Sukses Itu Mudah (Effortless Success)
Sahabat, sangat sering saya menyampaikan bahwa kunci kesuksesan adalah sikap mental positif yang meliputi : SABAR, SYUKUR, IKHLAS, & RIDLO atau saya singkat SIRRULLAH. Kalimat-kalimat tadi (Sabar, Syukur, Ikhlas, & Ridlo) sebenarnya sudah sangat akrab di telinga orang kebanyakan, namun nampaknya banyak yang tidak memahami bagaimana aplikasi dalam praktek yang sebenarnya. Oleh karena itulah untuk menjabarkannya saya sering mengambil berbagai macam literatur artikel dan pustaka sebagai ilustrasi agar semua siswa NAQS memahami maksud dan makna dari apa yang saya sampaikan. Juga melalui pelatihan-pelatihan yang saya adakan, hakikatnya itu semua adalah merupakan sarana dan prasarana dalam menginstalasi sifat-sifat tersebut agar tertanam kuat di dalam hati dan otak para siswa semua.
Dan dalam kesempatan kali ini saya ulas kembali mengenai Tradisi Hawaii Magic Ho'O Pono Pono dalam buku Zero Limits. Yang merupakan kebijaksanan spiritual suku Hawaii yang mirip dengan spirit Sabar, Syukur, Ikhlas, & Ridlo yang saya sebutkan di atas. Semoga bermanfaat.
Berapa banyak di antara kita yang sudah sering mendengar istilah “goal setting” ? Berapa banyak pula yang sering mendapat masukan “Rencanakan hidup, jalankan rencanamu, dan coba lagi coba lagi coba lagi coba lagi !” ? Atau mungkin pernyataan “Sukses itu penuh pengorbanan ! No pain no gain !” ?
All is true. For some people. In fact, semua itu dinyatakan berdasarkan pengalaman yang menyatakannya. Hanya saja, kita semua mungkin tahu, bahwa pengalaman adalah subjektif. Meski pengalaman itu dialami oleh ribuan orang, hal itu tidak membuatnya menjadi sesuatu yang harus berlaku dan terjadi buat orang lainnya.
Do you think ? Ya, saya tiba-tiba memiliki gagasan ini setelah membaca buku yang review-nya pernah saya tulis di tulisan sebelumnya. Buku ini karya Joe Vitale yang berjudul Zero Limit. Joe Vitale menerbitkannya bersama seorang lagi yang menjadi sumber inspirasi dirinya dalam menulis buku ini, yakni Ihaleakala Hew Len, Ph.D.
Setelah membaca buku ini, semua gagasan dari buku-buku pengembangan diri dan self-help yang selama ini saya baca dan pelajari seolah menjadi tidak ada artinya. Yeah, cukup ekstrim memang. Well, at least, saya kemudian berpikir bahwa gagasan di buku Zero Limit ini ternyata memberikan lensa yang sepenuhnya berbeda bagi saya tentang pengembangan diri dan tentu saja pasangan abadinya, yaitu SUKSES. Its really a good option to view things.
Coba simak kata-kata dari Joe Vitale berikut ini :
“Apa yang terjadi pada saya sehingga bisa menciptakan semua keberhasilan ini ?
Ya, saya mengejar impian-impian saya.
Ya, saya melakukan tindakan.
Ya, saya tekun.
Tidakkah orang lain melakukan hal-hal yang sama tapi belum mencapai keberhasilan ?
Apa yang membuatnya berbeda ?”
Apakah anda juga yang berpikiran sama seperti Joe ?
Saya salah satunya. Semakin saya membaca buku ini, saya semakin memahami faktor apa yang membuatnya berbeda ini. Joe menyebutnya sebagai faktor “Perencanaan Illahi”, yang senantiasa tercurah kepada setiap individu, namun individu itu sendiri yang menghalangi inspirasi perencanaan Illahi ini dengan apa yang biasa kita sebut dengan EGO.
Ego yang menganggap bahwa diri kita lebih tau tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai sukses dan keberhasilan. Nah, menarik ? Di buku Zero Limit ini alih-alih “ego”, Joe dan Hew Len akan banyak menggunakan istilah “kenangan”**. Kenangan yang kita milikilah yang konon menghalangi inspirasi dari Tuhan yang sebetulnya tercurah setiap saat kepada kita manusia.
Lebih hebat lagi, ketika seseorang bertindak berdasarkan Inspirasi dari Tuhan, bukan bertindak berdasarkan kenangannya, maka yang disebut dengan sukses, kekayaan, kesehatan, kedamaian, dan kebahagiaan itu adalah sesuatu yang TERJADI BEGITU SAJA, mengalir, dan—siap-siap saya sangat suka ini—EFFORTLESS (Tanpa perlu bersusah payah).
SAMA SEKALI BUKAN BERARTI bahwa kita diam dan semua hal-hal baik tadilah yang mendatangi kita. Menurut Hew Len, ketika kita bertindak berdasarkan inspirasi Tuhan, kita akan didorong untuk OTOMATIS BERTINDAK mengikuti inspirasi tersebut dan memperoleh semua yang baik bagi kita (kekayaan, kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, etc).
Poinnya adalah, kita tetap bertindak dan melakukan sesuatu, namun dalam perjalanannya, semua akan terjadi dengan mengalir, kita bertindak dan berjalan dengan keselarasan yang tinggi bersama dunia dan alam semesta hingga akhirnya kita memperoleh semua itu.. EFFORTLESSLY.
Poinnya adalah, bertindak berdasarkan inspirasi Illahi atau Tuhan (Ikhlas & ridlo), akan menceburkan diri kita ke dalam aliran alam semesta dan dunia dengan tingkat harmonisasi yang menakjubkan, dalam arti, seperti sungai yang akhirnya akan mencapai lautan, begitu juga dengan perjalanan kita yang didasarkan pada inspirasi Tuhan yang pada akhirnya akan mencapai semua kebaikan-kebaikan tadi.
Kita memperolehnya—sekali lagi—seperti tanpa upaya sema sekali, dan semua kesulitan dan hambatan seperti tidak ada artinya. Berita baiknya, Joe dan Hew Len berkata bahwa dengan bertindak berdasarkan inspirasi Tuhan pencapaian yang akan kita alami akan jauh lebih cepat ketimbang kita bertindak berdasarkan ego atau kenangan kita.
Nah sekarang bagaimana dengan pernyataan : “No pain no gain !” atau “Justru khan penderitaan dan kesusahaannya itu yang membuat kesuksesan itu akan terasa lebih berharga !”
Betul. Jika memang itu yang diyakininya, maka setiap kesuksesan akan terasa lebih berharga jika dirinya merasakan penderitaan dan kesulitan terlebih dahulu, jika tidak, maka kesuksesan itu tidak akan ada harganya. Well, sah sah saja khan jika demikian ? The truth is what you believe as it is.
Buku ini menawarkan paradigma baru. Menurut pandangan saya, kesulitan dan penderitaan itu tetap ada, tetapi bagi orang-orang yang bertindak sepenuhnya berdasarkan inspirasi Tuhan, kesulitan dan penderitaan ini tidak dipandangnya sebagai kesulitan dan penderitaan yang biasa orang lain kira.
Orang lain yang melihat dirinya boleh saja berpendapat, “Oh dia sungguh melalui banyak kesulitan dan penderitaan dalam mencapai kesuksesan itu,” karena itulah yang TERLIHAT di mata orang-orang lain ini. Tetapi bagaimana dengan apa yang DIALAMI OLEH DIRINYA SENDIRI ? Kita semua ingat, bahwa apa yang dilihat dan dinyatakan oleh seseorang merupakan hasil kreasi dari pengalaman subjektif mereka, yang terdiri dari kenangan, pengalaman masa lalu, genetik, pengetahuan, dan lain sebagainya yang semuanya adalah internal. Yang sudah imprint atau tercetak kuat menjadi Mind Set (Pola Fikir) yang kuat tertanam di dalam fikiran dan menjadi panduan mereka dalam bersikap dan bertindak sehari-hari.
Bagaimana jika dirinya memandang kesulitan dan penderitaan ini sebagai sesuatu yang TIDAK menyakitkan atau menyengsarakan ? Bagaimana jika dirinya mengalami apa yang orang lain sebut dengan label “kesulitan dan penderitaan” ini sebagai sesuatu yang merupakan BAGIAN dari ALIRAN TUHAN DAN ALAM SEMESTA yang sudah semestinya ?
Bagaimana jika dirinya tidak merasa kesulitan atau menderita padahal dirinya sedang mengalami hal-hal yang—kembali, menurut mata orang lain—tidak mengenakkan ? Bagaimana jika dirinya MENIKMATI dan SENANTIASA MERASA DAMAI DAN BAHAGIA selama perjalanannya mengalir bersama orkestra Tuhan dan Alam Semesta yang begitu sempurna ? Hingga akhirnya, PENGALAMAN di dalam dirinya tidak sanggup mendefinisikan “kesulitan dan penderitaan”. Hingga akhirnya, PENGALAMAN di dalam dirinya tidak mampu menyatakannya sebagai “rasa sakit”. ► Penjabaran hakikat Sabar & Syukur
Hingga akhirnya, PENGALAMAN di dalam dirinya hanya bisa menjelaskan kesemuanya itu dengan ungkapan : “Saya memperoleh semua ini.. Seolah tanpa upaya.. Begitu saja terjadi”. Hmm.. Menarik ya ?
Insight dari buku ini sangat banyak dan saya kira mampu merevolusi apa yang selama ini kita kira sebagai “jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan”. Buku ini membuat kita berpikir ulang bahwa jangan-jangan yang disebut dengan “kesukesan atau kebahagiaan” itu tidaklah serumit dan semenyakitkan seperti yang dikatakan oleh buku-buku pengembangan diri itu ?
Jangan-jangan yang namanya “kesuksesan dan kebahagiaan” itu sudah tercurah setiap saat dari Tuhan sebagai salah satu bentuk nyata akan Kasih-Nya, hanya saja KITA SENDIRILAH yang membuatnya menjadi demikian kompleks, berliku-liku, dan penuh persyaratan—thanks to our Ego and our Memories ?
Saya akan menulis lebih dalam tentang wawasan-wawasan yang saya peroleh di buku ini pada tulisan berikutnya. Namun, sebelum itu, mari kita simak apa yang Joe tulis selanjutnya :
Menjelang akhir tahun 2006, saya mengajar sebuah seminar berjudul Beyond Manifestation, yang sangat dipengaruhi oleh apa yang saya pelajari setelah saya menemukan sang terpis Hawaii (Hew Len) yang misterius beserta metodenya. Dalam acara itu, saya meminta setiap orang membuat daftar semua cara yang mereka ketahui untuk mewujudkan atau menarik sesuatu dalam kehidupan mereka. Mereka menyebutkan hal-hal seperti afirmasi, visualisasi, keinginan, metode kesadaran jasmani, merasakan hasil akhir, menulis, Teknik Kebebasan Emosi/Emotional Freedom Technique (EFT) atau membuka jalan, dan banyak, banyak lagi (speaking of complexity—Alfa).
Setelah sebuah kelompok menginventarisasi setiap cara yang dapat mereka ajukan untuk menciptakan realitas mereka sendiri, saya bertanya kepada mereka apakah cara-cara itu senantiasa bekerja tanpa kecuali ? Semua orang sepakat bahwa cara-cara itu tidak selalu berhasil.
“Baiklah, kenapa tidak ?” tanya saya kepada mereka
Tak seorang pun dapat mengatakannya secara pasti.
Kemudian, saya membenturkan kelompok itu dengan observasi saya :
“Semua cara memiliki batasan,” saya menjelaskan. “Semua itu adalah mainan yang dimainkan oleh pikiran Anda untuk tetap membuat Anda berpikir bahwa Anda-lah yang memegang kendali. Yang benar adalah Anda tidak memegang kendali dan keajaiban nyata datang saat Anda melepaskan mainan-mainan itu serta mempercayai sebuah tempat dalam diri Anda di mana ada perbatasan nol (zero limit).” ► Masuk Ke dalam ZONA QUANTUM IKHLAS adalah Sebuah ketrampilan yang menjadi pelajaran Wajib di NAQS DNA.
Apa yang ada di perbatasan nol atau zero limit ? Semuanya akan berhubungan dengan apa yang telah saya tulis di atas.
Nb. **Istilah Kenangan/Memory ini sebenarnya menurut saya terkait dengan Program Pikiran yang sudah tertanam di dalam fikiran dan yang sudah menjadi Mindset utama kita.
Dan dalam kesempatan kali ini saya ulas kembali mengenai Tradisi Hawaii Magic Ho'O Pono Pono dalam buku Zero Limits. Yang merupakan kebijaksanan spiritual suku Hawaii yang mirip dengan spirit Sabar, Syukur, Ikhlas, & Ridlo yang saya sebutkan di atas. Semoga bermanfaat.
Berapa banyak di antara kita yang sudah sering mendengar istilah “goal setting” ? Berapa banyak pula yang sering mendapat masukan “Rencanakan hidup, jalankan rencanamu, dan coba lagi coba lagi coba lagi coba lagi !” ? Atau mungkin pernyataan “Sukses itu penuh pengorbanan ! No pain no gain !” ?
All is true. For some people. In fact, semua itu dinyatakan berdasarkan pengalaman yang menyatakannya. Hanya saja, kita semua mungkin tahu, bahwa pengalaman adalah subjektif. Meski pengalaman itu dialami oleh ribuan orang, hal itu tidak membuatnya menjadi sesuatu yang harus berlaku dan terjadi buat orang lainnya.
Do you think ? Ya, saya tiba-tiba memiliki gagasan ini setelah membaca buku yang review-nya pernah saya tulis di tulisan sebelumnya. Buku ini karya Joe Vitale yang berjudul Zero Limit. Joe Vitale menerbitkannya bersama seorang lagi yang menjadi sumber inspirasi dirinya dalam menulis buku ini, yakni Ihaleakala Hew Len, Ph.D.
Setelah membaca buku ini, semua gagasan dari buku-buku pengembangan diri dan self-help yang selama ini saya baca dan pelajari seolah menjadi tidak ada artinya. Yeah, cukup ekstrim memang. Well, at least, saya kemudian berpikir bahwa gagasan di buku Zero Limit ini ternyata memberikan lensa yang sepenuhnya berbeda bagi saya tentang pengembangan diri dan tentu saja pasangan abadinya, yaitu SUKSES. Its really a good option to view things.
Coba simak kata-kata dari Joe Vitale berikut ini :
“Apa yang terjadi pada saya sehingga bisa menciptakan semua keberhasilan ini ?
Ya, saya mengejar impian-impian saya.
Ya, saya melakukan tindakan.
Ya, saya tekun.
Tidakkah orang lain melakukan hal-hal yang sama tapi belum mencapai keberhasilan ?
Apa yang membuatnya berbeda ?”
Apakah anda juga yang berpikiran sama seperti Joe ?
Saya salah satunya. Semakin saya membaca buku ini, saya semakin memahami faktor apa yang membuatnya berbeda ini. Joe menyebutnya sebagai faktor “Perencanaan Illahi”, yang senantiasa tercurah kepada setiap individu, namun individu itu sendiri yang menghalangi inspirasi perencanaan Illahi ini dengan apa yang biasa kita sebut dengan EGO.
Ego yang menganggap bahwa diri kita lebih tau tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai sukses dan keberhasilan. Nah, menarik ? Di buku Zero Limit ini alih-alih “ego”, Joe dan Hew Len akan banyak menggunakan istilah “kenangan”**. Kenangan yang kita milikilah yang konon menghalangi inspirasi dari Tuhan yang sebetulnya tercurah setiap saat kepada kita manusia.
Lebih hebat lagi, ketika seseorang bertindak berdasarkan Inspirasi dari Tuhan, bukan bertindak berdasarkan kenangannya, maka yang disebut dengan sukses, kekayaan, kesehatan, kedamaian, dan kebahagiaan itu adalah sesuatu yang TERJADI BEGITU SAJA, mengalir, dan—siap-siap saya sangat suka ini—EFFORTLESS (Tanpa perlu bersusah payah).
“Terjadi begitu saja, Mengalir, dan Effortless”
Ini Cara kerjanya :SAMA SEKALI BUKAN BERARTI bahwa kita diam dan semua hal-hal baik tadilah yang mendatangi kita. Menurut Hew Len, ketika kita bertindak berdasarkan inspirasi Tuhan, kita akan didorong untuk OTOMATIS BERTINDAK mengikuti inspirasi tersebut dan memperoleh semua yang baik bagi kita (kekayaan, kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, etc).
Poinnya adalah, kita tetap bertindak dan melakukan sesuatu, namun dalam perjalanannya, semua akan terjadi dengan mengalir, kita bertindak dan berjalan dengan keselarasan yang tinggi bersama dunia dan alam semesta hingga akhirnya kita memperoleh semua itu.. EFFORTLESSLY.
Poinnya adalah, bertindak berdasarkan inspirasi Illahi atau Tuhan (Ikhlas & ridlo), akan menceburkan diri kita ke dalam aliran alam semesta dan dunia dengan tingkat harmonisasi yang menakjubkan, dalam arti, seperti sungai yang akhirnya akan mencapai lautan, begitu juga dengan perjalanan kita yang didasarkan pada inspirasi Tuhan yang pada akhirnya akan mencapai semua kebaikan-kebaikan tadi.
Kita memperolehnya—sekali lagi—seperti tanpa upaya sema sekali, dan semua kesulitan dan hambatan seperti tidak ada artinya. Berita baiknya, Joe dan Hew Len berkata bahwa dengan bertindak berdasarkan inspirasi Tuhan pencapaian yang akan kita alami akan jauh lebih cepat ketimbang kita bertindak berdasarkan ego atau kenangan kita.
Nah sekarang bagaimana dengan pernyataan : “No pain no gain !” atau “Justru khan penderitaan dan kesusahaannya itu yang membuat kesuksesan itu akan terasa lebih berharga !”
Betul. Jika memang itu yang diyakininya, maka setiap kesuksesan akan terasa lebih berharga jika dirinya merasakan penderitaan dan kesulitan terlebih dahulu, jika tidak, maka kesuksesan itu tidak akan ada harganya. Well, sah sah saja khan jika demikian ? The truth is what you believe as it is.
Buku ini menawarkan paradigma baru. Menurut pandangan saya, kesulitan dan penderitaan itu tetap ada, tetapi bagi orang-orang yang bertindak sepenuhnya berdasarkan inspirasi Tuhan, kesulitan dan penderitaan ini tidak dipandangnya sebagai kesulitan dan penderitaan yang biasa orang lain kira.
Orang lain yang melihat dirinya boleh saja berpendapat, “Oh dia sungguh melalui banyak kesulitan dan penderitaan dalam mencapai kesuksesan itu,” karena itulah yang TERLIHAT di mata orang-orang lain ini. Tetapi bagaimana dengan apa yang DIALAMI OLEH DIRINYA SENDIRI ? Kita semua ingat, bahwa apa yang dilihat dan dinyatakan oleh seseorang merupakan hasil kreasi dari pengalaman subjektif mereka, yang terdiri dari kenangan, pengalaman masa lalu, genetik, pengetahuan, dan lain sebagainya yang semuanya adalah internal. Yang sudah imprint atau tercetak kuat menjadi Mind Set (Pola Fikir) yang kuat tertanam di dalam fikiran dan menjadi panduan mereka dalam bersikap dan bertindak sehari-hari.
Bagaimana jika dirinya memandang kesulitan dan penderitaan ini sebagai sesuatu yang TIDAK menyakitkan atau menyengsarakan ? Bagaimana jika dirinya mengalami apa yang orang lain sebut dengan label “kesulitan dan penderitaan” ini sebagai sesuatu yang merupakan BAGIAN dari ALIRAN TUHAN DAN ALAM SEMESTA yang sudah semestinya ?
Bagaimana jika dirinya tidak merasa kesulitan atau menderita padahal dirinya sedang mengalami hal-hal yang—kembali, menurut mata orang lain—tidak mengenakkan ? Bagaimana jika dirinya MENIKMATI dan SENANTIASA MERASA DAMAI DAN BAHAGIA selama perjalanannya mengalir bersama orkestra Tuhan dan Alam Semesta yang begitu sempurna ? Hingga akhirnya, PENGALAMAN di dalam dirinya tidak sanggup mendefinisikan “kesulitan dan penderitaan”. Hingga akhirnya, PENGALAMAN di dalam dirinya tidak mampu menyatakannya sebagai “rasa sakit”. ► Penjabaran hakikat Sabar & Syukur
Hingga akhirnya, PENGALAMAN di dalam dirinya hanya bisa menjelaskan kesemuanya itu dengan ungkapan : “Saya memperoleh semua ini.. Seolah tanpa upaya.. Begitu saja terjadi”. Hmm.. Menarik ya ?
Insight dari buku ini sangat banyak dan saya kira mampu merevolusi apa yang selama ini kita kira sebagai “jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan”. Buku ini membuat kita berpikir ulang bahwa jangan-jangan yang disebut dengan “kesukesan atau kebahagiaan” itu tidaklah serumit dan semenyakitkan seperti yang dikatakan oleh buku-buku pengembangan diri itu ?
Jangan-jangan yang namanya “kesuksesan dan kebahagiaan” itu sudah tercurah setiap saat dari Tuhan sebagai salah satu bentuk nyata akan Kasih-Nya, hanya saja KITA SENDIRILAH yang membuatnya menjadi demikian kompleks, berliku-liku, dan penuh persyaratan—thanks to our Ego and our Memories ?
Saya akan menulis lebih dalam tentang wawasan-wawasan yang saya peroleh di buku ini pada tulisan berikutnya. Namun, sebelum itu, mari kita simak apa yang Joe tulis selanjutnya :
Menjelang akhir tahun 2006, saya mengajar sebuah seminar berjudul Beyond Manifestation, yang sangat dipengaruhi oleh apa yang saya pelajari setelah saya menemukan sang terpis Hawaii (Hew Len) yang misterius beserta metodenya. Dalam acara itu, saya meminta setiap orang membuat daftar semua cara yang mereka ketahui untuk mewujudkan atau menarik sesuatu dalam kehidupan mereka. Mereka menyebutkan hal-hal seperti afirmasi, visualisasi, keinginan, metode kesadaran jasmani, merasakan hasil akhir, menulis, Teknik Kebebasan Emosi/Emotional Freedom Technique (EFT) atau membuka jalan, dan banyak, banyak lagi (speaking of complexity—Alfa).
Setelah sebuah kelompok menginventarisasi setiap cara yang dapat mereka ajukan untuk menciptakan realitas mereka sendiri, saya bertanya kepada mereka apakah cara-cara itu senantiasa bekerja tanpa kecuali ? Semua orang sepakat bahwa cara-cara itu tidak selalu berhasil.
“Baiklah, kenapa tidak ?” tanya saya kepada mereka
Tak seorang pun dapat mengatakannya secara pasti.
Kemudian, saya membenturkan kelompok itu dengan observasi saya :
“Semua cara memiliki batasan,” saya menjelaskan. “Semua itu adalah mainan yang dimainkan oleh pikiran Anda untuk tetap membuat Anda berpikir bahwa Anda-lah yang memegang kendali. Yang benar adalah Anda tidak memegang kendali dan keajaiban nyata datang saat Anda melepaskan mainan-mainan itu serta mempercayai sebuah tempat dalam diri Anda di mana ada perbatasan nol (zero limit).” ► Masuk Ke dalam ZONA QUANTUM IKHLAS adalah Sebuah ketrampilan yang menjadi pelajaran Wajib di NAQS DNA.
Apa yang ada di perbatasan nol atau zero limit ? Semuanya akan berhubungan dengan apa yang telah saya tulis di atas.
Nb. **Istilah Kenangan/Memory ini sebenarnya menurut saya terkait dengan Program Pikiran yang sudah tertanam di dalam fikiran dan yang sudah menjadi Mindset utama kita.
Sukses Itu Mudah (Effortless Success)
Reviewed by Edi Sugianto
on
21.36
Rating:
Tidak ada komentar: