebuah kisah. Ada seorang kakek tua yang hidup bersama cucu nya yang semata wayang nya. Kakek ini sangat sayang dengan cucu nya karena cucu nya ini adalah keluarga satu-satu nya yang ia miliki. Suatu saat, cucu kakek ini tersesat di hutan dekat tempat tinggal nya. Kakek ini didatangi oleh beberapa penduduk sekitar. Penduduk sekitar berkata pada kakek ini keprihatinan mereka atas kehilangan cucu kakek dan mereka mengatakan kakek ini sungguh tidak beruntung. Kakek ini hanya menjawab, “Dari mana kalian tahu saya tidak beruntung?”. Seminggu kemudian, cucu kakek ini balik ke rumah dengan membawa beberapa kuda liar. Spontan penduduk desa mengatakan pada kakek ini, “Kamu beruntung sekali menemukan kembali cucu kamu, dan juga beberapa kuda liar”. Sang kakek hanya menjawab, “Dari mana kalian tahu saya beruntung”. Setelah beberapa hari, tiba-tiba cucu kakek ini mengalami patah kaki saat terjatuh mengendarai kuda liar ini. Beberapa penduduk menjenguk cucu kakek ini dan berkata, “Kakek, kali ini kamu kurang beruntung karena kaki cucu kakek patah”. Kakek ini kembali bertanya, “Dari mana kalian tahu saya tidak beruntung”. Seminggu setelah kejadian itu, semua penduduk desa yang laki-laki dan masih kuat diminta menjalani wajib militer. Cucu kakek ini tidak ikut dalam wajib militer itu, karena kaki nya patah.
Berbicara tentang berbagai hal, maka kita harus melihat dan meninjau hal tersebut sesuai dengan konteksnya. Takut adalah emosi yang pada konteksnya memiliki manfaat. Jika takut digunakan untuk konteks binatang berbahaya seperti ular beracun, maka rasa takut ini memberikan manfaat. Berbeda hal nya dengan rasa takut yang ditempatkan pada konteks takut berbicara di depan umum, maka emosi takut ini memberi dampak negatif.
Selain segala hal ditinjau berdasarkan konteks nya, kita juga harus memperhatikan ekologis. Ekologis yang dimaksud adalah bagaimana segala hal ini memberikan pengaruh bagi lingkungan. Ketika hal yang dilakukan tidak memberikan makna yang baik bagi lingkungan, maka kita tidak perlu melakukan hal tersebut. Saya banyak melihat kelas-kelas training yang membuat saya kecewa. Ada beberapa kelas training yang mengajarkan kelas nya tidak ekologis. Mengapa saya katakana demikian? Beberapa kelas training yang saya lihat mengajarkan peserta nya kekuatan bawah sadar nya dengan cara melakukan adegan menusuk jarum di mulut atau kulit dan menggunakan jarum yang sama untuk semua peserta di dalam kelas nya. Inilah yang disebut tindakan yang tidak ekologis karena dapat merugikan orang lain.
Saya pernah menemui client saya yang menginginkan ia kuat dalam mengingat sesuatu. Jika saya tidak memandang sisi ekologis, saat itu saya bisa langsung melakukan coaching untuk meningkatkan kekuatan mengingat nya. Saat itu saya berusaha memisahkan perilaku dan niat nya. Client ini sering melupakan memberikan kabar pada orang tua nya yang berpisah jauh dari nya. Masalah ini yang saya selesaikan karena mudah lupa untuk beberapa konteks tertentu sangat ekologis. Apa yang terjadi jika orang begitu kuat nya mengingat pengalaman buruk masa lalu nya????
Saat kita mulai mudah untuk melihat segala hal sesuai konteks dan ekologis, maka kita dengan mudah dapat mengakselerasi kesuksesan kita. Saya tahu, saat anda sekarang membaca tulisan saya dan menatap layar monitor ini, maka tanpa sadar bawah sadar anda mulai mudah memandang setiap hal sesuai dengan konteks dan ekologis nya, khan?
Ref :
Kang Ronny
Kang Tatang
Kang Yudhi
NLP presupposition adalah sejumlah ide utama dalam NLP yang merupakan sintesa dari hasil pemikiran orang-orang yang di model di awal perkembangan NLP, antara lain Virginia Satir, Firtz Pearls, dan Milton Erickson. Sintesa in diperoleh berdasarkan modelling yang dilakukan oleh sepasang co founder NLP (Bandler dan Grinder) pada ketiga orang diatas.
Seperangkat pemikiran ini bisa dilihat sebagai semacam belief system yang akan membuat para penganutnya memiliki suatu cetak biru sukses di area NLP. Sebagai seorang praktisi NLP, meyakini dan menjadikan presuposisi ini sebagai belief system merupakan suatu kebutuhan penting, dan bisa dijadikan sebagai suatu sikap sebagai seorang praktisi.
Neuro-Linguistic Programming adalah sebuah study mengenai excellence. Untuk mencapai excellence ini maka sejumlah asumsi mengenai realitas dibuat dimana asumsi-asumsi ini di presuppose atau dianggap benar. Asumsi-asumsi yang dianggap benar ini kemudian disebut dengan presupposition yang menjadi dasar pijakan dalam Neuro-Linguistic Programming. Presuposisi ini apabila diintegrasikan dalam pola berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari maka akan membantu seseorang dalam melakukan transformasi dalam hidupnya menuju kehidupan yang lebih sukses dan lebih bahagia.
Berikut ini disajikan beberapa presuposisi yang diambil dari rujukan The Society of NLP, USA, sebagai berikut:
1. The map is not the territory.
Realitas internal (peta mental mengenai dunia) bukanlah realitas eksternal (dunia itu sendiri).
2. People respond according to their map of reality
Orang bereaksi menurut realitas internalnya sendiri
3. There is no failure, only feedback. Feedback is simply information
Tidak ada kegagalan, yang ada hanyalah umpan balik. Umpan balik hanyalah informasi biasa.
4. The meaning of the communication is the response it elicit
Makna (kualitas) komunikasi diukur dari hasil respon yang diperoleh, bukan dari maksud.
5. If what you are doing is not working, do something different
Jika yang dilakukan tidak menghasilkan, lakukan secara berbeda
6. You can not not communicate
Anda tak bisa tidak berkomunikasi
7. People have all the resources they need to achieve their desired outcome. They just need access, strengthen and sequence them
Orang sudah punya semua sumberdaya yang diperlukan untuk meraih hasil. Tinggal diakses, diperkuat dan diurutkan.
8. Every behavior has a positive intention
Perilaku seseorang didorong oleh suatu niatan yang berguna
9. People are much more than behavior
Manusia lebih dari sekedar jumlah perilakunya
10. The mind and the body are interlinked and affect each other
Pikiran dan tubuh saling berterkaitan dan saling mempengaruhi.
11. Having choice is better than not having choice
Memiliki pilihan lebih baik dari tidak memilikinya
12. Modelling successful performance leads to excellence
Meniru orang sukses membawa kita ke ekselen
13. It’s never too late to have a happy childhood
Tidak ada kata terlambat untuk punya masa kecil yang berbahagia
14. Resistance indicates the lack of rapport
Penolakan mengindikasikan kurangnya rapport
Mari Kita Gali Lebih Dalam.
The ability to change the process by which we experience reality is more often valuable than changing the content or experience of reality.
Kemampuan untuk merubah proses dimana kita mengalami realita lebih sering bernilai dibanding dengan merubah isi atau pengalaman dari realita tersebut.
Kemampuan seseorang dalam merubah proses tentang bagaimana pikiran bekerja dalam menghadapi stimuli eksternal atau stimuli internal dan memberikan respon yang tepat adalah lebih bernilai dibandingkan dengan hanya merubah isi pengalaman dalam memori pikiran orang tersebut. Singkatnya, presuposisi ini menekankan pada perubahan inti (core) dari suatu permasalahan, bukan menitikberatkan pada perubahan gejalanya (symptom).
The meaning of the communication is the response you get.
Makna dari komunikasi adalah respon yang Anda peroleh.
Makna utama dari sebuah komunikasi adalah respon yang ingin kita dapatkan. Apabila respon yang diberikan oleh partner bicara kita bertolak belakang dengan respon yang ingin kita dapatkan maka hal itu berarti bahwa cara berkomunikasi kita tidak tepat untuk mendapatkan respon yang diinginkan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kepekaan indrawi untuk mengetahui apakah komunikasi yang kita lakukan tersebut sudah sesuai atau belum. Apabila belum, maka diperlukan adanya suatu fleksibilitas sampai memperoleh respon yang diinginkan dengan cara merubah cara komunikasi kita.
All distinction human beings are able to make concerning our environment and our behaviour can usefully represented through the visual, auditory, kinesthetic, olfactory, and gustatory senses.
Semua pembedaan yang dapat dilakukan manusia sehubungan dengan lingkungan eksternal dan perilakunya dapat diwakilkan secara bermanfaat melalui indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan pengecapan.
Pikiran merepresentasikan informasi yang diperoleh melalui input internal dan input eksternal dalam bentuk gambar (visual), suara (auditory), perasaan (kinesthetic), bau/wangi (olfactory), dan rasa (gustatory). Kemampuan untuk merepresentasikan dan mengorganisir informasi ini secara bermanfaat dan bersumber daya akan membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
The resources an individual needs to effect a change are already within them.
Sumber daya yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk menghasilkan perubahan sudah ada dalam diri mereka.
Dalam diri setiap individu telah memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan. Banyak orang tidak mengetahui hal ini sehingga tidak dapat menggunakan sumber daya ini untuk melakukan suatu perubahan yang diinginkan. Body and mind (badan dan pikiran) adalah contoh konkrit dari sumber daya yang ada dalam diri setiap orang. Kemampuan untuk menggunakan kedua sumber daya ini dengan baik dan benar akan sangat membantu dalam menghasilkan perubahan yang diinginkan.
The map is not the territory.
Peta bukanlah wilayah yang sebenarnya.
Neuro-Linguistic Programming mengasumsikan bahwa orang berperilaku berdasarkan apa yang dipersepsikannya mengenai dunia luar, bukan berdasarkan pada realitas yang sebenarnya. Persepsi yang dibuat merupakan representasi atau perwakilan dari dunia luar yang ada di dalam otaknya. Persepsi inilah yang kemudian disebut dengan peta. Menurut Alfred Korzibski, orang yang mempopulerkan istilah “the map is not the territory”, sebuah peta bukanlah wilayah yang sebenarnya dari wilayah yang diwakilkannya, namun, apabila peta tersebut memiliki struktur yang sama dengan wilayah yang diwakilinya, maka peta ini akan sangat bermanfaat.
The positive worth of the individual is held constant, while the value and appropriateness of internal and/or external behaviour is questioned.
Nilai positif dari seseorang dipertahankan secara konstan, sementara nilai dan kesesuaian dari perilaku internal dan/atau eksternal yang dipertanyakan.
Setiap orang memiliki nilai positif dari perilaku yang dilakukannya. Dalam Neuro-Linguistic Programming, nilai positif ini dipertahankan secara konstan karena dapat menjadi sumber daya yang bermanfaat. Namun, perilaku yang dilakukan harus dipertanyakan apakah sudah sesuai dengan konteksnya atau belum, ekologis atau tidak, membawa dari present state menuju desired state atau tidak, dan lain sebagainya.
There is a positive intention motivating every behavior; and a context in which every behaviour has value.
Ada sebuah niat positif yang mendasari setiap perilaku; dan ada sebuah konteks yang sesuai untuk sebuah perilaku dimana perilaku tersebut bernilai/bermanfaat.
Apapun perilaku yang dilakukan seseorang, selalu ada niat positif dibalik perilaku tersebut. Suatu perilaku dikatakan tidak congruent atau tidak selaras apabila digunakan di dalam konteks yang salah. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada satu perilaku yang cocok untuk seluruh konteks. Namun, selalu ada sebuah konteks yang sesuai dengan suatu perilaku tertentu yang mana kesesuaian ini akan menghasilkan nilai atau manfaat bagi orang tersebut. Contoh sederhana untuk presuposisi ini adalah perilaku “lupa”. Dalam konteks ujian, lupa adalah suatu perilaku yang sangat tidak bermanfaat. Namun, dalam konteks trauma, kemampuan untuk melupakan kejadian traumatis adalah suatu hal yang sangat bermanfaat.
Feedback vs. Failure – All results and behaviour are achievements, whether they are desired outcomes for a given task/context or not.
Umpan balik vs. Kegagalan – Semua hasil dan perilaku adalah pencapaian, terlepas apakah hasil atau perilaku tersebut adalah outcome yang diinginkan atau tidak dalam suatu lingkup pekerjaan/konteks.
Presuposisi ini menekankan bahwa apabila suatu perilaku tidak menghasilkan outcome yang diinginkan maka hal itu bukanlah kegagalan namun merupakan suatu feedback atau umpan balik yang menjelaskan bahwa apa yang dilakukan tidak membawa pada pencapaian outcome yang diinginkan. Selain itu, setiap output yang dihasilkan dari sebuah perilaku adalah suatu pencapaian juga. Namun, pertanyaannya adalah apakah pencapaian itu diinginkan atau tidak diinginkan. Dengan mengetahui bahwa umpan balik yang dihasilkan tidak mengarah pada hasil yang diinginkan maka dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan sampai outcome yang diinginkan tercapai.
~Live a life you want to live & make sure it is useful.
BERBAGI PENGALAMAN : “Setiap Hal dievaluasi berdasarkan ekologi dan konteks”.
NLP adalah sebuah buku manual pikiran manusia yang paling miracle. Banyak hal yang dibahas secara konsisten. NLP sangat menekankan pentingnya melakukan fleksibilitas dalam menanggapi setiap respon yang terjadi di lingkungan kita. Karena fleksibilitas nya itu, prinsip-prinsip dasar dalam NLP tidak dinamakan sebagai sebuah prinsip, melainkan dikatakan sebagai sebuah asumsi-asumsi NLP atau dikenal dengan istilah Presupposition.
Presuposisi ini adalah pandangan NLP terhadap berbagai hal yang terjadi di lingkungan untuk memudahkan kita meraih Personal Freedom dan Miracle Life. Banyak pandangan yang berbeda mengenai presuposisi NLP. Ada yang menggunakan 10 presuposisi, ada yang 12 Presuposisi bahkan ada yang 14 presuposisi. Sekarang, kita membahas presuposisi ini dalam konteks yang dikembangkan oleh Tad James.
Presuposisi NLP yang menjadi favorit saya adalah, “Everything is evaluated in the term of context and ecology”. Setiap hal itu dievaluasi berdasarkan ekologis dan konteks nya. Dari presuposisi ini, setiap hal memiliki makna yang berbeda dalam berbagai konteks. Contoh sederhana nya adalah, kata “iye” di Makassar berarti ucapan setuju kepada orang yang lebih tua dan sangat sopan dilakukan. Saat ke Jakarta, maka kata ini menjadi tidak sopan dan terkesan menyindir.
Perubahan konteks ini mengingatkan saya mengenai sebuah kisah. Ada seorang kakek tua yang hidup bersama cucu nya yang semata wayang nya. Kakek ini sangat sayang dengan cucu nya karena cucu nya ini adalah keluarga satu-satu nya yang ia miliki. Suatu saat, cucu kakek ini tersesat di hutan dekat tempat tinggal nya. Kakek ini didatangi oleh beberapa penduduk sekitar. Penduduk sekitar berkata pada kakek ini keprihatinan mereka atas kehilangan cucu kakek dan mereka mengatakan kakek ini sungguh tidak beruntung. Kakek ini hanya menjawab, “Dari mana kalian tahu saya tidak beruntung?”. Seminggu kemudian, cucu kakek ini balik ke rumah dengan membawa beberapa kuda liar. Spontan penduduk desa mengatakan pada kakek ini, “Kamu beruntung sekali menemukan kembali cucu kamu, dan juga beberapa kuda liar”. Sang kakek hanya menjawab, “Dari mana kalian tahu saya beruntung”. Setelah beberapa hari, tiba-tiba cucu kakek ini mengalami patah kaki saat terjatuh mengendarai kuda liar ini. Beberapa penduduk menjenguk cucu kakek ini dan berkata, “Kakek, kali ini kamu kurang beruntung karena kaki cucu kakek patah”. Kakek ini kembali bertanya, “Dari mana kalian tahu saya tidak beruntung”. Seminggu setelah kejadian itu, semua penduduk desa yang laki-laki dan masih kuat diminta menjalani wajib militer. Cucu kakek ini tidak ikut dalam wajib militer itu, karena kaki nya patah.
Berbicara tentang berbagai hal, maka kita harus melihat dan meninjau hal tersebut sesuai dengan konteksnya. Takut adalah emosi yang pada konteksnya memiliki manfaat. Jika takut digunakan untuk konteks binatang berbahaya seperti ular beracun, maka rasa takut ini memberikan manfaat. Berbeda hal nya dengan rasa takut yang ditempatkan pada konteks takut berbicara di depan umum, maka emosi takut ini memberi dampak negatif.
Selain segala hal ditinjau berdasarkan konteks nya, kita juga harus memperhatikan ekologis. Ekologis yang dimaksud adalah bagaimana segala hal ini memberikan pengaruh bagi lingkungan. Ketika hal yang dilakukan tidak memberikan makna yang baik bagi lingkungan, maka kita tidak perlu melakukan hal tersebut. Saya banyak melihat kelas-kelas training yang membuat saya kecewa. Ada beberapa kelas training yang mengajarkan kelas nya tidak ekologis. Mengapa saya katakana demikian? Beberapa kelas training yang saya lihat mengajarkan peserta nya kekuatan bawah sadar nya dengan cara melakukan adegan menusuk jarum di mulut atau kulit dan menggunakan jarum yang sama untuk semua peserta di dalam kelas nya. Inilah yang disebut tindakan yang tidak ekologis karena dapat merugikan orang lain.
Saya pernah menemui client saya yang menginginkan ia kuat dalam mengingat sesuatu. Jika saya tidak memandang sisi ekologis, saat itu saya bisa langsung melakukan coaching untuk meningkatkan kekuatan mengingat nya. Saat itu saya berusaha memisahkan perilaku dan niat nya. Client ini sering melupakan memberikan kabar pada orang tua nya yang berpisah jauh dari nya. Masalah ini yang saya selesaikan karena mudah lupa untuk beberapa konteks tertentu sangat ekologis. Apa yang terjadi jika orang begitu kuat nya mengingat pengalaman buruk masa lalu nya????
Saat kita mulai mudah untuk melihat segala hal sesuai konteks dan ekologis, maka kita dengan mudah dapat mengakselerasi kesuksesan kita. Saya tahu, saat anda sekarang membaca tulisan saya dan menatap layar monitor ini, maka tanpa sadar bawah sadar anda mulai mudah memandang setiap hal sesuai dengan konteks dan ekologis nya, khan?
Ref :
Kang Ronny
Kang Tatang
Kang Yudhi
NLP Presupposition
Reviewed by Edi Sugianto
on
12.18
Rating:
Tidak ada komentar: